nusabali

Pelajar SMP Cari Uang Tambahan dengan Menganyam Ketupat

  • www.nusabali.com-pelajar-smp-cari-uang-tambahan-dengan-menganyam-ketupat

Pelajar SMPN 3 Bangli, I Gede Eka Saputra, 13, merupakan anak yatim.

BANGLI, NusaBali
Ayahnya meninggal saat ia masih balita. Sementara ibunya kawin lagi dan kini tinggal di Denpasar. Sehari-hari, ia tinggal dan diurus pamannya, I Nyoman Ariana, di Banjar Tanggahan Talang Jiwa, Desa Demulih, Kecamatan Susut, Bangli. Semua kebutuhannya ditanggung sang paman. Meski demikian, Eka Saputra tak mau berpangku tangan. Ia menyempatkan waktunya untuk menganyam ketupat. Hasilnya untuk bekal sekolah dan sekadar uang jajan.

Eka Saputra menuturkan, ia sempat diasuh oleh ibunya, Ni Luh Epiliana, dan tinggal di Denpasar. Namun ia kembali ke kampung halaman dan dirawat oleh pamannya. Saat ia masih SD, ia kerap ditengok ibunya ke Banjar Tanggahan Talang Jiwa. Setelah ia SMP, ibunya mulai jarang datang. “Saya dirawat oleh paman sejak usia lima tahun. Kebutuhan sehari-hari dan bekal sekolah ditanggung oleh paman,” ungkapnya, Minggu (4/3).

Setiap hari ia diberi bekal sekolah Rp 5.000. Untuk membeli nasi seharga Rp 3.000 per bungkus dan beli air serta jajan Rp 2.000. Sementara untuk pergi ke sekolah, ia biasa jalan kaki sejauh 4 kilometer. “Kadang ada yang ngasi tumpangan ke sekolah,” tuturnya. Pulang sekolah jalan kaki bersama teman-teman satu banjar. Sepulang sekolah, biasa membuat kulit ketupat di rumah kerabatnya. Upah yang diterima Rp 4.000 untuk 50 biji kulit ketupat. Bila hari libur bisa membuat 100 biji kulit ketupat. Tak jarang Eka diminta untuk membantu memetik bunga, memungut buah kelapa. “Hari ini saya diajak mencabut tonggak penyangga pohon kacang panjang,” ucapnya.

Berapa pun upah yang diberikan, ia terima supaya ada bekal tambahan. Diakui bila ada uang lebih ia tabung di sekolah setiap hari Sabtu. Ia pun mengaku belajar membuat ketupat sejak kelas V SD. Eka membuat kulit ketupat di rumah kerabatnya, alasan biar ada yang diajak ngobrol sehingga jadi lebih semangat bekerja. Eka mengaku sempat menerima beasiswa saat duduk di kelas VII sebesar Rp 350 ribu serta bantuan berupa perlengkapan sekolah. Meski tidak ada orang tua, ia tetap semangat untuk menuntunt ilmu. *e

Komentar