Irigasi Subak Tegal Panji Sudah Tiga Tahun Rusak
Saluran irigasi sepanjang 25 meter subak Tegal, Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng rusak.
Terancam Alih Fungsi Jadi Perumahan
SINGARAJA, NusaBali
Saluran irigasi itu sudah jebol sejak tiga tahun yang lalu, karena bencana alam. Namun hingga kini belum juga mendapat penanganan dari pemerintah. Kelian Subak Tegal Desa Panji, Nyoman Soma Jaya ditemui Senin (5/3) siang kemarin menuturkan kerusakan yang terjadi di saluran irigasi tersebut sudah beberapa kali dilaporkan. Hingga pergantian pengurus subak belum juga mendapat bantuan. Pasca jebol, 76 orang krama subak Tegal menggunakan talang air untuk tetap mengalirkan air ke sawah-sawah mereka. Mereka menggunakan kas subak yang dikumpulkan secara swadaya untuk melakukan perbaikan sebisanya.
Talang air itu dibuat dari drum bekas yang dibelah. Di bawahnya disangga dengan tiang bambu. “Sejak putus karena jebol pakai ini, sudah tiga kali diganti karena tiangnya yang cepat rapuh,” kata Soma. Kerusakan saluran irigasi di subaknya itu pun membuat sekitar 70 hektare lahan persawahan yang bergantung air pada saluran irigasi ini menjadi terhambat.
Dengan menggunakan talang air sementara untuk menyambungkan saluran irigasi yang jebol, air yang mengalir dari Subak Tiing Tali, Desa Panji tidak dapat dialirkan sepenuhnya. Karena talang yang dibuat sebagai saluran irigasi darurat tidak muat menampung debit air secara penuh. Malah jika tetap dialirkan kebanyakan akan terbuang sia-sia.
Keterbatasan aliran air ini pun disebut Soma meski tidak mengancam masa tanam, sangat berpengaruh terhadap hasil panen yang tidak maksimal. Terutama saat musim kemarau, pertumbuhan buah padi yang ditanam tidak dapat maksimal karena kekurangan air. Krisis air juga sangat dikhawatirkan mengingat kini tiang-tinag bambu penyangga talang air sudah mulai rapuh dan harus diganti.
Jika masalah ini dibiarkan ia juga mengkhawatirkan petani akan menjual lahan mereka kepada pengembang perumahan. “Mudah-mudahan segera tertangani oleh pemerintah yang katanya berupaya mempertahankan lahan pertanian untuk tidak dialih fungsikan. Biar tidak keburu jadi BTN,” imbuh dia.
Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, ketut Suparta Wijaya dikonfirmasi terpisah mengaku belum mengetahui secara mendetail terkait kerusakan saluran irigasi di subak Tegal. Ia pu mengaku akan mengeceknya segera. “Belum ada informasi, coba besok staf saya cek ke lokasi, sehingga segera kita lakukan penanganan,” ungkap dia. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Saluran irigasi itu sudah jebol sejak tiga tahun yang lalu, karena bencana alam. Namun hingga kini belum juga mendapat penanganan dari pemerintah. Kelian Subak Tegal Desa Panji, Nyoman Soma Jaya ditemui Senin (5/3) siang kemarin menuturkan kerusakan yang terjadi di saluran irigasi tersebut sudah beberapa kali dilaporkan. Hingga pergantian pengurus subak belum juga mendapat bantuan. Pasca jebol, 76 orang krama subak Tegal menggunakan talang air untuk tetap mengalirkan air ke sawah-sawah mereka. Mereka menggunakan kas subak yang dikumpulkan secara swadaya untuk melakukan perbaikan sebisanya.
Talang air itu dibuat dari drum bekas yang dibelah. Di bawahnya disangga dengan tiang bambu. “Sejak putus karena jebol pakai ini, sudah tiga kali diganti karena tiangnya yang cepat rapuh,” kata Soma. Kerusakan saluran irigasi di subaknya itu pun membuat sekitar 70 hektare lahan persawahan yang bergantung air pada saluran irigasi ini menjadi terhambat.
Dengan menggunakan talang air sementara untuk menyambungkan saluran irigasi yang jebol, air yang mengalir dari Subak Tiing Tali, Desa Panji tidak dapat dialirkan sepenuhnya. Karena talang yang dibuat sebagai saluran irigasi darurat tidak muat menampung debit air secara penuh. Malah jika tetap dialirkan kebanyakan akan terbuang sia-sia.
Keterbatasan aliran air ini pun disebut Soma meski tidak mengancam masa tanam, sangat berpengaruh terhadap hasil panen yang tidak maksimal. Terutama saat musim kemarau, pertumbuhan buah padi yang ditanam tidak dapat maksimal karena kekurangan air. Krisis air juga sangat dikhawatirkan mengingat kini tiang-tinag bambu penyangga talang air sudah mulai rapuh dan harus diganti.
Jika masalah ini dibiarkan ia juga mengkhawatirkan petani akan menjual lahan mereka kepada pengembang perumahan. “Mudah-mudahan segera tertangani oleh pemerintah yang katanya berupaya mempertahankan lahan pertanian untuk tidak dialih fungsikan. Biar tidak keburu jadi BTN,” imbuh dia.
Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, ketut Suparta Wijaya dikonfirmasi terpisah mengaku belum mengetahui secara mendetail terkait kerusakan saluran irigasi di subak Tegal. Ia pu mengaku akan mengeceknya segera. “Belum ada informasi, coba besok staf saya cek ke lokasi, sehingga segera kita lakukan penanganan,” ungkap dia. *k23
Komentar