Kenalkan Cara Memotret Binatang Kecil
Alexander Indrato, 39, seorang photogafer professional menggelar pameran tunggal perdana atau Solo Exibition bertajuk ‘Macro Photography’ di Colony Creative Hub, Plaza Renon, Minggu (4/3) sore.
Stevenxid Bali Gelar Solo Exibition di Plaza Renon
DENPASAR, NusaBali
Uniknya, pameran foto itu menampilkan karya foto macro berupa foto ragam kehidupan hewan kecil. Ada 10 karya foto macro tentang alam (nature) yang dipamerkan. Pria yang akrab disapa Stevenxid Bali ini mengatakan, karya foto macro lebih dikenal dengan istilah ‘Dunia Kecil’. Obyek foto pada frame menggambarkan tentang ragam kehidupan hewan-hewan kecil saling bercengkrama, memangsa, hingga beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. “Foto macro ini untuk mengenalkan ada dunia kecil sebenarnya sangat indah untuk diabadikan,” ujar Stevenxid, Senin (5/3).
Pria yang berhasil menembus nominasi internasional 2015 silam itu memberikan tips cara memotret macro. Dalam kesempatan itu dirinya juga memberikan workshop tentang tehnik-tehnik dalam fotografi macro, hingga proses finishing. Menurutnya, usahakan jangan sampai menyakiti, menyiksa hingga membunuh binatang, dalam motret sebaiknya natural.
Bahkan, saat workshop, Stevenxid membawa sejumlah hewan kecil. Dia nampak sangat hati-hati agar tidak sampai mati. Uniknya setelah selesai workshop hewan berupa siput itu dikembalikan lagi ke tempat asalnya. “Saya mengambil beberapa hewan kecil ini dari Bedugul, paginya saya kembalikan lagi ke habitat aslinya, karena kalau saya lepas di luar habitatnya saya khawatir hewan ini tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru,” terang pria kelahiran 30 November 1978.
Stevenxid sendiri sudah tertarik dengan fotografi macro sejak lama. Dirinya mulai mendalami foto macro sejak tahun 2012, kemudian tahun 2014 sempat pula publish foto di digital Camera World USA dan UK. Buah ketekunannya, tahun 2015 dia menyabet juara IV Macro International Foto Contest. Atas prestasi itu, pria yang tinggal di Dalung ini, juga dipercaya mengisi acara-acara workshop tentang fotogarafi baik di Bali maupuan luar Bali. “Januari 2018 saya mengisi workshop foto macro di Jakarta,” katanya.
Menurutnya, dalam foto makro yang paling penting adalah detailnya sebuah foto, tidak boleh kelihatan noise, ketajaman harus diperhatikan, komposisi, dan yang lainnya. “Untuk foto makro, kalau saya motret sering kali saya tanpa flash, karena backrgroundnya supaya lebih rapi, tapi kalo kita bermain makro extreme lebih sering menggunakan flash dalam hal ini double flash kiri kanan,” ujarnya.
Baginya, macro itu sebenarnya mudah, tinggal keinginan masing-masing seperti apa. Makro yang paling asyik, kata dia, diambil saat pagi hari karena binatang masih fresh, dan fotografernya juga masih segar. “Jadi best timenya pukul 07.00 Wita-10.00 Wita. Setiap workshop saya sering bilang makro mudah, kita bisa atur sebenarnya dan bisa sesuaikan obyeknya, misalnya sore paling enak foto kupu-kupu, kalau malam binatang di sekitar kita, jadi untuk malam perlu memakai flash,” bebernya.
Dalam pameran ini, Stevenxid Bali bekerjasama dengan sebuah Komunitas Fotografer Dejapubali, yang diketui langsung oleh I Putu Budi, 39, termasuk dengan pihak sponsor. Putu Budi berharap lewat pameran ini kecintaan akan macro fotografi akan semakin tumbuh di masyarakat. *ind
DENPASAR, NusaBali
Uniknya, pameran foto itu menampilkan karya foto macro berupa foto ragam kehidupan hewan kecil. Ada 10 karya foto macro tentang alam (nature) yang dipamerkan. Pria yang akrab disapa Stevenxid Bali ini mengatakan, karya foto macro lebih dikenal dengan istilah ‘Dunia Kecil’. Obyek foto pada frame menggambarkan tentang ragam kehidupan hewan-hewan kecil saling bercengkrama, memangsa, hingga beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. “Foto macro ini untuk mengenalkan ada dunia kecil sebenarnya sangat indah untuk diabadikan,” ujar Stevenxid, Senin (5/3).
Pria yang berhasil menembus nominasi internasional 2015 silam itu memberikan tips cara memotret macro. Dalam kesempatan itu dirinya juga memberikan workshop tentang tehnik-tehnik dalam fotografi macro, hingga proses finishing. Menurutnya, usahakan jangan sampai menyakiti, menyiksa hingga membunuh binatang, dalam motret sebaiknya natural.
Bahkan, saat workshop, Stevenxid membawa sejumlah hewan kecil. Dia nampak sangat hati-hati agar tidak sampai mati. Uniknya setelah selesai workshop hewan berupa siput itu dikembalikan lagi ke tempat asalnya. “Saya mengambil beberapa hewan kecil ini dari Bedugul, paginya saya kembalikan lagi ke habitat aslinya, karena kalau saya lepas di luar habitatnya saya khawatir hewan ini tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru,” terang pria kelahiran 30 November 1978.
Stevenxid sendiri sudah tertarik dengan fotografi macro sejak lama. Dirinya mulai mendalami foto macro sejak tahun 2012, kemudian tahun 2014 sempat pula publish foto di digital Camera World USA dan UK. Buah ketekunannya, tahun 2015 dia menyabet juara IV Macro International Foto Contest. Atas prestasi itu, pria yang tinggal di Dalung ini, juga dipercaya mengisi acara-acara workshop tentang fotogarafi baik di Bali maupuan luar Bali. “Januari 2018 saya mengisi workshop foto macro di Jakarta,” katanya.
Menurutnya, dalam foto makro yang paling penting adalah detailnya sebuah foto, tidak boleh kelihatan noise, ketajaman harus diperhatikan, komposisi, dan yang lainnya. “Untuk foto makro, kalau saya motret sering kali saya tanpa flash, karena backrgroundnya supaya lebih rapi, tapi kalo kita bermain makro extreme lebih sering menggunakan flash dalam hal ini double flash kiri kanan,” ujarnya.
Baginya, macro itu sebenarnya mudah, tinggal keinginan masing-masing seperti apa. Makro yang paling asyik, kata dia, diambil saat pagi hari karena binatang masih fresh, dan fotografernya juga masih segar. “Jadi best timenya pukul 07.00 Wita-10.00 Wita. Setiap workshop saya sering bilang makro mudah, kita bisa atur sebenarnya dan bisa sesuaikan obyeknya, misalnya sore paling enak foto kupu-kupu, kalau malam binatang di sekitar kita, jadi untuk malam perlu memakai flash,” bebernya.
Dalam pameran ini, Stevenxid Bali bekerjasama dengan sebuah Komunitas Fotografer Dejapubali, yang diketui langsung oleh I Putu Budi, 39, termasuk dengan pihak sponsor. Putu Budi berharap lewat pameran ini kecintaan akan macro fotografi akan semakin tumbuh di masyarakat. *ind
1
Komentar