Usai Palebon, Puri Ubud Gelar Maligia
Ratusan sameton (keluarga) Puri Agung Ubud, Gianyar, mengelar Yadnya (upacara) Maligia di areal Sumanggen puri setempat pada Wraspati Pahing Dukut, Kamis (8/3).
GIANYAR, NusaBali
Ritual ini kelanjutan dari Palebon Agung Puri Agung Ubud, untuk layon (jenazah) AA Niyang Agung,96, Sukra Umanis Kelawu, Jumat (2/3). Prosesi Maligia dipuput (dipimpin) dua sulinggih (pendeta) yakni Ida Pedanda Buda dari Griya Gunung Sari, Desa Peliatan, Ubud, dan Ida Pedanda Putu Peling dari Griya Peling Delodan, Padangtegal, Ubud. Prosesi diawali puja astawa dua pendeta, lanjut Ngider Bhuwana yakni menyunggi dan mengelilingkan tiga kali semua bentuk upakara di lokasi upacara.
Salah seorang tokoh Puri Agung Ubud yang juga anak angkat almarhum AA Niyang Agung, Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati alias Cok Ace, mengatakan sebagaimana dalam tradisi Hindu di Bali, Maligia juga dikenal dengan istilah Mamukur, Ngasti, atau Ngaroras. Ritual ini merupakan upacara tahap kedua pascapalebon, bermakna menyucikan suksma sarira (badan halus) roh yang dipalebon. ‘’Kotor secara niskala pada roh itu disucikan agar bisa menyatu dengan Ida Sangyang Widhi,’’ jelasnya.
Prosesi Murwa Daksina pada Maligia melibatkan Lembu Putih duwe (milik) Pura Dalem Pingit dari Banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang. Lembu duwe ini diiringi sejumlah pangayah dari Taro Kaja, dipimpin Pamangklu Pura Prajati setempat, Jero Mangku Made Suparka. Jero Mangku mengatakan, beberapa hari sebelum Maligia ini, Lembu Duwe ini katuran (disuguhi) banten Pakeling berupa Canang dan Pejati. Setelah tiba di Puri Agung Ubud, Kamis kemarin, Lembu katuran banten Pamendak berupa Suci Asoroh, Santun Gede, dan Nasi Gibung empat tanding. Di titik lokasi Maligia, Lembu Duwe katuran Prayascita Biyakala, lanjut diikutkan Murwa Daksina dengan pijakan Panca Datu. ‘’Lembu Duwe yang sering dihadirkan dalam upacat asepetri ini ada 10 ekor (betina), dari sekitar 52 ekor yang ada di Taro Kaja,’’ jelas Jero Mangku. Prosesi Maligia diakhiri dengan persembahyangan bersama.
Sebagaimana diketahui, Palebon layon (jenazah) AA Niyang Agung,96, pada Sukra Umanis Kelawu, Jumat (2/3), berlangsung lancar dan khusyuk. Prosesi palebon sangat langka ini dihadiri belasan ribu warga, terutama wisatawan asing. Jalur dari jaba Puri Agung Ubud - Setra (kuburan) Jaba Pura Dalem Puri, Desa Peliatan, Ubud, pun jadi lautan manusia.*lsa
Salah seorang tokoh Puri Agung Ubud yang juga anak angkat almarhum AA Niyang Agung, Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati alias Cok Ace, mengatakan sebagaimana dalam tradisi Hindu di Bali, Maligia juga dikenal dengan istilah Mamukur, Ngasti, atau Ngaroras. Ritual ini merupakan upacara tahap kedua pascapalebon, bermakna menyucikan suksma sarira (badan halus) roh yang dipalebon. ‘’Kotor secara niskala pada roh itu disucikan agar bisa menyatu dengan Ida Sangyang Widhi,’’ jelasnya.
Prosesi Murwa Daksina pada Maligia melibatkan Lembu Putih duwe (milik) Pura Dalem Pingit dari Banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang. Lembu duwe ini diiringi sejumlah pangayah dari Taro Kaja, dipimpin Pamangklu Pura Prajati setempat, Jero Mangku Made Suparka. Jero Mangku mengatakan, beberapa hari sebelum Maligia ini, Lembu Duwe ini katuran (disuguhi) banten Pakeling berupa Canang dan Pejati. Setelah tiba di Puri Agung Ubud, Kamis kemarin, Lembu katuran banten Pamendak berupa Suci Asoroh, Santun Gede, dan Nasi Gibung empat tanding. Di titik lokasi Maligia, Lembu Duwe katuran Prayascita Biyakala, lanjut diikutkan Murwa Daksina dengan pijakan Panca Datu. ‘’Lembu Duwe yang sering dihadirkan dalam upacat asepetri ini ada 10 ekor (betina), dari sekitar 52 ekor yang ada di Taro Kaja,’’ jelas Jero Mangku. Prosesi Maligia diakhiri dengan persembahyangan bersama.
Sebagaimana diketahui, Palebon layon (jenazah) AA Niyang Agung,96, pada Sukra Umanis Kelawu, Jumat (2/3), berlangsung lancar dan khusyuk. Prosesi palebon sangat langka ini dihadiri belasan ribu warga, terutama wisatawan asing. Jalur dari jaba Puri Agung Ubud - Setra (kuburan) Jaba Pura Dalem Puri, Desa Peliatan, Ubud, pun jadi lautan manusia.*lsa
1
Komentar