nusabali

Siswa Tenggelam di Sungai Ayung, Raih Perak Sepak Takraw Porjar Gianyar 2018

  • www.nusabali.com-siswa-tenggelam-di-sungai-ayung-raih-perak-sepak-takraw-porjar-gianyar-2018

Siswa SMPN 2 Ubud, I Komang Andika Purnama Artha, 13, anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan suami istri, I Nengah Winda, 54, dan Ni Nyoman Santini, 48, yang tenggelam dan hanyut di aliran Sungai Ayung Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, berhasil ditemukan dalam kondisi tak bernyawa oleh tim gabungan SAR dan BPBD Gianyar, Sabtu (10/3) pagi.

GIANYAR, NusaBali

Jasad korban asal Banjar Wangsean, Desa Wismakerta, Kecamatan Sidemen, Karangasem, yang masih duduk di kelas VIIc ini tampak muncul pada aliran Sungai Ayung di belakang Hotel Samaya sekitar pukul 10.10 Wita. Jarak penemuan ini sekitar 500 meter dari lokasi pertama korban bersama enam rekannya mandi pada Jumat (9/3) sore pukul 16.30 Wita. Mereka mandi di  Sungai Ayung tepat sebelah timur Pura Beji Sayan, Desa Pakraman Sayan.

Proses pencarian pada Sabtu kemarin dimulai sekitar pukul 08.00 Wita. Ribuan warga dan keluarga besar SMPN 2 Ubud memadati lokasi, menantikan hasil pencarian. Upaya niskala pun sempat dilakukan oleh pemuda Banjar Kutuh, Desa Sayan, dengan menabuh gong baleganjur. Di sela-sela itu, seorang anggota OSIS SMPN 2 Ubud tampak kerauhan. Dari teriakannya, menyatakan bahwa korban minta tolong supaya segera bisa dikeluarkan. Sayup-sayup terdengar dari ucapan gadis ini, bahwa kaki korban terikat kuat di dasar sungai. “Baang tiyang pesu, sakit tiyang, tulungin tiyang (Izinkan saya keluar, saya kesakitan. Tolong bantu saya).”

Nah, berselang beberapa menit pasca-peristiwa kerauhan dan ditabuhnya gong itulah terdengar kabar penemuan jasad korban oleh Tim SAR. Namun proses evakuasi tidak berlangsung mudah. Perlu waktu sekitar 1 jam lamanya, untuk mendaratkan jasad korban dari perairan ke tepi Sungai Ayung, sebelah barat jembatan Tohpati perbatasan Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.

Atas permintaan keluarga, jasad korban yang tinggal sementara di Lingkungan Taman, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar, itu langsung dibawa ke rumah duka di Banjar Wangsean, Desa Wismakerta, Kecamatan Sidemen, Karangasem.

Kapolsek Ubud Kompol Raka Sugita, menjelaskan Tim SAR melakukan pencarian dengan berbagai upaya termasuk menyelam. “Ada beberapa yang menyelam, kemudian jasad muncul di belakang Hotel Samaya. Dari sana ditarik untuk ditepikan. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari TKP,” ujarnya. Sementara Kelian Adat Banjar Kutuh I Ketut Parsa mengungkapkan bahwa lokasi kejadian termasuk angker. Sehingga pihaknya berinisiatif membawa seperangkat gong untuk ditabuh di lokasi kejadian.

“Kepercayaan di Bali, kejadian ini ada unsur magisnya. Kami perkirakan anak itu disembunyikan makhluk gaib,” jelasnya. Suara yang keras dari gong baleganjur tersebut, dipercaya mampu mengembalikan korban dalam kondisi meninggal ataupun hidup. “Tempat ini dipercaya angker dan mereka minta ada gamelan. Harapannya supaya korban dikembalikan oleh makhluk gaib yang menyembunyikan,” jelasnya.

Ditemui secara terpisah, Kepala SMPN 2 Ubud Ida Ayu Puspawati mengaku sangat berduka atas kejadian ini. Korban Komang Andika merupakan salah satu siswa berprestasi di sekolah. Anak bungsu tiga bersaudara dari pasangan suami istri I Nengah Winda dengan Ni Nyoman Santini ini per Sabtu (10/3) kemarin dikabarkan sebagai juara II cabang olahraga Sepak Takraw Porjar Gianyar 2018.

“Baru tadi (kemarin) pagi saya kedatangan tamu dari panitia Porjar Gianyar. Mereka cari siswa namanya Komang Andika, katanya peroleh medali perak dari cabor sepak takraw,” ujarnya. Diungkapkan, selama menuntut ilmu di sekolah yang berlokasi di jalan raya Tebongkang ini korban dikenal tidak neko-neko. “Tidak banyak ulah, justru berprestasi di olahraga,” imbuh Dayu Puspa.

Tak hanya kepala sekolah, seluruh guru dan 982 orang murid SMPN 2 Ubud juga dirundung duka. Bahkan seluruh warga sekolah turut serta saat proses pencarian hingga proses evakuasi. “Ada salah satu siswa kami yang kerauhan. Saat itu kami menundukkan kepala, berdoa bersama agar anak kami ditemukan,” imbuhnya. Supaya tidak terjadi hal serupa, Dayu Puspa pun berpesan kepada anak didiknya agar selalu waspada. “Jangan mandi di sungai tanpa pengawasan orang dewasa. Cukup sekali ini saja, tidak boleh ada kejadian yang sama terulang,” pesannya.

Di rumah duka di Banjar Wangsean, Desa Wismakerta, Kecamatan Sidemen, Karangasem, diperoleh penjelasan, pada Jumat (9/3), korban pulang sekolah dijemput ayahnya, I Nengah Winda, 54. Setiba di rumah kontrakannya Jalan Sandat No 19 Banjar Taman, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar, sang ayah berpesan agar sang anak tidak ke mana-mana. Selanjutnya sang ayah meninggalkan rumah, kembali bertugas sebagai Satpam di salah satu perusahaan kerajinan milik warga negara asing di Kelurahan/Kecamatan Ubud.

Ternyata, sekitar pukul 15.00 Wita, korban diajak enam rekannya mandi di Sungai Ayung. Padahal korban tidak bisa berenang. Tetapi korban semangat ikut mandi. Setelah sekitar 1,5 jam mandi, korban hanyut sedangkan rekan-rekannya selamat. Empat teman korban memberitahukan kepada orangtua korban sekitar pukul 17.00 Wita, sedangkan teman yang lainnya masih bertahan di pinggir Sungai Ayung.

Mendapati kabar tersebut, Nengah Winda langsung menuju Sungai Ayung. Lantaran sampai malam belum ada tanda-tanda putra bungsunya atau anak ketiganya itu ditemukan, maka malam itu juga dia ngewacakang (tenung niskala) di lima tempat, didapatkan beragam petunjuk. Ada paranormal menyebutkan sang anak nyangkut di Sungai Ayung, ada yang bilang masih mondar-mandir, ada yang mengatakan disembunyikan. Semua paranormal mengatakan korban masih hidup. Tetapi sang ayah tidak percaya.

Di rumah duka, ibu kandungnya, Ni Nyoman Santini, 48, terus menangis bersandar di tembok dipegangi para pelayat yang datang. Kedua kakak korban Ni Putu Eka Wiratmini, 22, dan I Kadek Agus Winduarsa, 20, juga berlinang air mata. Hanya sang ayah, Nengah Winda tampak tegar menyapa setiap pelayat, sambil mengoordinasikan rencana upacara makingsan di gni di Setra Desa Pakraman Wangsean, Kecamatan Sidemen, pada Soma Umanis Watugunung, Senin (12/3).

“Sejak dua hari saya tidak bisa tidur. Dua hari lalu tugas malam, kerja sebagai Satpam. Malam kemudian begadang menunggui pencarian anak saya. Sejak kemarin pagi saya tidak makan. Secara spesifik, sebenarnya saya tidak punya firasat apa-apa," kata Nengah Winda.

Setelah makingsan di gni, rencananya mencari hari baik untuk menggelar ngaben. Sebab, beberapa hari ke depan banyak hari raya, Saraswati, Nyepi, Pagerwesi, dan halangan lainnya. Sehingga mesti melewati beberapa hari raya itu. Nengah Winda mengatakan, putra bungsunya itu suka olahraga sepak takraw. Sempat saat duduk di kelas VI SD Negeri 2 Ubud, meraih medali emas di Porjar Gianyar dan medali perak di Porjar Provinsi Bali pada Juni 2017.

Justru paman korban, I Gede Sumiarsa, mimpi buruk pada Kamis (8/3), bagian gigi atas tanggal. Dia bingung memikirkan makna mimpinya itu. Sebab, neneknya sedang sakit, istrinya sedang hamil. “Ternyata saya ditelepon kakak korban (Kadek Agus Winduarsa), Jumat (9/3) pukul 02.00 Wita, dikabarkan adiknya hilang saat mandi di Sungai Ayung,” kata Sumiarsa. *nvi, k16

Komentar