nusabali

'Baju' Ogoh-ogoh Habiskan 1.000 Batang Don Kraras

  • www.nusabali.com-baju-ogoh-ogoh-habiskan-1000-batang-don-kraras

ST Tri Wikrama Buat Ogoh-ogoh Berbahan Ramah Lingkungan

TABANAN, NusaBali

Perayaan Nyepi Tahun Saka 1940 bagi Sekaa Teruna (ST) Tri Wikrama Banjar Kamasan, Desa Dajan Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, terasa berbeda dari tahun sebelumnya. Karena hasil karya ogoh-ogoh yang dibuat untuk diarak pada Pangerupukan, sehari sebelum Hari Raya Nyepi, sebagian besar berbahan dasar alami. Salah satunya baju ogoh-ogoh dibuat dari don kraras (daun pisang kering).

Wakil Ketua ST Tri Wikrama I Gusti Agus Surya Agung Adnya Prabawa, 22, mengungkapkan, ogoh-ogoh yang dibuat sebagian besar berbahan dasar alami diberi nama Barong Brutuk. Pembuatan dilakukan sudah sebulan lalu mulai awal Februari 2018. “Ini pembuatan belum rampung, baru 80 persen selesai, sisanya berbagai piranti belum terpasang,” ujarnya, Minggu (11/3).

Menurut Surya, ide membuat ogoh-ogoh Barong Brutuk terinspirasi dari sebuah pementasan yang dilihatnya di Youtube. Saat itu sejumlah teruna tengah mencari ide konsep pembuatan ogoh-ogoh. Di Youtube dilihat Barong Brutuk berfungsi mengusir mala lengkap pada saat mengusir membawa pecut. Usai mala diusir sejumlah masyarakat bisa sembuh dari sakit.

“Lewat itulah kami sepakat membuat ogoh-ogoh Barong Brutuk, dengan harapan agar mala dan para bhuta kala yang mengganggu di banjar kami bisa disomia (dinetralisir),” tuturnya.

Selain itu, lanjut Surya, pembuatan ogoh-ogoh berbahan dasar alami ini untuk mengulang tradisi zaman dulu sebelum adanya gabus atau styrofoam. Zaman dulu ogoh-ogoh dibuat menggunakan kayu.  “Di samping itu kami buat untuk menghemat dana juga, biar pun bahannya alami tetapi hasilnya memuaskan. Sekarang memakan biaya di bawah Rp 15 juta, kalau menggunakan gabus dananya bisa lebih besar,” kata Surya.

Diakuinya, untuk sementara ini ogoh-ogoh yang dibuatnya khusus di seputaran Desa Pakraman Kota Tabanan ukurannya paling besar. Tinggi ogoh-ogoh yang dibuat hampir mencapai 6 meter dengan lebar sekitar 4 meter. Bahan-bahan yang digunakan hampir sebagian besar menggunakan bahan alami. Selain baju ogoh-ogoh terbuat dari don kraras, juga di bagian kaki, tangan, dan pecut terbuat dari anyaman bambu. “Kepalanya saja yang terbuat dari gabus, sama kerangka dasar gunakan besi, karena kalau gunakan kayu kami takut roboh,” bebernya.

Selama pengerjaan tidak adanya kendala yang dihadapi oleh para teruna. Bahkan selain teruna, turut pula warga setempat yang sudah menikah membantu dalam membuat konsep. Don kraras yang dipakai dalam membuat baju ogoh-ogoh tersebut menghabiskan sekitar 1.000 batang. “Pemasangan don kraras hanya diikat di bagian kerangka saling menyambung dari atas sampai bawah,” ucap Surya.

Setelah selesai dikerjakan, tepat pada Hari Pangerupukan Sasih Kasanga, Sukra Kliwon Watugunung, Jumat (16/3), akan diarak mengelilingi kota Tabanan bersama-sama wakil banjar yang tergabung dalam Desa Pakraman Kota Tabanan. “Nanti kami akan pawai, libatkan teruna dan adat membantu dalam pengarakan,” tegasnya. *d

Komentar