nusabali

Empat Grup Musik Sajikan Komposisi Seimbang

  • www.nusabali.com-empat-grup-musik-sajikan-komposisi-seimbang

Parade musik di ajang Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya (BMN) nampaknya semakin mendapat tempat di hati penikmat musik.

DENPASAR, NusaBali
Jika dilihat kursi-kursi yang berjejer di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya (Art Center) Denpasar, Sabtu (10/3) malam, kian terisi lebih banyak dari tahun lalu. Malam itu memang cukup meriah karena penampilan empat grup musik. Keempat penampil musik tersebut yakni Sanggar Eka Mandala Putra Karangasem, Sanggar Gora Yowana Budaya, Bali Musik Etnik, dan Smara Tantra yang jauh-jauh datang dari Solo, Jawa Tengah. Bagai memecah kesunyian, keempatnya menyajikan musik yang erat rasa eksplorasinya.

Smara Tantra dari Solo didapuk jadi pembuka pada malam itu. Mereka pun mempersembahkan penampilan apik bertajuk Eling Calung. Musik ini mengalun cepat dan membangkitkan seisi gedung Ksirarnawa. Penampilan jadi semakin unik dengan tergabungnya Sanggar Eka Mandala Putra Karangasem ditengah instrument musik jazz yang dibawakan Smara Tantra.

Tak hanya musisi dari tanah Jawa dan gumi timur Karangasem, Gora Yowana Budaya, grup musik yang berdomisili di Negara ini pun tak mau kalah dengan menampilkan instrument jegognya. Alat musik dari bambu besar itupun dipukul dengan penuh semangat oleh sembilan pemuda. Nyanyian yang sambil dilantunkan, menambah energiknya penampilan malam itu.

Penampilan lantas ditutup oleh Bali Musik Etnik dengan garapan yang bertajuk ‘Jalan-Jalan’. Garapan inipun sukses membuat penonton terpukau dengan beragam sajian alat musik yang unik dan etnik.

Sesepuh Sanggar Eka Mandala Putra Karangasem, Made Brati, 58, mengaku hanya memerlukan waktu 1 bulan untuk menyiapkan garapan ini. Dengan adanya garapan tersebut, Bratu berharap mampu melahirkan penerus budaya khususnya dalam musik lokal itu sendiri. “Kami sudah siap sejak sebulan lalu dan kami pun mencoba menggabungkan dengan musisi solo dengan tujuan pengembangan budaya itu sendiri,” ujarnya.

Sementara menurut pengamat seni sekaligus Ketua Studi Alat Musik Bali, Dr I Nyoman Astita MA, penampilan dinilai telah seimbang, namun masih ada sedikit bumbu yang harus ditambahkan. “Sayangnya tadi hanya jegog yang menyajikan vokal (nyanyian). Kurangnya malam ini hanya vokalnya saja, dari jazz kurang ada penampilan vokalis khususnya soprano wanita dan Bali Musik Etnik mestinya bisa menambahkan vokal, sehingga memberikan warna lain yang lebih pekat,” jelasnya.

Terlepas dari kekurangan tersebut, Astita sendiri mengaku senang dengan adanya rangsangan dari musisi lokal, sehingga dapat menyajikan hiburan yang edukatif untuk masyarakat. Penampilan musik kontemporer dari keempat musisi disebut komposisi yang seimbang.

“Masing-masing mempunyai warna tersendiri, jegog dengan 3 level tempo yakni cepat, sedang, lambat. Jazz fussion yang ritmis dan melodis dan dipadu gamelan, Bali Musik Etnik dengan karya-karya musik invaronment atau ilustrasi yang menggambarkan suasana dan dituangkan dalam alat musik, semuanya unik dan seimbang,” katanya.*ind

Komentar