Menghilang 10 Hari, Ditemukan Nyangkut di Jurang Telaga Waja
Menghilang selama 10 hari, seorang perawan tua yang mengidap gangguan jiwa, Ni Ketut Muni, 54, ditemukan dalam kondisi lemas di tebing Sungai Telaga Waja kawasan Banjar Langsat, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Senin (12/3) siang.
AMLAPURA, NusaBali
Perempuan yang tak pernah menikah hingga usia 54 tahun asal Banjar Dangin Pasar, Desa Rendang ini langsung dilarikan ke Puskesmas Rendang untuk menjalani perawatan. Korban Ni Ketut Muni ditemukan nyangkut di tebing Sungai Telaga Waja pada keti-nggian 50 meter dari dasar jurang, dalam kondisi telungkup. Adalah relawan BMW Rafting Desa Rendang yang pertama kali mengetahui keberadaan korban di tebing yang curam saat dilakukan pencarian beramai-ramai, Senin siang sekitar pukul 11.10 Wita.
Para relawan BMW Rafting yang dipimpin I Made Agus Kertiana kemudian berupaya mengevakuasi korban, dengan berbekal tali dan perahu karet. Setelah berjuang selama hampir 2 jam, korban akhirnya berhasil dievakuasi dan dibawa naik secara perlahan, dengan cara memangkunya mirip bayi, Senin siang pukul 13.00 Wita. Selanjutnya, penderita gangguan jiwa ini langsung dibawa ke Puskesamas Rendang untuk menjalani perawatan.
Korban Ni Ketut Muni sendiri diketahui menghilang dari rumahnya di Banjar Dangin Pasar, Desa Rendang, sejak Sabtu (3/3) lalu. Dia menghilang hanya berselang dua hari sepulang dari perawatan di RSJ Bangli, Kamis (1/3). Sebelumnya, penderita gangguan jiwa ini sempat selama 3 bulan 10 hari menjalani perawatan di RSJ Bangli.
Ketut Muni merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Wayan Gina dan Ni Nyoman Srini. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal. Sedangkan kedua kakaknya yang semua perempuan sudah menikah ke tempat lain, sehingga dia hidup sebatang kara. tempat tinggalnya berpindah pindah karena tidak punya rumah. Sejak beberapa tahun terakhir, Ketut Muni diajak tinggal oleh kerabatnya, I Kadek Suwitra.
Tidak ada yang tahu persis, bagaimana awal menghilangnya korban Ketut Muni. Yang jelas, korban pergi dari rumah tanpa pesan. Sebelum Ketut Muni akhirnya ditemukan nyangkut di tebing sungai 10 hari kemudian, pihak keluarga dibantu warga sekampung terus berupaya melakukan pencarian. Namun, upaya mereka tidak membuahkan hasil.
Pihak keluarga bahkan juga menempuh upaya niskala sampai 7 kali ngewacakang (menanyakan kepada orang pintar). Berdasarkan petunjuk niskala orang pintar, korban Ketut Muni disebutkan nyangkut di tebing bagian selatan Tempek Dukuh, Banjar Rendang Tengah dalam kondisi masih hidup.
Sampai akhirnya 12 Maret 2018 pagi, pihak keluarga mendapatkan kabar dari seorang warga yang mengatakan sempat melihat korban melintas di Tempek Dukuh. Maka, pencarian hari itu difokuskan ke wilayah tersebut. Benar saja, korban ditemukan telungkup dalam kondisi lemas di tebing Sungai Telaga Waja, hingga langsung dievakuasi dan dibawa ke Puskesmas Rendang.
Kepala Puskesmas Rendang, dr I Made Sudarmayasa, menerangkan saat tiba di Pus-kesmas, korban Ketut Muni dalam kondisi lemas dan tidak bisa berdiri. Kesadarannya masih ada, hanya saja tidak bisa diajak berkomunikasi karena korban tuli (tak bisa mendengar) dan alami gangguan jiwa. Korban hanya bisa diajak bertatap muka.
Setelah dicek, kata dr Sudarmayasa, gula darah korban cukup tinggi mencapai 200, sementara denyut nadi dan jantungnya masih normal. "Kami menduga korban bisa bertahan karena sempat beberapa kali minum air hujan. Biasanya, secara teoritis, kalau hanya minum air saja, bisa bertahan hidup selama sebulan. Korban ini kan baru 10 hari menghilang," ujar dr Sudarmayasa, Selasa (13/3).
Korban Ketut Muni sendiri hanya sekitar 3 jam dirawat di Puskesmas Rendang. Sorenya sekitar pukul 16.00 Wita, penderita gangguan jiwa ini kembali dirujuk ke RSJ bangli. Korban diantar salah seorang keluarganya, I Kadek Suwitra, yang selama ini mengurusnya di Banjar Dangin Pasar, Desa Rendang.
Sementara itu, Kadek Suwitra mengaku heran korban Ketut Muni mampu bertahan hidup setelah 10 hari menghilang. "Saya selama ini, saya yang mengajak dia (korban) di rumah. Sebab, di rumahnya hanya ada keponakannya yang juga menderita gangguan jiwa," ungkap Komang Suwitra. *k16
Perempuan yang tak pernah menikah hingga usia 54 tahun asal Banjar Dangin Pasar, Desa Rendang ini langsung dilarikan ke Puskesmas Rendang untuk menjalani perawatan. Korban Ni Ketut Muni ditemukan nyangkut di tebing Sungai Telaga Waja pada keti-nggian 50 meter dari dasar jurang, dalam kondisi telungkup. Adalah relawan BMW Rafting Desa Rendang yang pertama kali mengetahui keberadaan korban di tebing yang curam saat dilakukan pencarian beramai-ramai, Senin siang sekitar pukul 11.10 Wita.
Para relawan BMW Rafting yang dipimpin I Made Agus Kertiana kemudian berupaya mengevakuasi korban, dengan berbekal tali dan perahu karet. Setelah berjuang selama hampir 2 jam, korban akhirnya berhasil dievakuasi dan dibawa naik secara perlahan, dengan cara memangkunya mirip bayi, Senin siang pukul 13.00 Wita. Selanjutnya, penderita gangguan jiwa ini langsung dibawa ke Puskesamas Rendang untuk menjalani perawatan.
Korban Ni Ketut Muni sendiri diketahui menghilang dari rumahnya di Banjar Dangin Pasar, Desa Rendang, sejak Sabtu (3/3) lalu. Dia menghilang hanya berselang dua hari sepulang dari perawatan di RSJ Bangli, Kamis (1/3). Sebelumnya, penderita gangguan jiwa ini sempat selama 3 bulan 10 hari menjalani perawatan di RSJ Bangli.
Ketut Muni merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Wayan Gina dan Ni Nyoman Srini. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal. Sedangkan kedua kakaknya yang semua perempuan sudah menikah ke tempat lain, sehingga dia hidup sebatang kara. tempat tinggalnya berpindah pindah karena tidak punya rumah. Sejak beberapa tahun terakhir, Ketut Muni diajak tinggal oleh kerabatnya, I Kadek Suwitra.
Tidak ada yang tahu persis, bagaimana awal menghilangnya korban Ketut Muni. Yang jelas, korban pergi dari rumah tanpa pesan. Sebelum Ketut Muni akhirnya ditemukan nyangkut di tebing sungai 10 hari kemudian, pihak keluarga dibantu warga sekampung terus berupaya melakukan pencarian. Namun, upaya mereka tidak membuahkan hasil.
Pihak keluarga bahkan juga menempuh upaya niskala sampai 7 kali ngewacakang (menanyakan kepada orang pintar). Berdasarkan petunjuk niskala orang pintar, korban Ketut Muni disebutkan nyangkut di tebing bagian selatan Tempek Dukuh, Banjar Rendang Tengah dalam kondisi masih hidup.
Sampai akhirnya 12 Maret 2018 pagi, pihak keluarga mendapatkan kabar dari seorang warga yang mengatakan sempat melihat korban melintas di Tempek Dukuh. Maka, pencarian hari itu difokuskan ke wilayah tersebut. Benar saja, korban ditemukan telungkup dalam kondisi lemas di tebing Sungai Telaga Waja, hingga langsung dievakuasi dan dibawa ke Puskesmas Rendang.
Kepala Puskesmas Rendang, dr I Made Sudarmayasa, menerangkan saat tiba di Pus-kesmas, korban Ketut Muni dalam kondisi lemas dan tidak bisa berdiri. Kesadarannya masih ada, hanya saja tidak bisa diajak berkomunikasi karena korban tuli (tak bisa mendengar) dan alami gangguan jiwa. Korban hanya bisa diajak bertatap muka.
Setelah dicek, kata dr Sudarmayasa, gula darah korban cukup tinggi mencapai 200, sementara denyut nadi dan jantungnya masih normal. "Kami menduga korban bisa bertahan karena sempat beberapa kali minum air hujan. Biasanya, secara teoritis, kalau hanya minum air saja, bisa bertahan hidup selama sebulan. Korban ini kan baru 10 hari menghilang," ujar dr Sudarmayasa, Selasa (13/3).
Korban Ketut Muni sendiri hanya sekitar 3 jam dirawat di Puskesmas Rendang. Sorenya sekitar pukul 16.00 Wita, penderita gangguan jiwa ini kembali dirujuk ke RSJ bangli. Korban diantar salah seorang keluarganya, I Kadek Suwitra, yang selama ini mengurusnya di Banjar Dangin Pasar, Desa Rendang.
Sementara itu, Kadek Suwitra mengaku heran korban Ketut Muni mampu bertahan hidup setelah 10 hari menghilang. "Saya selama ini, saya yang mengajak dia (korban) di rumah. Sebab, di rumahnya hanya ada keponakannya yang juga menderita gangguan jiwa," ungkap Komang Suwitra. *k16
1
Komentar