Suwendha Perintis, Puspayoga Negosiator, Rai Mantra Kreatif
Selaku Walikota Denpasar pertama, Made Suwendha ibaratnya memulai dari nol persen. Dia berjuang ekstra garap sumber-sumber PAD dari pajak reklame, pajak bangsa asing, pajak keramaian, hingga pajak tanah.
Selama 24 Tahun Sejak Pisahkan Diri dari Badung, Denpasar Dipimpin 4 Figur Walikota
DENPASAR, NusaBali
Sejak berpisah dari Kabupaten Badung tahun 1992, Denpasar menjadi kota dengan pemerintahan otonom. Selama 24 tahun itu, ada 4 figur pemimpin yang silih berganti menjadi Walikota Denpasar. Dimulai dari Made Suwendha sang perintis, hingga IB Rai Dharmawijaya Mantra yang kreatif.
Made Suwendha merupakan Walikota Denpasar pertama, yang memerintah periode 1992-1997. Birokrat asal Desa Gerih, Kecamatan Abiansemal, Badung ini langsung dipercaya naik sebagai walikota sejak 27 Februari 1992, ketika Denpasar berubah status dari Kota Administratif menjadi Kota Madya.
Kala itu, Made Suwendha diangkat menjadi walikota pertama melalui pemilihan di DPRD Denpasar. Sebelum dipilih menjadi walikota, Suwendha merupakan pucuk pimpinan birokrasi selaku Sekretaris Daerah Denpasar (masih menyatu dengan Badung). Suwendha boleh dikata sebagai walikota perintis dalam arti yang sesungguhnya. Sebab, ibarat anak baru lahir, Suwendha memulai penataan sebuah kota dari nol persen. Sebagai walikota, kala itu Suwendha bahu membahu dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Denpasar pertama, I Gusti Ketut Anom.
“Saat itu Denpasar baru lahir sebagai Kota Madya, belum menjadi Kota Denpasar seperti sekarang. Sebab, saat itu Denpasar baru berpisah dari Kabupaten Badung. Jadi, Pak Suwendha adalah walikota perintis yang memulai dari nol persen,” kenang IGK Anom saat ditemui Nusabali di kediamannya kawasan Denpasar, Senin (15/2).
IGK Anom tahu persis karakter Walikota Suwendha kala itu, karena dialah yang mendampinginya selaku Sekda. Menurut IGK Anom, Suwendha berjuang ekstra keras menggarap sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber PAD yang digarap mulai dari pajak reklame, pajak bangsa asing, pajak keramaian, hingga pajak tanah (saat itu disebut Ipeda). ”PAD dan APBD Denpasar kala itu sangat kecil,” katanya.
Dia menyebutkan, di era kepemimpinannya, Walikota Suwendha juga menyusun Rencana Tata Ruang Kota (RRTK) Denpasar. Di era Suwendha pula dilakukan penataan transportasi dan infrastruktur di Denpasar sebagai sebuah kota yang siap berkembang.
“Era itu, Pak Suwendha yang menghapus kendaraan roda tiga di Denpasar. Tujuannya, untuk menciptakan transportasi massal yang lebih baik,” beber IGK Anom.
Menurut IGK Anom, Walikota Suwendha-lah yang menjadi peletak dasar Kota Denpasar bisa berkembang seperti sekarang. Untuk kelanjutannya, memang tergantung pemimpin ke depan. “Saat ini, saya sebagai masyarakat berharap Denpasar bisa lebih maju dengan pemimpin barunya. Masalah-masalah sekarang sudah begitu banyak di Denpasar. Mulai dari masalah banjir setiap tahun, padatnya penduduk dan alih fungsi lahan hijau. Itu tugas walikota sekarang. Sangat berat tuga pemimpin sekarang,” ujar politisi Golkar asal Jero Tegeh Banjar Titih, Desa Dauh Puri Kangin, Kecamatan Denpasar Barat yang mantan anggota DPRD Denpasar tiga periode ini.
Setelah kepemimpinan Suwendha berakhir tahun 1997, muncul Kolonel Inf I Komang Arsana SIP menggantikannya sebagai Walikota Denpasar. Komang Arsana pun naik melalui pemilihan di DPRD Kota Denpasar. Namun, mantan Kasospol Kodam IX/Udayana ini hanya 3 tahun menjabat Walikota Denpasar (1997-2000). Pasalnya, perwira TNI AD asal Karangasem ini keburu meninggal dunia akibat serangan jantung usai main tenis.
Karenanya, selama 3 tahun kepemimpinan Walikota Arsana, tidak banyak melahirkan program yang menonjol dan fenomenal. Menurut mantan Sekda Kota Denpasar, I Made Westra, yang naik jabatan di era Walikota Arsana, atasannya itu belum sempat fokus menyiapkan programnya. “Mungkin karena jabatan yang sangat pendek itu, beliau (Walikota Arsana) tidak sempat fokus menyiapkan program. Hanya tiga tahun kurang,” ujar Made Westra di Denpasar, Senin kemarin.
Setelah berlalunya era Komang Arsana, naiklah AA Gede Ngurah Puspayoga sebagai Walikota Dempasar sejak tahun 2000. Politisi PDIP asal Puri Satria Denpasar ini menjabat periode pertama 2000-2005. Kemudian, mantan Ketua DPC PDIP Denpasar ini kembali terpilih menjadi Walikota Denpasar 2005-2010 melalui Pilkada 2005.
Pasangannya di posisi Wakil Walikota adalah IB Rai Dharmawijaya Mantra.
Namun, dalam periode kedua, Puspayoga hanya menjabat selama 3 tahun mulai 2005 hingga 2008, krena naik menjadi Wakil Gubernur Bali berpaket dengan Made Mangku Pastika melalui Pilgub 2008. Puspayoga---yang kini Menteri Koperasi dan UMKM---kala itu digantikan IB Rtai Mantra sebagai Walikota Denpasar.
Selanjutnya...
Komentar