nusabali

Usaba Dalem, Krama Lanang Pikul Banten Sokan

  • www.nusabali.com-usaba-dalem-krama-lanang-pikul-banten-sokan

Krama dari tujuh desa pakraman di Kabupaten Karangasem menggelar Usaba Dalem atau Usaba Dodol di masing-masing Pura Dalem pada Buda Pon Watugunung, Rabu (14/3).

AMLAPURA, NusaBali
Meski diguyur hujan, proses Usaba Dalem berjalan khidmad. Keunikan Usaba Dalem yakni persembahan banten Sokan (kemasan banten dipikul karma lanang atau kaum lelaki) di Banjar Adat Pegubugan, Desa Pakraman Duda, Kecamatan Selat, Karangasem. Banten itu bermakna persembahan wujud syukur kemakmuran semesta.

Tujuh Desa Pakraman yang merayakan Usaba Dalem yakni Desa Pakraman Subagan Kecamatan Karangasem, Desa Pakraman Sibetan Kecamatan Bebandem, lima lainnya di wilayah Kecamatan Selat yakni Desa Pakraman Putung, Desa Pakraman Duda, Desa Pakraman Geriana Kangin, Desa Pakraman Geriana Kauh, dan Desa Pakraman Perangsari. Dari tujuh desa pakraman, hanya di Banjar Pegubugan, Desa Pakraman Duda ritualnya paling unik. Sebab ditandai mempersembahkan banten Sokan. Setiap halaman rumah wajib mempersembahkan banten Sokan yang diyakini sebagai perantara Sang Pitara (leluhur) yang dimohon di Pura Dalem diantar pulang bertemu pretisentana (keturunan) secara niskala.

Banten Sokan terbagi dua, satu bagian terdiri dari tiga jaja uli (jajan terbuat dari adonan tepung beras dan ketan) per butir menghabiskan bahan 3,5 kilogram. Kemasan yang satu lagi terdiri dari jajan dodol, satuh, jempani, kerupuk, semuanya jumlahnya serba tiga buah. Begitu juga pis bolong (uang kepeng) tiga ikat, per ikat isinya 200 kepeng), aneka buah, dan tiga ikat sate. Sebagai hiasannya berupa onggar-onggar menggunakan bunga gumitir atau ratna, tingkatannya ganjil mulai dari tingkat tiga, lima, bahkan ada yang menggunakan tingkat tujuh dengan mengedepankan estetika dan etika. Juga dilengkapi rantasan (kemasan kain ditumpuk rapi) sebagai stana Sang Pitara.

Banten Sokan itu persembahan sarwa prani sebagai wujud kemakmuran yang dianugerahi Sang Hyang Widhi Wasa, selanjutnya dikembalikan dalam bentuk yadnya. Setelah usai melakukan persembahyangan di Pura Dalem, banten Sokan kembali dipikul dibawa pulang ke rumah masing-masing. Setiba di lebuh (pintu gerbang rumah) disambut banten segehan dan tetabuhan (menuangkan minuman tuak, berem, arak, dan air putih), setelah itu barulah krama yang memikul Sokan bisa masuk pekarangan. Untuk pamuspaan di Pura Dalem Banjar Adat Pegubugan dipuput Ida Pedanda Gede Subiksa dari Gria Gede, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat. Sedangkan persembahyangan di Pura Dalem Desa Pakraman Duda dipuput Ida Pedanda Gde Kutuh Manuaba dari Gria Tegeh, Banjar Pesangkan, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat.

Krama di Banjar Pegubugan melakukan persembahyangan dikoordinasikan Kelian Banjar Pegubugan I Komang Dana, dibantu para pamangku. “Banten Sokan merupakan persembahan yang telah menjadi tradisi turun temurun. Diyakini sebagai sarana mengantar Sang Pitara pulang untuk ikut diupacarai,” kata Komang Dana. Buktinya, usai Usaba Dalem, krama saling berkunjung melakukan persembahyangan di palinggih sanggah masing-masing sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Jro Mangku Sudiana, pamangku di Pura Pamaksan Sang Hyang Aji Saraswati, Banjar Adat Pegubugan, juga mengatakan demikian. “Selain bermakna untuk persembahan, juga telah menjadi budaya yang dilestarikan melalui ritual,” jelas Mangku Sudiana. Usaba Dalem di Pura Dalem Desa Pakraman Duda dihadiri Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumatri. Bupati Mas Sumatri melakukan persembahyangan disertai ngaturang punia diterima Bendesa Pakraman Duda, I Komang Sujana, didampingi anggota Kerta Desa I Gede Pawana. *k16

Komentar