Dilarang Paket Nyepi Bersifat Hiburan
Shalat Gerhana Matahari bagi umat Muslim agar menyesuaikan dengan suasana Nyepi.
Seruan Bersama Hari Raya Nyepi
DENPASAR, NusaBali
Majelis-majelis Agama dan Keagamaan Provinsi Bali mengeluarkan seruan bersama jelang Hari Raya Suci Nyepi (9 Maret 2016), di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, Selasa (16/2). Seruan ini untuk menjaga toleransi umat beragama, sebab pelaksanaan Nyepi kali ini bertepatan dengan Shalat Gerhana Matahari bagi umat Muslim. Selain itu paket Nyepi yang ditawarkan hotel-hotel juga dilarang jika bertujuan untuk hiburan.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali, Ida I Dewa Gede Ngurah Swastha SH mengatakan, kegiatan rutin jelang Nyepi ini dianggap sebagai antisipasi terjadinya intoleransi, sehingga dengan jalan duduk bersama didapatkan solusi terbaik untuk seluruh umat guna pembangunan agama. Setelah pertemuan bersama tersebut, para tokoh agama selanjutnya menyampaikan seruan ini kepada umatnya masing-masing.
"Pelaksanaan Hari Suci Nyepi tidak mengurangi kebebasan umat lain untuk melakukan ibadahnya, hanya saja tetap diatur untuk ikut menjaga kesucian Nyepi. Tujuannya tetap dalam rangka toleransi dan kerukunan," ujar Swastha.
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali, AA Gede Muliawan, SAg MSi menambahkan, meski saat Nyepi suasana Bali tanpa aktivitas di luar rumah, namun pihaknya menghimbau masyarakat tetap waspada dengan keamanan Bali, mengingat kasus terorisme rawan mengancam Pulau Dewata.
"Dalam keadaan Nyepi kita tidak boleh lengah. Sebaliknya harus waspada terhadap lingkungan sekitar. Sebab Bali sebagai pulau wisata, selain ada yang mencintai pulau kita tentu ada juga yang tidak menyukai Bali. Momen Nyepi ini kami harapkan masyarakat tetap waspada," imbaunya.
Selain itu, guna meningkatkan pemahaman tentang Nyepi, kata Muliawan, pengawas agama akan mengundang guru agama dari tingkat SD hingga perguruan tinggi untuk diberikan pendalaman agama terutama disiplin pelaksanaan Catur Brata Penyepian.
Sementara beberapa poin penting terkait seruan bersama tersebut antara lain bagi umat lain agar ikut menjaga kesucian rangkaian pelaksanaan Nyepi dan dalam melaksanakan peribadatan bagi umat Islam (Shalat Gerhana Matahari) agar menyesuaikan dengan suasana Nyepi. Bagi lembaga penyiaran radio dan televisi diminta untuk tidak bersiaran. Selain itu masyarakat dilarang menyalakan petasan, pengeras suara, bunyi-bunyian dan sejenisnya yang bersifat mengganggu ketertiban dan kesucian Nyepi. Termasuk juga melarang adanya paket hiburan Hari Raya Suci Nyepi bagi hotel-hotel dan penyedia jasa hiburan lainnya yang ada di Bali.
Disinggung terkait adanya Paket Hiburan Nyepi yang ditawarkan di hotel-hotel, Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Prof Dr Drs IGN Sudiana MSi menegaskan, melarang terutama jika paket tersebut bertujuan untuk hiburan. Dalam artian, ketika Nyepi berlangsung para pembeli paket liburan Nyepi tidak boleh menghidupkan musik, tarian, dan sejenisnya bahkan minum-minuman keras hingga menyebabkan kegaduhan. Pihaknya mengimbau hotel dan villa, bahwa paket Nyepi yang dimaksud bukan berkaitan dengan hiburan, namun ikut merasakan Nyepi di hotel.
"Pelanggaran di luar seruan ini, akan mendapat sanksi bagi pelaksana. General manager hotel atau villa bisa disanksi. Jika pemilik hotel merupakan orang luar, sanksinya bisa dideportasi ijinnya untuk tidak tinggal di Bali lagi. Sedangkan jika orang Bali, harus jadi contoh bagi yang lain. Bila sampai terjadi kegaduhan merupakan penodaan kesucian hari raya Nyepi termasuk penodaan terhadap Agama Hindu," jelasnya.
Ditambahkan, mengenai pelaksanaan Shalat Gerhana Matahari bagi umat Muslim, kata Sudiana, hal tersebut sudah dikoordinasikan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali, dimana shalat dimulai dan berakhir pukul 07.15 Wita di masjid terdekat dengan berjalan kaki. Selain itu, shalat tersebut digabung shalat subuh dengan tidak membunyikan pengeras suara. "Secara teknis MUI akan melakukan seruan itu kembali kepada umatnya," terangnya.
Sedangkan jika ada piodalan yang bertepatan dengan Nyepi, PHDI telah memberikan edaran bahwa piodalan dilaksanakan hingga pukul 06.00 Wita dengan tidak membunyikan gong, nepek kulkul, tidak membunyikan genta, tidak menyalakan dupa, tidak mengundang sulinggih dan kerabat jauh. "Jadi odalannya nyepi. Kalau bisa dilakukan penangguh piodalan, yaitu piodalan dilaksanakan 6 bulan kemudian," ucap Sudiana. 7 i
Komentar