Ketua Dewan Siap Kawal Bandara Buleleng
Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, siap kawal pembangunan Bandara Internasional Bali Utara di Buleleng hingga benar-benar terwujud.
Bupati Buleleng: Bandara Baru Perlu karena Kebutuhan
DENPASAR, NusaBali
Bandara Buleleng harus terwujud, sebagai solusi terbaik untuk hapus kesenjangan Bali Selatan dan Bali Utara.Adi Wiryatama mengatakan, masalah penenetapan lokasi (penlok) Bandara Buleleng tidak jadi persoalan. Yang terpenting, Bandara Internasional Bali Utara berada di Buleleng. “Penentuan lokasi tidak perlu di-pro kontra-kan. Yang penting, Bandara Buleleng terwujud. Kami akan ikuti perkembangan secara marathon. Apalagi, nanti akan ada presentasi hasil kajian dari World Bank dan Unud di Jakarta dengan mengundangn DPRD Bali,” tandas Adi Wiryatama di Denpasar, Kamis (15/3).
Rencana Bandara Buleleg sendiri, kata Adi Wiryatama, sudah tertuang dalam Perda Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali. Karena itu, Bandara Buleleng harus diwujudkan. “Terkait kajian, yang menentukan adalah Kementerian Perhubungan. Kami DPRD Bali akan mengawal ini supaya terwujud sesegera mungkin,” ujar politisi senior PDIP asal banjar Tegeh, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini.
Menurut mantan Bupati Tabanan dua periode (2000-2005, 2005-2010) ini, Bandara Buleleng sangat mendesak dibangun sebagai solusi untuk mematahkan kesenjangan sosial-ekonomi masyarakat Bali Utara dan Bali Selatan. “Banyak alternatif lain program pembangunan yang ditawarkan pusat untuk mengembangkan Bali Utara. Tapi, Bandara Buleleng menjadi solusi paling tepat, karena akan meningkatkan pe-rekonomian masyarakat di Bali Utara. Sekarang terkesan pembangunan itu terfokus di Bali Selatan. Nah, ke depan kita ingin merata dengan membawa program ke Bali Utara,” ujar Sekretaris Deewan Pertimbangan Daerah PDIP Bali ini.
Soal adanya tawaran pembangunan dermaga Kapal Roro dari Banyuwangi (Jawa Timur) ke Celukan Bawang (Kecamatan Gerokgak, Buleleng) dan perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban (Kecamatan Kuta, Badung), menurut Adi Wiryatama, pihaknya apresiasi kepada pusat. Namun, kalau bisa, Bandara Buleleng ini yang lebih tepat diwujudkan segera.
Adi Wiryatama menyebutkan, Kementerian Perhubungan dan Kemenko Kemaritiman masih berkoordinasi terkait Bandara Buleleng. Sedangkan studi kelayakan Bandara Buleleng sudah dianggarkan pusat. “Kami mendukung studi kelayakan ini bisa dipercepat, supaya ada kepastian. Bagi kita wakil rakya DPRD Bali, Bandara Buleleng satu keharusan,” tegas ayah dari Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti ini.
Adi Wiryatama pun meminta pemerintah pusat komitmen dengan pembangunan Bandara Buleleng. “Jangan hanya omong-omong doang, apalagi pihak swasta sudah siap bekerjasama. Ingat, Bali Selatan sudah krodit. Katanya Bali pintu utama pariwisata Indonesia. Bagaimana rumahnya mau bagus, kalau pintunya rusak?” katanya.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menyatakan Bali masih sangat perlu tambahan bandara baru, melihat dari persepektif kebutuhan dan keandalan Bandara Ngurah Rai saat ini. Karena itu, pihaknya samat berharap Bandara Buleleng segera dibangun.
Menurut Agus Suradnyana, membangun bandara tidak bisa melihat dari sisi persepektif kebijakan semata, apalagi perspektif politik. “Ketika saya mau memutuskan sesuatu, bukan pada skala kebijakan semata, tapi saya melihat skala kubutuhan. Jadi, saya minta semua pihak dapat secara arif dan bijaksana berpikir bahwa membangun bandara bukan sekadar persepektif kebijakan, tapi melihat perspektif kebutuhan di Bali,” kata Agus Suradnyana saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Si-ngaraja, Kamis kemarin.
Agus Suradnyana menyatakan, dari sisi kebutuhan, Bali masih sangat perlu ada bandara baru. Karena berdasar perhitungan proyeksi kunjungan pariwisata ke Bali, dipastikan terus bertambah tiap tahunnya. Apalagi, target kunjungan wisatawan asing secara nasional telah ditetapkan 20 juta. Sedangkan Bandara Internasional Ngurah Rai, dari sisi kapasitas sudah tidak mencukupi untuk memenuhi tingkat kunjungan wisatawan itu.
“Dari proyeksi dan target kunjungan wisatawan itu saja sudah bisa kita perhitungkan, apa mungkin tetap mengandalkan satu bandara yakni Bandara Ngurah Rai?” papar politisi PDIP asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang mantan Ketua Komisi III DPRD Bali tiga periode ini.
Dari sisi keandalan bandara, kata dia, Bali juga sangat perlu tambahan bandara. Alasannya, dengan satu bandara, pariwisata Bali cukup rawan ketika ada bencana alam. Agus Suradnyana mencotohkan ketika erupsi Gunung Agung, dampaknya cukup besar terhadap pariwisata. Kala itu, banyak wisatawan yang membatalkan kunjungan ke Bali. Bahkan, dampak bencana masih dirasakan saat ini, kedati Gunung Agung sudah tidak erupsi lagi.
“Walaupun Gunung Agung dikatakan sudah turun status, ternyata wisatawan asing tetap tidak mau ke Bali. Sampai-sampai kita harus mendatangi mereka ke negaranya dan membujuk agar mau datang ke Bali, dengan penawaran harga lebih murah. Ini terus terang saja, seperti itulah kondisi pariwisata kita,” kata Bupati yang juga pengusaha akomodasi ini.
Menurut Agus Suradnyana, perlunya tambahan bendara itu salah satunya untuk mengantisipasi dampak bencana alam yang mungkin saja kembali terjadi. Nah, dengan ada tambahan bandara, ada pilihan sehingga dapat memberi jaminan keselamatan bagi wisatawan asing yang datang atau balik ke negara asalnya. “Saya tidak mau berbicara banyak karena mementumnya kurang pas, saat ini masih situasi Pilgub Bali 2018. Nantilah ketika Gubernur baru sudah terpilih, tentu saya akan berjuang maksimal agar Bandara Buleleng terwujud,” tegasnya. *nat,k19
1
Komentar