Bina Antarbudaya Dibuka Akhir Maret
Selama program berlangsung, peserta akan tinggal dengan keluarga angkat dan bersekolah di SMA negara setempat.
Program Pertukaran Pelajar 2018, Chapter Denpasar Gelar TOT
DENPASAR, NusaBali
Program Pertukaran Pelajar Bina Antarbudaya tahun Seleksi 2018 kembali digelar. Untuk pendaftaran di Chapter Denpasar yang meliputi wilayah Bali dan NTT, akan dibuka tanggal 25 Maret hingga 24 April 2018. Namun sebelum memulai pendaftaran, terlebih dahulu Bina Antarbudaya Chapter Denpasar mengadakan Training of Trainers (TOT) untuk 20 orang relawan dengan mendatangkan pelatih dari Bina Antarbudaya Nasional.
Ketua Panitia Seleksi Bina Antar Budaya 2018 Chapter Denpasar, Ni Luh Yesi Candrika mengatakan, tujuan pelaksanaan pelatihan ini adalah untuk memperkenalkan lebih dalam Bina Antarbudaya, program, serta mekanisme seleksi peserta pada calon relawan yang baru bergabung.
"Saat ini kami melibatkan 20 orang yang berasal dari kalangan pelajar SMA, mahasiswa, dan umum. Karena pendaftaran akan dibuka 25 Maret sampai 24 April 2018, kami merasa perlu mengadakan pelatihan kepada relawan sebelum nanti ikut mengadakan seleksi," ujarnya, belum lama ini.
Dijelaskan, program Bina Antarbudaya merupakan program pertukaran pelajar dari Indonesia ke negara-negara di seluruh dunia. Program ini terbagi menjadi dua, yakni Program YES (Youth Exchange Study) dan Program AFS (American Field Service).
Program ini diikuti khususnya siswa SMA yang berada di kelas X dan XI. Para pelajar akan belajar selama hampir setahun di negara tujuan, meski sepulangnya ke Indonesia, mereka harus mengejar ketertinggalan selama setahun di sekolahnya di Indonesia. Selama program berlangsung, peserta akan tinggal dengan keluarga angkat dan bersekolah di SMA negara setempat.
Menurut Ketua Bina Antarbudaya Nasional, Asmir A Agoes, program Bina Antarbudaya merupakan program latihan yang diadakan oleh Yayasan Bina Antar Budaya, salah satu yayasan nirlaba yang bergerak di bidang pertukaran pelajar. Visi dari yayasan tersebut adalah untuk mengembangkan pemimpin masa depan yang bermartabat untuk perdamaian dunia. Beberapa n8ama tokoh nasional seperti Taufik Ismail dan Anies Baswedan merupakan salah satu alumni program ini.
“Kami melakukan pelatihan agar (peserta bina antarbudaya, red) bisa berinteraksi dengan budaya yang berbeda dengan damai, efektif dan berhasil. Selama 50 tahun, kami telah tukarkan peserta sebanyak 5.000 orang, di mana 3.200 orang dikirim ke luar negeri, sedangkan 1.800 itu datang ke Indonesia. Ada lebih dari 30 negara di dunia yang bergabung,” jelasnya.
Lebih lanjut, keberadaan program tersebut diawali dari organisasi sopir ambulans di Amerika. Ketika Perang Dunia II, para sopir ambulans yang terjun ke medan perang melihat kekejaman perang yang luar biasa. Setelah Perang Dunia selesai, mereka kemudian berinisiatif mengadakan pertukaran pelajar. Melalui pertukaran dan pemahaman budaya masing-masing bangsa, diharapkan kedamaian dan kesejahteraan dunia akan tercipta.
“Program ini awalnya dilakukan antara pelajar Amerika dengan Jerman dan Jepang. Lambat laun program menyebar ke seluruh dunia. Sekarang programnya sudah bermacam-macam. Khusus untuk Indonesia, kami akan memperluas tidak hanya ke Amerika dan Eropa, tapi dengan Asia, Afrika dan Eropa timur. Kami juga sedang mengusahakan pertukaran antar orang Indonesia,” imbuhnya.
Sementara itu, Kasi Organisasi Kepemudaan dan Kepramukaan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali, IB Oka Windusara mengatakan pihaknya sangat mendukung program tersebut. “Sangat positif, karena bisa mengembangkan generasi muda yang sebelumnya belum tersentuh pendidikan volunteer. Dengan pendidikan kepemimpinan volunteer ini mereka bisa menambah wawasan agar bisa bersaing dengan tingkat internasional,” ujarnya. *ind
Komentar