Ekspor Industri Ikan Kaleng Jeblok
Nilai ekspor sektor industri Bali memang meningkat dari tahun ke tahun.
DENPASAR, NusaBali
Namun dari 6 komoditas ekspor industri, ekspor ikan kaleng yang mengalami penurunan nilai ekspor yang akut. Nilai ekspor industri ikan kaleng, merosot. Hanya belum jelas penyebab merosotnya ekspor ikan kaleng.
Kalangan pengusaha industri ikan kaleng, mengaku merosotnya ekspor ikan kaleng, karena penurunan produksi akibat minimnya bahan baku industri ikan kaleng, seperti sarden dan juga lumuru. “Sampai mengimpor dari Pakistan dan Oman,” ungkap Upi Ratna, seorang pengusaha pengalengan ikan di Pengambengan, Jembrana, Minggu (18/3).
Untuk mendapatkan kouta impor menurut Upi Ratna, juga sulit. “Jika impor tidak ada, ikan lokal juga tidak ada, karyawan terpaksa diliburkan,” kata Upi Ratna.
Dimana kesulitan mendapatkan izin kuota impor tak disebutkan Upi Ratna. Dikatakannya,karena kesulitan mendapatkan bahan baku, Upi Ratna mengibaratkan usaha pengalengan ikan seperti sudah mati suri.
Indikasi merosotnya ekspor ikan kaleng, juga terungkap dari penjelasan Kabid Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Anak Agung Ngurah Bagawinata. “Dalam sebulan belum tentu ada permohonan SKA (Surat Keterangan Asal),” ungkap Agung Bagawinata.
Tidak seperti SKA komoditas lain, seperti kerajinan. “Namun bisa jadi SKA-nya bukan dari Disperindag, “ tambahnya. Karena bisa saja juga dari lembaga lain.
Di pihak lain pihak Kadin mengaku terkesan bingung dengan bahan baku industri ikan kaleng. “Kalau soal kebijakan kami kira tidak ada masalah,” ujar Wakil Ketua Kadin Bali, Bidang Perikanan. Kata dia, kalau memang bahan baku kurang, pengusaha bisa meminta kuota. “Kalau impor untuk ekspor, pemerintah pasti mendukung,” ujar Hariyanto Mulia.
Namun kalau sudah menyangkut bisnis, seperti harga, Pemerintah dan juga Kadin, kata Hariyanto Mulia, Kadin tentu tidak bisa mencampurinya. “Itu murni urusan antara pembeli (pengimpor) dengan penyedia (eksporter dari luar),” katanya.
Data Disperindag, pada Januari-September 2016, nilai ekspor ikan kaleng Bali mencapai 13,6 juta dollar. Pada Januari-September 2017 nilai ekpor menurun hanya jadi 5,6 juta dollar. Sedang pada Januari-Februari 2018, nilai ekspor ikan kaleng baru tercatat 980 ribu dollar untuk 125 ribu (naik 84 persen). Namun untuk ekspor per satuan ekor (hidup) pada Januari-Feruari 2018 , nol. Sedang Januari-Februari 2017 hanya 662 ribu lebih. *k17
Namun dari 6 komoditas ekspor industri, ekspor ikan kaleng yang mengalami penurunan nilai ekspor yang akut. Nilai ekspor industri ikan kaleng, merosot. Hanya belum jelas penyebab merosotnya ekspor ikan kaleng.
Kalangan pengusaha industri ikan kaleng, mengaku merosotnya ekspor ikan kaleng, karena penurunan produksi akibat minimnya bahan baku industri ikan kaleng, seperti sarden dan juga lumuru. “Sampai mengimpor dari Pakistan dan Oman,” ungkap Upi Ratna, seorang pengusaha pengalengan ikan di Pengambengan, Jembrana, Minggu (18/3).
Untuk mendapatkan kouta impor menurut Upi Ratna, juga sulit. “Jika impor tidak ada, ikan lokal juga tidak ada, karyawan terpaksa diliburkan,” kata Upi Ratna.
Dimana kesulitan mendapatkan izin kuota impor tak disebutkan Upi Ratna. Dikatakannya,karena kesulitan mendapatkan bahan baku, Upi Ratna mengibaratkan usaha pengalengan ikan seperti sudah mati suri.
Indikasi merosotnya ekspor ikan kaleng, juga terungkap dari penjelasan Kabid Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Anak Agung Ngurah Bagawinata. “Dalam sebulan belum tentu ada permohonan SKA (Surat Keterangan Asal),” ungkap Agung Bagawinata.
Tidak seperti SKA komoditas lain, seperti kerajinan. “Namun bisa jadi SKA-nya bukan dari Disperindag, “ tambahnya. Karena bisa saja juga dari lembaga lain.
Di pihak lain pihak Kadin mengaku terkesan bingung dengan bahan baku industri ikan kaleng. “Kalau soal kebijakan kami kira tidak ada masalah,” ujar Wakil Ketua Kadin Bali, Bidang Perikanan. Kata dia, kalau memang bahan baku kurang, pengusaha bisa meminta kuota. “Kalau impor untuk ekspor, pemerintah pasti mendukung,” ujar Hariyanto Mulia.
Namun kalau sudah menyangkut bisnis, seperti harga, Pemerintah dan juga Kadin, kata Hariyanto Mulia, Kadin tentu tidak bisa mencampurinya. “Itu murni urusan antara pembeli (pengimpor) dengan penyedia (eksporter dari luar),” katanya.
Data Disperindag, pada Januari-September 2016, nilai ekspor ikan kaleng Bali mencapai 13,6 juta dollar. Pada Januari-September 2017 nilai ekpor menurun hanya jadi 5,6 juta dollar. Sedang pada Januari-Februari 2018, nilai ekspor ikan kaleng baru tercatat 980 ribu dollar untuk 125 ribu (naik 84 persen). Namun untuk ekspor per satuan ekor (hidup) pada Januari-Feruari 2018 , nol. Sedang Januari-Februari 2017 hanya 662 ribu lebih. *k17
1
Komentar