Tinggi, Animo Pelamar Penyuluh Bahasa Bali
Pedaftaran penyuluh Bahasa Bali yang dibuka awal Maret lalu untuk menutup kekurangan 180 orang penyuluh yang mengundurkan diri tinggi peminat.
SINGARAJA, NusaBali
Namun dikhawatirkan akan terjadi ketidakmerataan di daerah-daerah yang memerlukan pengganti penyuluh dalam jumlah banyak.Koordinator Penyuluh Bahasa Bali, Nyoman Suka Ardiyasa dihubungi Senin (19/3) siang kemarin mengatakan pelamaran penyuluh bahasa Bali akan ditutup pada tanggal 23 Maret mendatang. Ia pun mengaku baru bisa menyampaikan berapa total pelamar yang masuk untuk mengisi kekosongan tersebut.
“Tapi sejauh ini antusiasnya tinggi, tetapi yang masih menjadi kendala adalah ketidakmerataan, yang kami khawatirkan itu terjadi di Jembrana, karena di sana lulusan Bahasa Bali snagat sedikit,” kata dia. Selain itu di gumi makepung itu dari 51 orang penyuluh yang diperlukan kini masih tersisa 20 orang, sisanya 31 orang masih kosong.
Selain Jembrana yang memerlukan penyuluh pengganti dengan jumlah sangat tinggi di Buleleng dengan 71 orang. Sehingga dapat menambah 77 orang yang masih bertahan untuk mencapai angka 148 orang penyuluh di semua desa.
Selain juga Kabupaten Tabanan dengan kekurangan 54 orang untuk mencapai 143 orang penyuluh. Angka kekurangan penyuluh yang cukup besar juga terlihat di Kabupaten Badung sebanyak 13 orang dari jumlah total 62 ornag penyuluh. Selain Kabupaten Bangli dnegan kekurangan 9 ornag, Denpasar 1 orang dan Bangli 1 orang.
Untuk mengisi kemungkinan ketidak merataan pelamar baru pihaknya mengaku sedang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali terkait kebijakan yang akan diambil jika hal tersebut benar terjadi. Sebab menurut Suka kemungkinan menerima lagi pelamar yang sudah sempat menjadi penyuluh dan mengundurkan diri sudah tidak diperbolehkan dalam aturan penerimaan pelamar.
Mereka yang sudah memutuskan untuk mengundurkan diri sudah masuk dalam daftar blacklist sesuai dengan keputusan Gubernur Bali Made Mangku Pastika belum lama ini. Mereka dinilai tidak komitmen untuk memperjuangkan bahasa ibu yang mereka miliki. “Yang sudah mengundurkan diri sudah di-cut, karena mereka dinilai tidak komitment dan main-main. Karena ini bukan soal kerja yang dilihat gaji tidak sebanding dengan profesi penerjemah lontar tetapi sebuah perjuangan,” ungkap Suka.
Mengantisipasi ketidakmerataan tersebut ia pun mengaku sedang berpromosi keras untuk menarik kembali mereka lulusan Bahasa Bali yang sudah diterima bekerja di berbagai instansi Swasta dan Negeri. *k23
“Tapi sejauh ini antusiasnya tinggi, tetapi yang masih menjadi kendala adalah ketidakmerataan, yang kami khawatirkan itu terjadi di Jembrana, karena di sana lulusan Bahasa Bali snagat sedikit,” kata dia. Selain itu di gumi makepung itu dari 51 orang penyuluh yang diperlukan kini masih tersisa 20 orang, sisanya 31 orang masih kosong.
Selain Jembrana yang memerlukan penyuluh pengganti dengan jumlah sangat tinggi di Buleleng dengan 71 orang. Sehingga dapat menambah 77 orang yang masih bertahan untuk mencapai angka 148 orang penyuluh di semua desa.
Selain juga Kabupaten Tabanan dengan kekurangan 54 orang untuk mencapai 143 orang penyuluh. Angka kekurangan penyuluh yang cukup besar juga terlihat di Kabupaten Badung sebanyak 13 orang dari jumlah total 62 ornag penyuluh. Selain Kabupaten Bangli dnegan kekurangan 9 ornag, Denpasar 1 orang dan Bangli 1 orang.
Untuk mengisi kemungkinan ketidak merataan pelamar baru pihaknya mengaku sedang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali terkait kebijakan yang akan diambil jika hal tersebut benar terjadi. Sebab menurut Suka kemungkinan menerima lagi pelamar yang sudah sempat menjadi penyuluh dan mengundurkan diri sudah tidak diperbolehkan dalam aturan penerimaan pelamar.
Mereka yang sudah memutuskan untuk mengundurkan diri sudah masuk dalam daftar blacklist sesuai dengan keputusan Gubernur Bali Made Mangku Pastika belum lama ini. Mereka dinilai tidak komitmen untuk memperjuangkan bahasa ibu yang mereka miliki. “Yang sudah mengundurkan diri sudah di-cut, karena mereka dinilai tidak komitment dan main-main. Karena ini bukan soal kerja yang dilihat gaji tidak sebanding dengan profesi penerjemah lontar tetapi sebuah perjuangan,” ungkap Suka.
Mengantisipasi ketidakmerataan tersebut ia pun mengaku sedang berpromosi keras untuk menarik kembali mereka lulusan Bahasa Bali yang sudah diterima bekerja di berbagai instansi Swasta dan Negeri. *k23
1
Komentar