nusabali

Dicurigai, Pembungkusan Nasi Saat Panas

  • www.nusabali.com-dicurigai-pembungkusan-nasi-saat-panas

Faktor lainnya, setelah dihidangkan, makanan disantap dalam jeda waktu yang lama.

Penyebab Keracunan Massal di Banjar Mudita, Sukawati

GIANYAR, NusaBali
Dinas Kesehatan (Diskes) Gianyar kini masih menunggu hasil pemeriksaan uji sampel makanan pasca kasus keracunan massal di Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar. Walau belum tahu penyebabnya, Kepala Diskes Gianyar Ida Ayu Cahyani menduga penyebab keracunan adalah nasi panas yang langsung dibungkus.

“Untuk kepastian penyebab belum ada. Kami masih menunggu hasil Labkes dan BPOM (Laboratorium Kesehatan Badan Penanggulangan Obat dan Makanan, Red) di Denpasar,” ujar Cahyani, Selasa (20/3). Untuk dugaan, Cahyani menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) itu terjadi.

“Pertama, makanan itu pas panas dibungkus,” ujar Cahyani. Faktor lainnya, setelah dihidangkan, makanan disantap dalam jeda waktu yang lama. “Dimakan jauh setelah dihidangkan, disantap malam,” jelasnya. Hal itu mempengaruhi kandungan makanan yang ada di dalam bungkusan.

Meski begitu, untuk kepastiannya, pihaknya masih menunggu hasil penelitian oleh Labkes di Denpasar. “Lama pemeriksaan itu relatif. Kalau dari penelitian kasus serupa sebelumnya, bisa sampai tujuh hari,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Sukawati Kompol Pande Sugiharta, yang sebelumnya turun menelusuri kasus keracunan masal itu menyebut kasus murni musibah. “Kesimpulannya musibah, tidak ada unsur kesengajaan. Itu anaknya dagang juga ikut diopname kok, gimana dia mau sengaja,” ujar Kompol Pande Sugiharta.

Sementara itu, hingga Selasa kemarin, pasien yang sebelumnya dirawat di RS Sanjiwani kondisinya mulai membaik. Direktur RS Sanjiwani dr Ida Komang Upeksa, mengaku dari sekitar seratusan warga yang sempat dirawat, 43 pasien sudah bisa pulang. “Kondisi pasien membaik, dan proses pemulangan jalan terus, hingga malam ini sudah 43 orang,” ujar Upeksa.

Dikatakan Upeksa, dari 43 pasien yang boleh pulang, kondisi tubuh mereka sudah membaik. “Mereka sudah mau makan minum, tidak ada diare, mual dan pusing sudah hilang. Juga panas mereka hilang. Jadi bisa puang,” jelasnya.

Bagi pasien yang bisa pulang, diberikan obat untuk rawat jalan. “Obat itu berlaku cukup untuk tiga hari saja. Misalnya ada antibiotik atau obat pusing masih sisa, bisa dilanjutkan di rumah,” jelasnya.

Mengenai biaya, sesuai dengan kebijakan Pemkab Gianyar, maka seluruh pasien yang tergolong KLB keracunan massal ini ditanggung pemerintah. “Semuanya gratis, tidak dikenakan biaya,” terangnya.

Diberitakan, sebelumnya pedagang nasi, Gusti Ayu Sukamini, mengaku sudah bekerja memasak nasi sesuai prosedur. Nasi untuk malam Pangerupukan, Jumat (16/3), dimasak sore pukul 15.00 Wita. Setelah nasi dingin, makanan dengan lauk, ayam, mie dan kacang saur dibungkus dengan kertas minyak. Nasi bungkus dibagikan pada pukul 19.00 Wita. Makanan pun disantap bersama pukul 21.00 Wita usai mengarak Ogoh-ogoh.

Keesokan harinya, Sabtu (17/3) pukul 03.00 Wita, satu per satu warga Banjar Mudita mengeluh diare disertai muntah. Selama Nyepi berlangsung, gelombang warga yang mengeluh makin banyak. Setelah sempat dirawat terpisah di RS Ganesha, Desa Celuk dan RS Ari Canti, Desa Mas, Ubud, akhirnya semua warga dirawat massal di RSUD Sanjiwani Gianyar.*nvi

Komentar