Sindikat Skimming Internasional Incar RI
Kejahatan skimming, yaitu menduplikasi kartu debit atau kartu ATM untuk kemudian menguras uang nasabah, memang tengah jadi buah bibir.
JAKARTA, NusaBali
Dari penangkapan Baltov Kaloyan Vasilev di Fave Hotel, Jalan Wahid Hasim, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Minggu dinihari lalu terungkap ribuan rekening nasabah di 13 bank yang ada di Indonesia telah dibobol para pelaku ini melalui mesin ATM.
Namun, menurut pengamat IT dari ITB Agung Harsoyo, kejahatan skimming yang dialami belasan bank di Tanah Air juga dialami bank-bank di luar negeri."Di negara manapun sama saja, dalam arti antara keamanan dengan yang mau bobol keamanan itu kan balapan. Jadi nanti begitu kita tingkatkan keamanannya, orang-orang yang berniat jahat itu cari namanya hole ya, jadi lobang yang bisa ditembus seperti apa," ujar Agung, Senin (19/3) seperti dilansir liputan6.
Menurut dia, siklus itu akan terus berjalan, antara pihak yang berusaha menjaga keamanan data nasabah dengan mereka yang ingin menjebolnya."Akan terus seperti begitu. Menurut saya, sekarang ini yang perlu dilakukan adalah edukasi kepada nasabah terkait dengan pengamanan transaksi. Itu harus lebih gencar lagi," tegas Agung.
Dia beralasan, pelaku skimming yang mayoritas adalah warga asing itu bukan tidak mungkin melihat banyak kelemahan yang dimiliki perbankan serta nasabah di Indonesia, sehingga mereka merasa lebih mudah beroperasi di Tanah Air.
"Mereka melihat sisi kelemahan secara sosiologis bahwa kita nggak terlalu aware. Kalau bertransaksi nggak berusaha ditutupi. Kita nggak punya prasangka buruk terhadap orang lain. Jadi mereka datang ke sini karena melihat ada potensi mengeksploitasi kelemahan kita tadi," pungkas Agung.
Hal senada diungkapkan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta, bahwa pelaku kejahatan skimming akan selalu mencoba sistem keamanan perbankan seiring dengan perkembangan teknologi."Ini kan karena adanya niat jahat, ditambah lagi dengan memanfaatkan teknologi," ujar Nico, Senin malam.
Karena berhubungan dengan teknologi, kejahatan skimming pun menjadi tantangan bagi kepolisian dan pihak perbankan untuk selalu memperbarui sistem pengamanan seperti yang selama ini sudah dilakukan."Pihak bank sendiri sudah melakukan antisipasi, antara lain dengan penggantian kartu ke jenis magnetik dan chip. Sedangkan untuk nasabah kita harapkan untuk mengganti nomor PIN secara berkala," jelas Nico.
Maraknya kasus skimming di dunia perbankan membuat Kepolisian RI berkoordinasi dengan Interpol untuk mengungkap catatan kriminal pelaku skimming ATM yang tertangkap beberapa waktu lalu. Lima orang itu diketahui merupakan Warga Negara Asing (WNA).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono mengungkapkan, modus yang digunakan para pelaku tersebut sejatinya sudah tidak asing lagi. Polisi pun juga sudah beberapa kali membongkar kasus serupa.
"Kita akan berkoordinasi dengan interpol, nanti kita akan komunikasikan apakah yang bersangkutan itu pernah melakukan kejahatan di negaranya," kata Argo di kantornya, Selasa (20/3).
Dari penangkapan Baltov Kaloyan Vasilev di Fave Hotel, Jalan Wahid Hasim, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Minggu dinihari lalu terungkap ribuan rekening nasabah di 13 bank yang ada di Indonesia telah dibobol para pelaku ini melalui mesin ATM.
Namun, menurut pengamat IT dari ITB Agung Harsoyo, kejahatan skimming yang dialami belasan bank di Tanah Air juga dialami bank-bank di luar negeri."Di negara manapun sama saja, dalam arti antara keamanan dengan yang mau bobol keamanan itu kan balapan. Jadi nanti begitu kita tingkatkan keamanannya, orang-orang yang berniat jahat itu cari namanya hole ya, jadi lobang yang bisa ditembus seperti apa," ujar Agung, Senin (19/3) seperti dilansir liputan6.
Menurut dia, siklus itu akan terus berjalan, antara pihak yang berusaha menjaga keamanan data nasabah dengan mereka yang ingin menjebolnya."Akan terus seperti begitu. Menurut saya, sekarang ini yang perlu dilakukan adalah edukasi kepada nasabah terkait dengan pengamanan transaksi. Itu harus lebih gencar lagi," tegas Agung.
Dia beralasan, pelaku skimming yang mayoritas adalah warga asing itu bukan tidak mungkin melihat banyak kelemahan yang dimiliki perbankan serta nasabah di Indonesia, sehingga mereka merasa lebih mudah beroperasi di Tanah Air.
"Mereka melihat sisi kelemahan secara sosiologis bahwa kita nggak terlalu aware. Kalau bertransaksi nggak berusaha ditutupi. Kita nggak punya prasangka buruk terhadap orang lain. Jadi mereka datang ke sini karena melihat ada potensi mengeksploitasi kelemahan kita tadi," pungkas Agung.
Hal senada diungkapkan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta, bahwa pelaku kejahatan skimming akan selalu mencoba sistem keamanan perbankan seiring dengan perkembangan teknologi."Ini kan karena adanya niat jahat, ditambah lagi dengan memanfaatkan teknologi," ujar Nico, Senin malam.
Karena berhubungan dengan teknologi, kejahatan skimming pun menjadi tantangan bagi kepolisian dan pihak perbankan untuk selalu memperbarui sistem pengamanan seperti yang selama ini sudah dilakukan."Pihak bank sendiri sudah melakukan antisipasi, antara lain dengan penggantian kartu ke jenis magnetik dan chip. Sedangkan untuk nasabah kita harapkan untuk mengganti nomor PIN secara berkala," jelas Nico.
Maraknya kasus skimming di dunia perbankan membuat Kepolisian RI berkoordinasi dengan Interpol untuk mengungkap catatan kriminal pelaku skimming ATM yang tertangkap beberapa waktu lalu. Lima orang itu diketahui merupakan Warga Negara Asing (WNA).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono mengungkapkan, modus yang digunakan para pelaku tersebut sejatinya sudah tidak asing lagi. Polisi pun juga sudah beberapa kali membongkar kasus serupa.
"Kita akan berkoordinasi dengan interpol, nanti kita akan komunikasikan apakah yang bersangkutan itu pernah melakukan kejahatan di negaranya," kata Argo di kantornya, Selasa (20/3).
1
Komentar