Libatkan 510 Puspa Asal Bali – Lombok
Palebon Agung mendiang Ida Dewa Agung Istri Putra, permaisuri ketiga Ida Dewa Agung Oka Geg (Raja terakhir Klungkung) telah berlangsung, 29 Juni 2014. Menyusul itu, Puri Agung Klungkung kini menyiapkan Upacara Baligya Lajur.
Puri Agung Klungkung Gelar Baligya Lajur
SEMARAPURA, NusaBali
Upacara tingkatan utama ini puncaknya Wrespati Umanis Ugu, Kamis (29/10. Saniscara Pon Ugu, Sabtu (31/10), diakhiri Nganyut ke Pantai Pesinggahan, Desa Pesinggahan, Dawan, Klungkung, Baligya Lajur melibatkan 510 puspa warga Klungkung, dan beberapa daerah di Bali dan Lombok.
Manggala Karya Baligya Lajur Tjokorda Raka Putra menuturkan karya Baligya Lajur, tingkatan karya Baligya paling utama. “ Ini karena status beliau (Ida Dewa Agung Istri Putra) merupakan permaisuri raja,” jelasnya didampingi Tjokorda Gde Agung Suradnyana Putra, Manggala (ketua) baga (bagian) upacara di Puri Agung Saraswati Klungkung, Kamis (24/9).
Dikatakan Tjok Raka Putra, Upacara Baligya Lajur merupakan kelanjutan dari Upacara Pelebon mautama atau palebon agung, 29 Juni 2014. Upacara Palebon Agung itu dinamai Upacara Pertiwa, sebutan Ngaben/Palebon tingkat utama khusus untuk perabuan raja dan permaisurinya. “Di Klungkung memang demikian tradisinya,” jelas Tjok Raka Putra. Kata guru besar FK Unud ini, hanya keluarga atau tokoh puri yang telah abhiseka ratu (dinobatkan) sebagai raja dan permaisuri dengan palebon tingkatan mautama, disusul Upacara Baligya Lajur. Upacara untuk keluarga atau tokoh puri yang tidak abhiseka ratu, cukup dengan Upacara Baligya Punggel.
Upacara Baligya Lajur sesuai petunjuk Bhagawanta Puri Agung Klungkung, Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Griya Gede Aan, Desa Aan, Banjarangkan, Klungkung. Baligya Lajur memiliki teknis pelaksanaan rentenan ritual yang berbeda dengan Baligya Punggel atau Baligya biasa. Untuk Baligya Lajur, puncak upacara berlangsung selama tiga hari- tiga malam. Rentang waktu tersebut, masing –masing sehari –semalam, untuk prosesi Upeti Stiti dan Pralina yakni ritual nangiang atau membangunkan atau menghidupkan (utpeti), mengupacarai/stiti dan mengembalikan atau melebur (pralina). Pada upacara Baligya Punggel, prosesi ritual Utpeti, Stiti dan Pralina hanya berlangsung sehari – semalam. “Salah satu perbedaannya memang pada rentang waktu prosesi ritual Stiti Upeti dan Pralina,” jelas Tjok Raka Putra.
Prosesi ini dilalui dengan Nyuci pada Soma Wage Medangsia/Senin (3/8), Nyukat Payadnyan pada Wrepasti Umanis Uku Pahang, Kamis (20/8), Nanceb Taring pada Redite Wage Krulut (23/8)). Mendak Tirta di seluruh Pura Kahyangan Jagat di Bali, termasuk ke Gunung Semeru dan Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur, Buda Umanis Parangbakat, Rabu (14/10). Juga nunas tirta ke Gunung Rinjani, Lombok.
Baligya Lajur terakhir digelar Puri Agung Klungkung pada 1970 untuk mendiang Ida Dewa Agung Oka Geg – Raja Klungkung terakhir yang nota bena suami dari Ida Dewa Agung Istri Putra. Pada 2007, keluarga Puri Agung Klungkung menggelar Baligya Punggel dengan 400 puspa.
Dari pantauan, ratusan pengayah sibuk mempersiapkan perlengkapan upacara Baligya Lajur. Pengayah terkonsentrasi di dua lokasi yakni Puri Agung Saraswati dan Payadnyan di Lapangan Puputan Klungkung. “Tidak kurang dari 500 orang pengayah setiap hari,” tambah Tjok Gde Agung Suradnyana Putra.
1
Komentar