Setelah Tukad Unda, Paksebali Garap Obyek Trekking
Obyek wisata Tukad Unda menjadi salah satu potensi alam mampu mendongkrak pendapatan asli desa (PAD) Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, karena dikelola lewat Badan Usaha Milih Desa (BUMDes).
SEMARAPURA, NusaBali
Kendati demikian pihak desa tetap berusaha menggali potensi obyek wisata lainnya yang bisa dikembangkan. Salah satunya potensi wisata trekking di wilayah perbukitan desa setempat.
Perbukitan di wilayah Desa Paksebali, di antaranya Bukit Mandean, Bukit Tangkid Putih dan Bukit Mas. Pihak desa pun sudah mensurvei, titik start dimulai dari Bukit Madean kemudian setelah menjelang bukit tersebut sepanjang 2 kilometer, akan finish kembali di areal Bukit Mandean. “Beberapa wisatawan sudah ada yang trekking di sana, namun belum dipungut retribusi dari desa, karena akan kami tata dulu ke depannya,” ujar Perbekel Desa Paksebali, I Putu Ariadi.
Kata dia, objek ini menyatu atau satu paket dengan obyek wisata lainnya di Paksebali termasuk Tukad Unda. Lebih lanjut, Ariadi mengatakan, untuk destinasi obyek wisata Tukad Unda saat ini sudah berjalan dengan baik. Pihaknya juga sudah membuat Peraturan Desa tentang tarif retribusi di Kali Unda, dipungut biaya biaya parkir sepeda motor Rp 2.000 sedangkan parkir mobil Rp 5.000. Biaya sesi foto prewed jika calon pengantinnya wisatawan asing dikenakan tarif Rp 750.000, untuk calon pengantin lokal hanya Rp 250.000 saja. “Kunjungan untuk foto prewedding juga kembali bergeliat, setelah aktivitas vulkanik Gunung Agung turun dari status Awas menjadi Siaga,” ujarnya.
Sementara itu, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, berhasil meningkatkan pendapatan asli desa (PAD). Ariadi merinci dalam beberapa tahun terkahir yakni dari grafik PAD Desa Paksebali, pada 2013 mencapai Rp 7.574.000, 2014 menjadi Rp 14.290.7450, 2015 menjadi 18.226.351, 2016 menjadi Rp 17.716.428 dan peningkatan paling signifikan pada 2017 yakni Rp 60.672.000. “Pemasukan PAD paling tinggi dari sektor pariwisata mencapai 20 persen,” ujarnya.
Selain itu aset BUMDesa secara menyeluruh juga mengalami peningkatan signifikan. “Pada 2015 aset BUMDes Paksebali hanya Rp 3 juta, kemudian setelah dikeola hingga akhir 2017 total aset sekitar Rp 5 miliar lebih,” ujarnya. Bagitupula tenaga kerja yang terserap semakin banyak. Begitupula tenaga kerja yang terserap semakin bertambah, 2015 hanya 2 orang, kini total tenaga kerja di BUMDes 61 orang. “Adapun usaha yang dikelola desa, di antaranya pengelolaan obyek, pengelolaan air minum, pengelolaan sampah, simpan pinjam keuangan, pasar desa dan lainnya,” ujarnya.*wan
Kendati demikian pihak desa tetap berusaha menggali potensi obyek wisata lainnya yang bisa dikembangkan. Salah satunya potensi wisata trekking di wilayah perbukitan desa setempat.
Perbukitan di wilayah Desa Paksebali, di antaranya Bukit Mandean, Bukit Tangkid Putih dan Bukit Mas. Pihak desa pun sudah mensurvei, titik start dimulai dari Bukit Madean kemudian setelah menjelang bukit tersebut sepanjang 2 kilometer, akan finish kembali di areal Bukit Mandean. “Beberapa wisatawan sudah ada yang trekking di sana, namun belum dipungut retribusi dari desa, karena akan kami tata dulu ke depannya,” ujar Perbekel Desa Paksebali, I Putu Ariadi.
Kata dia, objek ini menyatu atau satu paket dengan obyek wisata lainnya di Paksebali termasuk Tukad Unda. Lebih lanjut, Ariadi mengatakan, untuk destinasi obyek wisata Tukad Unda saat ini sudah berjalan dengan baik. Pihaknya juga sudah membuat Peraturan Desa tentang tarif retribusi di Kali Unda, dipungut biaya biaya parkir sepeda motor Rp 2.000 sedangkan parkir mobil Rp 5.000. Biaya sesi foto prewed jika calon pengantinnya wisatawan asing dikenakan tarif Rp 750.000, untuk calon pengantin lokal hanya Rp 250.000 saja. “Kunjungan untuk foto prewedding juga kembali bergeliat, setelah aktivitas vulkanik Gunung Agung turun dari status Awas menjadi Siaga,” ujarnya.
Sementara itu, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, berhasil meningkatkan pendapatan asli desa (PAD). Ariadi merinci dalam beberapa tahun terkahir yakni dari grafik PAD Desa Paksebali, pada 2013 mencapai Rp 7.574.000, 2014 menjadi Rp 14.290.7450, 2015 menjadi 18.226.351, 2016 menjadi Rp 17.716.428 dan peningkatan paling signifikan pada 2017 yakni Rp 60.672.000. “Pemasukan PAD paling tinggi dari sektor pariwisata mencapai 20 persen,” ujarnya.
Selain itu aset BUMDesa secara menyeluruh juga mengalami peningkatan signifikan. “Pada 2015 aset BUMDes Paksebali hanya Rp 3 juta, kemudian setelah dikeola hingga akhir 2017 total aset sekitar Rp 5 miliar lebih,” ujarnya. Bagitupula tenaga kerja yang terserap semakin banyak. Begitupula tenaga kerja yang terserap semakin bertambah, 2015 hanya 2 orang, kini total tenaga kerja di BUMDes 61 orang. “Adapun usaha yang dikelola desa, di antaranya pengelolaan obyek, pengelolaan air minum, pengelolaan sampah, simpan pinjam keuangan, pasar desa dan lainnya,” ujarnya.*wan
Komentar