Bali Bentuk 44 KRPL untuk Tanam Cabai
Pemerintah Provinsi Bali sepanjang 2018 berencana membentuk 44 kelompok yang menjadi sasaran program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yang diberikan tugas untuk menanam cabai di masing-masing pekarangan rumah.
DENPASAR, NusaBali
“Nanti akan ada 44 kelompok di seluruh Bali, yang kemudian akan dibentuk demplot pembenihan cabai,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bali Wayan Mardiana, di Denpasar, Selasa (20/3).Masing-masing kelompok, tambah dia, akan terdiri dari 30 orang, yang selanjutnya benih cabai diberikan pada anggota kelompok.
“Harapan kami, dengan adanya program ini selain sebagai bentuk program pemberdayaan masyarakat, sekaligus dapat memenuhi kebutuhan cabai sehari-hari. Apalagi cabai juga menjadi salah satu penyumbang inflasi,” ucapnya.
Bahkan, Mardiana mengharapkan dari kawasan rumah pangan lestari tersebut bisa menjadi sentra produksi cabai, yang nantinya hasil produksi bisa dibeli pemerintah, kemudian dipasarkan kepada masyarakat.
“Untuk penerima program ini, rencananya kami fokuskan pada Dasawisma PKK, sehingga masing-masing anggota PKK bisa menanam cabai di masing-masing pekarangan rumah,” ujarnya.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, alokasi anggaran dari Pemprov Bali untuk KRPL tahun ini lebih besar. Pada 2017 diberikan untuk 24 kelompok.
Di sisi lain, kata Mardiana, melambungnya harga cabai rawit merah dalam beberapa hari terakhir dari yang biasa harganya kisaran Rp 60 ribu, menjadi di atas Rp 70 ribu per kilogram, karena memang pasokan yang berkurang.
“Mungkin karena curah hujan yang tinggi, sehingga pasokan ke Bali menjadi berkurang. Selama ini cabai selain dipasok dari daerah Jawa, juga dari Nusa Tenggara Barat,” tuturnya.Selain itu, pada sejumlah sentra produksi cabai di Bali, seperti di Kabupaten Klungkung pun produksinya berkurang karena sekarang ini memasuki masa panen padi. *ant
“Harapan kami, dengan adanya program ini selain sebagai bentuk program pemberdayaan masyarakat, sekaligus dapat memenuhi kebutuhan cabai sehari-hari. Apalagi cabai juga menjadi salah satu penyumbang inflasi,” ucapnya.
Bahkan, Mardiana mengharapkan dari kawasan rumah pangan lestari tersebut bisa menjadi sentra produksi cabai, yang nantinya hasil produksi bisa dibeli pemerintah, kemudian dipasarkan kepada masyarakat.
“Untuk penerima program ini, rencananya kami fokuskan pada Dasawisma PKK, sehingga masing-masing anggota PKK bisa menanam cabai di masing-masing pekarangan rumah,” ujarnya.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, alokasi anggaran dari Pemprov Bali untuk KRPL tahun ini lebih besar. Pada 2017 diberikan untuk 24 kelompok.
Di sisi lain, kata Mardiana, melambungnya harga cabai rawit merah dalam beberapa hari terakhir dari yang biasa harganya kisaran Rp 60 ribu, menjadi di atas Rp 70 ribu per kilogram, karena memang pasokan yang berkurang.
“Mungkin karena curah hujan yang tinggi, sehingga pasokan ke Bali menjadi berkurang. Selama ini cabai selain dipasok dari daerah Jawa, juga dari Nusa Tenggara Barat,” tuturnya.Selain itu, pada sejumlah sentra produksi cabai di Bali, seperti di Kabupaten Klungkung pun produksinya berkurang karena sekarang ini memasuki masa panen padi. *ant
1
Komentar