Suhu Udara pada Masa Transisi Berkisar 32–34 Derajat Celcius
Pada masa transisi atau peralihan musim penghujan ke musim kemarau terjadi peningkatan suhu udara berkisar 32 – 34 derajat Celcius.
MANGUPURA, NusaBali
Peningkatan suhu ini merupakan hal yang biasa terjadi pada masa transisi. Namun pada masa transisi saat ini kisaran suhu lebih panas, karena kondisi awan di langit tipis yang menyebabkan sengstan panas matahari lebih besar langsung ke permukaan bumi.
Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana Rakhmat Prasetia dikonfirmasi saat menghadiri acara peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-68 di Balai Besar Meteorologi Klimatoligi dan Geofisika di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Kamis (22/3), mengatakan belakangan terjadi suhu panas karena sinar matahari tak tertutup awan. Dalam masa transisi dari musim hujan ke kemarau peningkatan suhu itu hal biasa. Di mana sinar matahari langsung ke permukaan bumi.
Dikatakan pada bulam Maret ini matahari sedang bergerak dari wilayah selatan Indonesia menuju utara. Pada saat ini posiai matahari berada di bagian selatan Indoneaia. Panasnya lebih panas dari musim kemarau. “Kini wilayah Bali telah memasuki musim transisi, di mana posisi matahari kini hampir berada di atas wilayah selatan Indonesia. Kebetulan juga awannya sedikit atau tipis. Sangat berbeda nanti pada saat matahari bergerak ke utara atau menjauh dari Bali. Walaupun tak berawan namun tak begitu panas karena disertai dengan angin. Masa transisi ini diprakirakan menuju kemarau pada April nanti,” ungkapnya.
Yang perlu diperhatikan pada masa transisi ini bisa terjadi hujan lebat secara tiba-tiba dan angin kencang. Harus diwaspadai ketika ada awan hitam. Ini belum pernah terjadi pada Maret ini. Menurutnya, ini khusus untuk wilayah Bali tengah dan selatan. Sementara Bali utara lebih cepat musim kemarau. Nanti kalau sudah kemarau secara umum berhembus angin timur. Meski sedikit berbeda dengam tahun sebelumnya, namun tak ada yang dikhawatirkan.
Rakhmat mengimbau kepada petani untuk tetap menggunakan pedoman pada saat seperti biasanya. Kondisi ini belum bisa dipastikan akan terjadi el nino.
Kalau melihat pergerakan matahari, suhu panas ini akan terjadi hingga pada pertengahan April mendatang. Setelah ini nanti suhunya kembali menurun meski tak terlalu berbeda. “Teriknya ini kan kalau pas tidak ada awan. Kalau ada awan berarti panasnya akan tertahan sedikit. Kalau kemarau benar-benar bersih sehingga (sinar) langsung mantul, malamnya masih terasa dingin. Sementara saat ini malam pun masih terasa gerah. Pagi-siang ada matahari, sore terbentuk awan namum tak terjadi hujan, jadi suhu panas itu tertahan di atas permukaan bumi,” kata Rakhmat. *p
Peningkatan suhu ini merupakan hal yang biasa terjadi pada masa transisi. Namun pada masa transisi saat ini kisaran suhu lebih panas, karena kondisi awan di langit tipis yang menyebabkan sengstan panas matahari lebih besar langsung ke permukaan bumi.
Kepala Stasiun Klimatologi Jembrana Rakhmat Prasetia dikonfirmasi saat menghadiri acara peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-68 di Balai Besar Meteorologi Klimatoligi dan Geofisika di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Kamis (22/3), mengatakan belakangan terjadi suhu panas karena sinar matahari tak tertutup awan. Dalam masa transisi dari musim hujan ke kemarau peningkatan suhu itu hal biasa. Di mana sinar matahari langsung ke permukaan bumi.
Dikatakan pada bulam Maret ini matahari sedang bergerak dari wilayah selatan Indonesia menuju utara. Pada saat ini posiai matahari berada di bagian selatan Indoneaia. Panasnya lebih panas dari musim kemarau. “Kini wilayah Bali telah memasuki musim transisi, di mana posisi matahari kini hampir berada di atas wilayah selatan Indonesia. Kebetulan juga awannya sedikit atau tipis. Sangat berbeda nanti pada saat matahari bergerak ke utara atau menjauh dari Bali. Walaupun tak berawan namun tak begitu panas karena disertai dengan angin. Masa transisi ini diprakirakan menuju kemarau pada April nanti,” ungkapnya.
Yang perlu diperhatikan pada masa transisi ini bisa terjadi hujan lebat secara tiba-tiba dan angin kencang. Harus diwaspadai ketika ada awan hitam. Ini belum pernah terjadi pada Maret ini. Menurutnya, ini khusus untuk wilayah Bali tengah dan selatan. Sementara Bali utara lebih cepat musim kemarau. Nanti kalau sudah kemarau secara umum berhembus angin timur. Meski sedikit berbeda dengam tahun sebelumnya, namun tak ada yang dikhawatirkan.
Rakhmat mengimbau kepada petani untuk tetap menggunakan pedoman pada saat seperti biasanya. Kondisi ini belum bisa dipastikan akan terjadi el nino.
Kalau melihat pergerakan matahari, suhu panas ini akan terjadi hingga pada pertengahan April mendatang. Setelah ini nanti suhunya kembali menurun meski tak terlalu berbeda. “Teriknya ini kan kalau pas tidak ada awan. Kalau ada awan berarti panasnya akan tertahan sedikit. Kalau kemarau benar-benar bersih sehingga (sinar) langsung mantul, malamnya masih terasa dingin. Sementara saat ini malam pun masih terasa gerah. Pagi-siang ada matahari, sore terbentuk awan namum tak terjadi hujan, jadi suhu panas itu tertahan di atas permukaan bumi,” kata Rakhmat. *p
Komentar