nusabali

Warung ‘Lawar Gurita’

  • www.nusabali.com-warung-lawar-gurita

Lawar salah menu tradisional khas Bali.  Bahan yang paling lumrah, daging babi dan daging itik.

Alternatif Menu Tradisional Khas Bali

DENPASAR, NusaBali
Juga kadang daging sapi. Belakangan daging ikan, termasuk ikan laut atau sea food, kian lumrah dimanfaatkan, salah satunya gurita.Hewan laut yang masih dalam keluarga melusca, ternyata dapat jadi bahan lawar alternatif. Tekstur dagingnya yang kenyal, menjadikan gurita sebagai bahan lawar yang menggiurkan. Sehingga  gurita pun jadi pilihan untuk membikin lawar, yakni menu tradisional khas Bali dengan aroma sea food.

Sebuah warung Mawar Segara di Jalan Siulan lingkungan  Banjar Lalap Kauh, Desa Penatih Dangin Puri menyajikan lawar sea food dengan ikon lawar dan srapah-daging iris dengan bumbu basah matang. “Ini berawal dari hobi memancing,” ujar I Gede Sutomo, pemilik warung.

Ditemui Jumat (23/3), Sutomo atau yang akrab dipanggil Komo Cikublak, menuturkan dia hobi memancing di laut. “Awalnya karena sering diajak paman di Pantai Kusamba  Klungkung,” ujar lelaki asal Banjar Lumintang  Desa Pemecutan Kaja Denpasar.

Ketika diajak pulang kampung ke rumah asal ibunya di Kusamba  yakni di Banjar Bias, Komo Cikublak diajak pamannya melaut. Dari situlah dia berkenalan dengan aneka satwa laut, ikan dan sebangsanya, termasuk gurita. Tentu bukan hanya mengenal, tetapi juga mengolahnya menjadi menu yang merangsang.  “Salah satunya lawar dan srapah gurita,” tunjuk Komo Cikublak.

Sebagaimana umumnya lawar daging babi, maupun daging sapi, lawar gurita juga menggunakan ‘ base/bumbu bali’ (bumbu lengkap) dengan pedas yang khas dan kental aroma rempah.Cara memasak dan mengolahnya, tidak jauh beda dengan lawar maupun srapah pada umumnya.

Meski terlihat simple, namun tidak gampang ketika mengatur komposisi dan takaran bumbunya yang pas, agar menimbulkan cita rasa menantang. “Itu yang sulit dan butuh pengalaman,” kata Komo Cikublak yang masih tetap melaut di sela-sela kesibukannya mengurus warung  lawar gurita milik keluarganya.

Dia mengelak disebut sebagai perintis membuat  lawar gurita. “Beh saya tidak tahu itu, apakah saya atau ada orang lain,” ujarnya.Menurutnya, sudah dua bulan dia dan keluarganya membuka menu sea food, seperti pepes, sate, sup dengan ikon lawar dan srapah gurita.

“Yang lebih enak adalah gurita perairan lokal, lebih gurih,” kata Komo. Gurita tersebut biasanya dia beli dari tangkapan nelayan di Serangan atau Benoa, juga di  tempat lain. Harga per kilo fluktuatif. Untuk saat ini harganya Rp 70.000 per kilo. Sebelumnya sempat Rp 45.000 per kilo. “Sekarang memang bukan musimnya,” ungkap Sutomo, sambil sibuk melayani pengunjung. *K17

Komentar