Remaja Blasteran Mahir Menari Bali
Remaja berdarah campuran Bali dengan Inggris, Putu Jenifer Febriani Latham, 16, adalah remaja yang berbeda dengan yang lainya.
TABANAN, NusaBali
Selain anak bule dari Inggris ternyata ia sangat mahir dalam berkesenian. Terutama sudah mahir dalam urusan menari, terbukti menginjak di kelas 3 sekolah dasar ia sudah menguasai 15 tarian. Dan yang paling mengesankan saat ini ia tengah belajar megender dan menari tupeng.
Ditemui disanggar Le Klok yang terletak di Banjar Tuakilang, Desa Denbantas, Kecamatan Tabanan, ia mengaku seni itu adalah hidupnya. Apalagi kalau tidak menari sehari saja rasanya ada yang kurang. "Kalau nari saya hobi, tidak tahu kenapa, senang saja sejak kecil," ungkap remaja yang tinggal di Banjar Pasekan Belodan, Desa Dajan Peken, Tabanan, Jumat (23/3).
Kata Jeni begitu nama panggilanya, ia senang menari ketika melihat sang kakak yang setiap hari latihan di sanggar. Awalnya hanya suka meniru gaya sang kakak, akhirnya lama kelamaan menjadi minat. Bahkan ketika diajarkan beberapa kali kata Jeni ia cepat bisa. "Itu penilaian dari kakak, katanya kalau saya latihan cepat nangkap geraknya," ujar Jeni yang saat ini masih kelas III di SMAN 2 Tabanan.
Ketika awal bisa nari itu adalah tari Rejang Dewa sekitar umur 3 tahun. Menurutnya saat ngayah itu, ia paling kecil diantara pengayah lainya. Sebab Jeni sudah bisa hafal tarian waktu umur tiga tahun.
Lama-kelamaan karena suka akhirnya menari itu menjadi hobi, sehingga ia semakin giat belajar. Belajarnya pun ada dengan cara otodidak maupun belajar lewat youtube dengan sang kakak. Sehinggga menginjak kelas 3 SD sudah bisa menguasai 15 tarian. Itupun tarian kategori sulit seperti legong kraton, kupu-kupu dan pendet penyambutan. "Sejak saat itu saya semakin gemar menari hingga sekarang," beber Jeni.
Putri pertama pasangan dari Alan Latham, 50 dengan Ni Komang Ardani, 42, ini selain mahir menari, ia juga sebagai pelatih tari. Terbukti saat ini sedang mengajar anak-anak Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan belajar menari.
Bahkan Ia pun aktif juga ngayah dibanjar ketika ada upacara. "Kalau ngayah di Pura saya ngayah nari saja sama teman, sedangkan kalau mengajar anak-anak juga sama teman, pokoknya hobi saja," cerita Jeni yang setiap hari fasih berbahasa Inggris ini ketika bercakap dengan sang ayah.
Ia pun menceritakan, untuk menambah lagi ilmunya dibidang seni, saat ini tengah belajar megender. Gender tersebut adalah gambelan sakral yang berfungsi untuk mengiringi upacara wali. Bagi masyarakat awam gender lebih sulit dimainkan dari pada gambelan gong biasa. Sebab harus menggunakan dua tangan dan memfokuskan kedua otak baik kiri maupun kanan. "Lebih sulit kalau belajar gender dari pada gong biasa, harus menggunakan kedua tangan dan kosentrasi penuh karena ketika memainkan arahnya berlawanan," cerita Jeni.
Ia mengakui, tertarik memainkan gender karena ingin belajar saja. Dan ingin menambah pengalaman. Serta hal baru yang sedang dipelajarinya saat ini tengah belajar menari tupeng. Tari Topeng yang sedang dipelajari adalah menari Topeng Arsa Wijaya. Hampir sekitar 50 persen sudah ia kuasai. "Target saya, saya ingin belajar topeng keras," papar Jeni yang semenjak lahir sudah tinggal di Bali belum pernah kerumah sang ayah di Liverpool Inggris tersebut.
Ia pun mengakui, hobinya sangat didukung sekali oleh kedua orang tuanya. Apalagi sang ayah yang notabane adalah pelatih sepak bola selalu mendukung Jeni dalam berkesenian. "Malah ayah saya yang mendukung, serta keluarga memang tidak ada yang berdarah seni, mungkin leluhur saya," beber Jeni.
Berkat hal tersebut, untuk menyalurkan hobinya itu, ia akan melanjutkan studinya ketika lulus SMA nanti di Universitas ISI Denpasar. Serta tetap akan melatih anak-anak yang ingin belajar menari supaya seniman di Tabanan makin banyak. "Setelah nanti saya pintar megender nanti juga saya akan melatih gender khusus ke perempuan," ujar Jeni.
Sementara itu, pelatih Gender Jeni, I Wayan Sujana mengungkapkan, Jeni termasuk siswanya yang cepat menangkap ilmunya. Apalagi saat bermain gender sudah dikuasi satu lagu padahal baru latihanya selama sebulan. "Jeni termasuk siswa cepat nangkap ilmu, tetapi karena jarang latihan karena sibuk baru satu lagu dikuasi, " ujar Sudana yang mendirikan sanggar Le Klok tahun 2016 lalu dibawah penanggung jawan Ketua DPRD Tabanan, I Ketut 'Boping' Suryadi.
Dan tidak hanya Jeni saja siswa perempuan yang diajarkan bermain gender. Ada 10 siswa yang diajarkan, seluruhnya pun telah mahir memainkan gender. "Gender memang lebih sulit dimainkan dibandingkan gong, tetapi dengan adanya kemauan perempuan bermain gender saya jadi senang karena sudah ada penerus," tandas Sujana.*d
Selain anak bule dari Inggris ternyata ia sangat mahir dalam berkesenian. Terutama sudah mahir dalam urusan menari, terbukti menginjak di kelas 3 sekolah dasar ia sudah menguasai 15 tarian. Dan yang paling mengesankan saat ini ia tengah belajar megender dan menari tupeng.
Ditemui disanggar Le Klok yang terletak di Banjar Tuakilang, Desa Denbantas, Kecamatan Tabanan, ia mengaku seni itu adalah hidupnya. Apalagi kalau tidak menari sehari saja rasanya ada yang kurang. "Kalau nari saya hobi, tidak tahu kenapa, senang saja sejak kecil," ungkap remaja yang tinggal di Banjar Pasekan Belodan, Desa Dajan Peken, Tabanan, Jumat (23/3).
Kata Jeni begitu nama panggilanya, ia senang menari ketika melihat sang kakak yang setiap hari latihan di sanggar. Awalnya hanya suka meniru gaya sang kakak, akhirnya lama kelamaan menjadi minat. Bahkan ketika diajarkan beberapa kali kata Jeni ia cepat bisa. "Itu penilaian dari kakak, katanya kalau saya latihan cepat nangkap geraknya," ujar Jeni yang saat ini masih kelas III di SMAN 2 Tabanan.
Ketika awal bisa nari itu adalah tari Rejang Dewa sekitar umur 3 tahun. Menurutnya saat ngayah itu, ia paling kecil diantara pengayah lainya. Sebab Jeni sudah bisa hafal tarian waktu umur tiga tahun.
Lama-kelamaan karena suka akhirnya menari itu menjadi hobi, sehingga ia semakin giat belajar. Belajarnya pun ada dengan cara otodidak maupun belajar lewat youtube dengan sang kakak. Sehinggga menginjak kelas 3 SD sudah bisa menguasai 15 tarian. Itupun tarian kategori sulit seperti legong kraton, kupu-kupu dan pendet penyambutan. "Sejak saat itu saya semakin gemar menari hingga sekarang," beber Jeni.
Putri pertama pasangan dari Alan Latham, 50 dengan Ni Komang Ardani, 42, ini selain mahir menari, ia juga sebagai pelatih tari. Terbukti saat ini sedang mengajar anak-anak Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan belajar menari.
Bahkan Ia pun aktif juga ngayah dibanjar ketika ada upacara. "Kalau ngayah di Pura saya ngayah nari saja sama teman, sedangkan kalau mengajar anak-anak juga sama teman, pokoknya hobi saja," cerita Jeni yang setiap hari fasih berbahasa Inggris ini ketika bercakap dengan sang ayah.
Ia pun menceritakan, untuk menambah lagi ilmunya dibidang seni, saat ini tengah belajar megender. Gender tersebut adalah gambelan sakral yang berfungsi untuk mengiringi upacara wali. Bagi masyarakat awam gender lebih sulit dimainkan dari pada gambelan gong biasa. Sebab harus menggunakan dua tangan dan memfokuskan kedua otak baik kiri maupun kanan. "Lebih sulit kalau belajar gender dari pada gong biasa, harus menggunakan kedua tangan dan kosentrasi penuh karena ketika memainkan arahnya berlawanan," cerita Jeni.
Ia mengakui, tertarik memainkan gender karena ingin belajar saja. Dan ingin menambah pengalaman. Serta hal baru yang sedang dipelajarinya saat ini tengah belajar menari tupeng. Tari Topeng yang sedang dipelajari adalah menari Topeng Arsa Wijaya. Hampir sekitar 50 persen sudah ia kuasai. "Target saya, saya ingin belajar topeng keras," papar Jeni yang semenjak lahir sudah tinggal di Bali belum pernah kerumah sang ayah di Liverpool Inggris tersebut.
Ia pun mengakui, hobinya sangat didukung sekali oleh kedua orang tuanya. Apalagi sang ayah yang notabane adalah pelatih sepak bola selalu mendukung Jeni dalam berkesenian. "Malah ayah saya yang mendukung, serta keluarga memang tidak ada yang berdarah seni, mungkin leluhur saya," beber Jeni.
Berkat hal tersebut, untuk menyalurkan hobinya itu, ia akan melanjutkan studinya ketika lulus SMA nanti di Universitas ISI Denpasar. Serta tetap akan melatih anak-anak yang ingin belajar menari supaya seniman di Tabanan makin banyak. "Setelah nanti saya pintar megender nanti juga saya akan melatih gender khusus ke perempuan," ujar Jeni.
Sementara itu, pelatih Gender Jeni, I Wayan Sujana mengungkapkan, Jeni termasuk siswanya yang cepat menangkap ilmunya. Apalagi saat bermain gender sudah dikuasi satu lagu padahal baru latihanya selama sebulan. "Jeni termasuk siswa cepat nangkap ilmu, tetapi karena jarang latihan karena sibuk baru satu lagu dikuasi, " ujar Sudana yang mendirikan sanggar Le Klok tahun 2016 lalu dibawah penanggung jawan Ketua DPRD Tabanan, I Ketut 'Boping' Suryadi.
Dan tidak hanya Jeni saja siswa perempuan yang diajarkan bermain gender. Ada 10 siswa yang diajarkan, seluruhnya pun telah mahir memainkan gender. "Gender memang lebih sulit dimainkan dibandingkan gong, tetapi dengan adanya kemauan perempuan bermain gender saya jadi senang karena sudah ada penerus," tandas Sujana.*d
1
Komentar