Perpustakaan Lapas Tabanan Krisis Buku
Guna mengurangi rasa jenuh dan menambah aktivitas agar bisa bermanfaat bagi orang banyak, para narapida dan tahanan di Lapas Kelas II B Tabanan melalukan banyak kegiatan.
TABANAN, NusaBali
Mulai dari membuat kerajinan, bercocok tanam, bahkan membaca buku.Warga binaan antusias membaca buku di perpustakaan setempat. Sayang jumlah buku yang ada sangat sedikit dan kurang beragam. Bahkan krisis buku tentang spiritualitas Hindu karena jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Hal itu diungkapkan Koordinator Perpustakaan Sugiono yang salah seorang warga binaan. Saat ini, buku yang tersedia di Perpustakaan Lapas hanya 200 buah. Bahkan koleksinya hanya itu-itu saja. "Padahal para warga binaan sangat antusias membaca terutama saat selesai aktivitas di Lapas," ungkapnya, Minggu (25/3).
Kata dia, dari 200 buku yang ada terbanyak buku tentang kewirausahaan. Memang paling banyak, tetapi koleksinya hanya itu-itu saja. Lalu ada juga buku tentang spiritualitas Islam, Kristen, resep masakan, budaya, dan umum tetapi jumlahnya sedikit. "Malah buku spiritual agama Hindu sangat sedikit yang tersedia," ujar Sugiono asal Jember, Jatim yang tersandung kasus narkotika ini.
Dituturkannya, perpustakaan di Lapas Kelas II B Tabanan aktif sejak November 2017. Perpustakaan letaknya satu tempat dengan aula Lapas Kelas II B Tabanan, mengingat ruangan yang ada sangat terbatas. Memang perpustakaan ini dari dulu sudah ada, hanya saja ketersediaan buku sedikit, dalam satu rak. Bukunya didapatkan langsung dari Pusat.
Mengingat antusias rekannya sangat bagus dalam membaca buku, dia berharap ada sumbangan buku dari pihak instansi terkait. Terutama buku kewirausahaan. Dimana ketika buku kewirausahaan dibaca diharapkan, bisa diaplikasikan dalam Lapas sehingga ketika keluar dari balik jeruji besi, bisa dimanfaatkan pada masyarakat. "Buku kewirausahaan ada, tetapi ragamnya hanya itu saja. Malah banyak ada buku pelajaran sekolah dasar kan itu tidak nyambung," jelasnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Sub Seksi dan Bimbingan Masyarakat Lapas, I Wayan Sudiasa. Kata dia, buku bantuan dari Pusat ada, tetapi sudah didapatkan tahun 2017 dan jumlahnya tidak banyak. "Kalau sebelumnya hanya satu rak buku ada, sekarang sudah dua rak buku bantuan dari pusat," jelasnya.
Selain dari Pusat, bantuan buku sering didapatkan dari pihak swasta. Seperti dari gereja saat ada kegiatan sumbang buku tentang spiritual. "Oleh karena itu, saya berharap ada sumbangan buku dari pihak lain dengan berbagai macam koleksi, agar para warga binaan senang membaca buku," harap Sudiasa.
Menurutnya, para warga binaan sangat penting disediakan bahan bacaan di dalam Lapas. Selain untuk mengurangi rasa jenuh, juga untuk bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan. "Ini penting sekali, agar jangan sampai ketika mereka bebas, tidak mengetahui segala perkembangan yang ada," tegasnya. *d
Hal itu diungkapkan Koordinator Perpustakaan Sugiono yang salah seorang warga binaan. Saat ini, buku yang tersedia di Perpustakaan Lapas hanya 200 buah. Bahkan koleksinya hanya itu-itu saja. "Padahal para warga binaan sangat antusias membaca terutama saat selesai aktivitas di Lapas," ungkapnya, Minggu (25/3).
Kata dia, dari 200 buku yang ada terbanyak buku tentang kewirausahaan. Memang paling banyak, tetapi koleksinya hanya itu-itu saja. Lalu ada juga buku tentang spiritualitas Islam, Kristen, resep masakan, budaya, dan umum tetapi jumlahnya sedikit. "Malah buku spiritual agama Hindu sangat sedikit yang tersedia," ujar Sugiono asal Jember, Jatim yang tersandung kasus narkotika ini.
Dituturkannya, perpustakaan di Lapas Kelas II B Tabanan aktif sejak November 2017. Perpustakaan letaknya satu tempat dengan aula Lapas Kelas II B Tabanan, mengingat ruangan yang ada sangat terbatas. Memang perpustakaan ini dari dulu sudah ada, hanya saja ketersediaan buku sedikit, dalam satu rak. Bukunya didapatkan langsung dari Pusat.
Mengingat antusias rekannya sangat bagus dalam membaca buku, dia berharap ada sumbangan buku dari pihak instansi terkait. Terutama buku kewirausahaan. Dimana ketika buku kewirausahaan dibaca diharapkan, bisa diaplikasikan dalam Lapas sehingga ketika keluar dari balik jeruji besi, bisa dimanfaatkan pada masyarakat. "Buku kewirausahaan ada, tetapi ragamnya hanya itu saja. Malah banyak ada buku pelajaran sekolah dasar kan itu tidak nyambung," jelasnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Sub Seksi dan Bimbingan Masyarakat Lapas, I Wayan Sudiasa. Kata dia, buku bantuan dari Pusat ada, tetapi sudah didapatkan tahun 2017 dan jumlahnya tidak banyak. "Kalau sebelumnya hanya satu rak buku ada, sekarang sudah dua rak buku bantuan dari pusat," jelasnya.
Selain dari Pusat, bantuan buku sering didapatkan dari pihak swasta. Seperti dari gereja saat ada kegiatan sumbang buku tentang spiritual. "Oleh karena itu, saya berharap ada sumbangan buku dari pihak lain dengan berbagai macam koleksi, agar para warga binaan senang membaca buku," harap Sudiasa.
Menurutnya, para warga binaan sangat penting disediakan bahan bacaan di dalam Lapas. Selain untuk mengurangi rasa jenuh, juga untuk bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan. "Ini penting sekali, agar jangan sampai ketika mereka bebas, tidak mengetahui segala perkembangan yang ada," tegasnya. *d
1
Komentar