nusabali

14 Siswa SDN 2 Abuan Keracunan Usai Belanja di Kantin

  • www.nusabali.com-14-siswa-sdn-2-abuan-keracunan-usai-belanja-di-kantin

Keracunan massal menimpa 14 siswa SDN 2 Abuan di Banjar Serokadan, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli, Senin (26/3).

BANGLI, NusaBali

Mereka bertumbangan hingga dilarikan ke RSUD Bangli seusai jajan di kantin sekolah, kemarin pagi sekitar pukul 09.30 Wita. Dugaan sementara, sumber racun adalah sosis dan saus yang tidak layak konsumsi.

Dari 14 siswa korban keracunan di SDN 2 Abuan, termasuk kakak adik yakni Sang Nyoman Sugiarta, 12 (Kelas VI) dan Sang Ketut Juniarta, 8 (Kelas II). Keduanya dirawat dalam satu bed saat ditangani tim medis di IRD RSUD Bangli. Sedangkan 12 siswa korban keracunan lainnya tersebar dari beberapa kelas berbeda.

Belasan siswa korban keracunan ini dilarikan ke IGD RSUD Bangli, Senin siang pukul 11.00 Wita atau berselang 2,5 jam pasca jajanan di kanton sekolah. Mereka dilarikan ke RS dengan didampingi para guru SDN 2 Abuan dan orangtua masing-masing.

Salah seorang guru SD 2 Abuan, Sang Ayu Putri, menuturkan musibah keracunan massal ini berawal saat jam istirahat pukul 09.30 Wita. Jam istirahat tersebut dimanfaatkan para siswa berbelanja di kantin sekolah. Menurut Sang Ayu Putri, ada dua pedagang yang jualan di kantin sekolah. Namun, mereka giliran dapat jatah jualan seminggu, selang-seling. Untuk minggu ini, yang giliran jualan adalah Ni Ketut Nusa.

Berselang 30 menit pasca jajan di kantin, seorang siswa atas nama AA Aditya Wibawa mendatangi ruang guru sekitar pukul 10.00 Wita, dengan keluhan merasa pusing dan mual-mual. Korban mengaku sempat santap sosis dengan bumbu saus yang dibelinya di kantin. Mendapat laporan tersebut, para guru SDN 2 Abuan langsung mengecek ke kantin. Saat dicek, sosis yang baru disantap siswa atas nama Sang Nyoman Sugiarta ditemukan ada ulatnya. Tidak berselang lama, sejumlah siswa mengeluhkan pusing dan mual.

“Para guru coba memberikan penangan dengan memberi susu kepada para siswa yang mengalami gejala keracunan. Usai diberikan susu, tiga siswa langsung muntah, yakni kakak adik Sang Nyoman Sugiarta dan Sang Ketut Juniarta, serta Ida Bagus Pradipta. Khawatir terjadis sesuatu, ketiga siswa yang muntah ini langsung dilarikan ke Puskesmas Pembantu Abuan,” cerita Sang Ayu Putri kepada NusaBali di IGD RSUD Bangli, Senin kemarin.

Hanya saja, karena tidak ada petugas medis di Puskesmas Pembantu Abuan, tiga siswa yang muntak kemudian dibawa ke RSUD Bangli dengan dibonceng menggunakan Mobil Komite. Dalam perkembangannya, jumlah siswa SDN 2 Abuan korban keracunan yang dilarikan ke RSUD Bangli terus bertambah, hingga total mencapai 14 orang.

Wadir Pelayanan RSUD Bangli, I Ketut Darmaja, mengatakan dari hasil observasi, kondisi 14 siswa korban keracunan tidak begitu menghawatirkan, sehingga mereka tidak perlu dipasang cairan infus. “Kondisinya masih stabil, beda halnya kalau terus muntah-muntah, barulah diberi cairan infuse,” papar Ketut Darmaja. Hingga sore kemarin, seluruh siswa korban keracunan sudah dibolehkan pulang dari RSUD Bangli.

Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Senin kemaein, Kadis Kesehatan Bangli dr I Nengah Nadi mengatakan para siswa korban keracunan sempat mendapat penanganan medis di RSU Bangli. Namun, mereka semuanya sudah dibolehkan pulang dari RS.

Petugas Dinas Kesehatan, kata dr Nadi, juga turun mengambil sampel berupa sisa muntahan para siswa korban keracunan, serta sampel makanan sosis dan saus, untuk dibawa ke Laboratorium buat diteliti. Dari uji labratorium itu nantinya akan diketahui apa penyebab keracunan massal.

Disinggung soal kondisi Puskesmas Pembantu di Desa Abuan yang sepi petugas, menurut dr Nadi, sebetulnya di sana ada dua petugas medis. Senin kemarin, kedua petugas tersebut kebetulan sedang keluar untuk melakukan imunisasi JE. “Mungkin ketika guru datang bersama siswa keracunan, petugas di Puskesmas Pembantu sedang tugas keluar melakukan imuninasi JE,” dapih dr Nadi.

Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SDN 2 Abuan, Luh Putu Sumetri, mengaku sangat terpukul dengan musibah keracunan siswanya. Pasalnya, musibah ini justru terjadi ketika SDN 2 Abuan dalam persiapan penilian lomba ‘Adiwiyata’ tingkat  nasional.

Menurut Kasek Putu Sumerti, pihaknya selama ini rutin melakukan pembinaan kepada pengelola kantin.  “Dalam setiap pembinaan, kami sudah melarang pengelola kantin menjual makanan yang menggunakan pewarna, mie, dan makanan tidak higinis, serta harus menjaga kebersihan kantin,” papar Putu Sumerti. Pasca kejadian ini, pihaknya akan lebih ketat lagi dalam pengawasan makanan yang dijual di kantin sekolah.

Sedangkan Ketua Komite SDN 2 Abuan, I Wayan Sudiarsa, mengaku pihaknya mengetahui belasan siswa mengalami keracunan setelah mendapat telepon dari sekolah. Begitu dapat informasi, Sudiarsa pun langsung datang ke SDN 2 Abuan. Sebagai perwakilan orangtua siswa, Sudiarsa segera akan menggelar rapat terkait evaluasi pengelolaan kantin.

“Dalam rapat nanti kami akan anjurkan agar pengelola kantin tidak menjual makanan yang menggunakan zat pewarna. Kalau bisa, agar menjual makanan khas Bali yang sudah barang tentu dalam pengolahanya tanpa bahan pewarana atau pengawet,” jelas Sudiarsa yang nitabene mantan Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Bangli.

Di sisi lain, Kapolsek Susut AKP IB Karyawan mengatakan untuk langkah awal, pihaknya telah memintai keterangan pengelola kantin di SDN 2 Abuan, selain juga mengambil sampel makanan yang diduga beracun untuk diuji laboratorium. Selain itu, para guru seetmpat juga akan memintai keterangannya. “Kasus ini masih tahap penyelidikan. Untuk penyebab keracunan, masih menunggu hasil uji laboratorium,” tandas AKP IB Karyawan.

Sementara, pengelola kantin yang kebetulan dapat giliran jualan di SDN 2 Abuan, Senin kemarn, yakni Ni Ketut Nusa, mengatakan pihaknya biasa menjual sosis ataupun nugget. Menurut Ketut Nusa, saat pembinaan kantin sekolah, pihaknya sudah bertanya apa boleh atau tidak menjual sosis? Karena disebut tidak ada masalah, Ketut Nusa pun tetap menjual sosis. “Saya sudah ikuti saran saat pembinaan kantin itu. Misalnya, bungkus makannya harus pakai daun. Katanya, jual sosis tidak masalah, makanya saya tetap jualan sosis di kantin,” cerita Ketut Nusa.

Menurut Ketut Nusa, dirinya biasa membeli sosis di salah satu toko di komplek pertokoan Pasar Gianyar. Sosis dan saus yang dijual kemarin sebetulnya baru dibeli di Gianyar, Sabtu (24/3) lalu. “Sosis digoreng di rumah, lalu dibawa ke sekolah sudah dalam keadaan matang. Sementara saus dibeli dalam bentuk kemasan plastik, kemudian dimasukan ke dalam botol,” jelas Ketut Nusa.

Disinggung terkait pengecekan massa kadaluarsa makanan, Ketut Nusa mengaku sudah mengeceknya. Hanya saja, di kemasan tersebut tidak tertera massa tenggang. “Dibungkusanya tidak tertera massa kadaluarsanya,” katanya. *e

Komentar