Baskom dan Daging Masisit Berbakteri
Dinas Kesehatan dan Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali telah memeriksa 14 sample makanan dan alat masak milik pedagang nasi bungkus di Banjar Mudita, Sukawati, Gianyar.
Hasil Lab Keracunan Massal di Banjar Mudita, Sukawati
GIANYAR, NusaBali
Pemeriksaan ini pasca keracunan massal yang menimpa 104 warga Banjar Mudita, Sukawati, saat malam Pangerupukan Nyepi, Jumat (16/3). Dalam hasil uji laboratorium, ditemukan bakteri Escherichia Coli (E.Coli) dalam kasus ini.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan, bakteri Escherichia Coli ditemukan pada alat masak dan bahan makanan yang disantap bersama malam itu. “Bakteri E.coli ditemukan pada alat masak baskom dan daging ayam maisit (suwir) pada makanan yang disantap warga,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (27/3).
Kadis Suarjaya menjelaskan, bakteri e.coli ini pada umumnya hidup dan ditemukan dalam usus besar manusia. Biasanya ada pada feses (kotoran) manusia. Dalam kasus ini, bisa saja bakteri ini hidup dalam air yang telah terkontaminasi dengan kotoran manusia. Lalu dipakai untuk cuci alat makan. “Ini kemungkinan yang paling besar kenapa kasus keracunan bisa terjadi. Atau bisa juga karena daging ayam belum matang dimasak,” imbuhnya.
1Bakteri E.coli, kata Kadis Suarjaya, berkembang hingga tercampur ke dalam makanan, bisa saja diakibatkan perilaku yang kurang menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Karena itu, pihaknya mengimbau AGAR kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, seperti kebersihan sanitasi, kebersihan air dan peralatan dapur. “Bakteri ini bisa hidup di lingkungan yang kotor. Jadi kalau bahan makanan atau alatnya terkontaminasi bakteri itu bisa menyebabkan diare parah,” tandasnya.ind
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gianyar Ida Ayu Cahyani saat dikonfirmasi, Selasa (27/3), mengakui telah menerima laporan hasil tes lab, pasca kasus keracunan itu. Namun dia tak memerinci jenis bakteri dimaksud dan alat masak yang mana mengandung bakteri.
Kata dia, keberadaan bakteri tersebut, menurut Kadiskes bisa disebabkan oleh berbagai faktor. “Jenisnya bakteri yang ada di sektiar kita. Mungkin karena kurang bersih atau tercemar waktu memasak atau membungkus,” ungkapnya. Ada dua kemungkinan, yakni kondisi tangan yang kurang bersih saat memasak atau pada saat membungkus menggunakan alat-alat yang tercemar bakteri. “Intinya, pengolahan makanan harus bersih, mulai dari bahan, cara mamasak, alat memasak sampai termasuk kebersihan orang yang makan,” ucapnya.
Faktor lain, kata Kadiskes Cahyani, jarak waktu antara proses memasak sampai dikonsumsi. Dia kembali mengimbau masyarakat supaya tidak terjadi kasus yang sama, agar pengolah makanan memperhatikan kebersihan dan kesehatan konsumen. Ditegaskan, hasil temuan bakteri ini membantah adanya kesengajaan atau upaya meracuni yang dilakukan oleh oknum tertentu. “Masalah bakteri kan bisa dimana-mana, terutama pada lingkungan yang kotor,” tandasnya.
Kanit Reskrim Polsek Sukawati AKP IB Mas Kencana mengaku masih menunggu hasil Labforensik Polda Bali. Dikatakan, polisi dari Labfor Polda Bali mengambil beberapa bahan makanan yang sempat disantap warga. Di antaranya, nasi, lauk dan mie. “Sementara belum ada hasil, masih dicek. Nanti kalau sudah kan kami hubungi,” ujarnya.
Meski dugaan kuat sumber keracunan adalah nasi bungkus, namun AKP IB Mas Kencana tidak melihat adanya faktor kesengajaan dalam kasus ini, terlebih keluarga dari penjual nasi sendiri ikut keracunan. “Kalau faktor keteledoran itu mungkin, kan bisa saja bahan makanan kurang dicuci bersih atau semacamnya,” ujarnya. Sebelumnya, 104 warga Banjar Mudita, Desa Sukawati, Gianyar, keracunan usai menyantap nasi bungkus, pada malam Pangrupukan, Jumat (16/3). Nasi disantap usai pengarakan Ogoh-ogoh. *nvi, ind
Komentar