Dari IB Dosther Sang Pendiri PHDI hingga Bupati Peraih Opini WTP
Bupati IB Indugosa dikenal sebagai pemimpin yang getol membangkitkan local genius di Jembrana, sementara Prof Gede Winasa terkenal dengan inovasi dan ide-ide gilanya.
Sejak Era Kemerdekaan, 9 Pemimpin Silih Berganti Menjadi Penguasa Jembrana
NEGARA, NusaBali
Seperti daerah lainnya di Bali---kecuali Kota Denpasar---, Kabupaten Jembrana juga sudah mengalami pergantian banyak pemimpin sejak era kemerdekaan RI tahun 1945. Dalam catatan, I Putu Artha yang baru dilantik kembali oleh Gubernur Bali menjadi Bupati Jembrana 2016-2021, Rabu (17/2), merupakan figur pemimpin ke-9 di Gumi Makepung.
Pemimpin Kabupaten Jembrana pertama sejak era kemerdekaan adalah Anak Agung Bagoes Negara. Tokoh asal Puri Gede Negara ini memegang tampuk pemerintahan Swapraja Jembrana (belum menjadi kabupaten) secara terus-menerus selama 29 tahun, sejak 1929 hingga 1958. Tokoh puri yang tinggal di wilayah Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara, Jembrana ini merupakan ayah dari Gubernur Bali pertama AA Bagus Setedja.
Selama 29 tahun masa kepemimpinanAA Bagoes Negara (1929-1958), dua nama yaitu Jembrana dengan ibukotanya, Negara, senantiasa terpateri dalam lembaran sejarah pemerintahan, baik saat periode pendudukan Jepang (1943-1945) maupun kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (1950-1958).
Setelah AA Bagoes Negara lengser tahun 1958, barulah untuk kali pertama pemimpin Gumi Makepung disebut Bupati Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Jembrana. Pemimpin kedua atau Bupati Jembrana adalah Ida Bagus Gde Dosther. Dia menjabat sebagai Bupati Jembrana selama 8 tahun, periode 1959-1967.
IB Dosther merupakan tokoh pejuang asal Lingkungan Keladian, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana. Dia pernah terlibat langsung dalam perang fisik melawan tentara NICA di Lembah Merdeka Sungai Gelar, Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana. Kala itu, IB Dosther menjadi Wakil Komandan Pasukan Markadi (Pasukan M) dan sekaligus Komandan Dewan Perjuangan Rakyta Indonesia (DPRI) Sunda Ketjil.
Selain itu, IB Dosther juga merupakan salah satu tokoh pendiri Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Sebelum diangkat menjadi Bupati Jembrana tahun 1959, IB Dosther sempat berkecimpung di dunia yudikatif sebagai jaksa di Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bali. IB Dosther tercatat jadi Bupati Termuda di Jembrana, juga dikenal sebagai perintis pembangunan, pemerintahan, dan pemasyarakatan.
Ketika IB Dosther turun tahta tahun 1967, kepemimpinannya sebagai Bupati Jembrana dilanjutkan oleh Kapten R Syafroni. Tokoh dari kalangan militer yang naik seke kursi kekuasaan setelah peristiwa berdarah G 30 S/PKI ini menjabat Bupati Jembrana 1967-1969. Selama 2 tahun kepemimpinnya, tidak ada catatan prestasi menonjol yang ditunjukkan Bupati Jembrana pertama dari kalangan tentara ini. Sebab, Syafroni lebih banyak sibuk dalam dunia kemiliteran.
habis Syafroni berkuasa, Kabupaten Jembrana kembali dipimpin tokoh sipil, yakni I Ketut Sirya. Dia merupakan tokoh PNI asal Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo yang menjabat Bupati Jembrana periode 1969-1974. Ketut Sirya kala itu dipilih melalui DPRD Jembrana. Ketut Sirya sendiri adalah mantan ketua DPRD Jembrana.
Bupati Ketut Sirya inilah yang merintis pembangunan Pura Dang Kahyangan Rambut Siwi di Desa Pakraman Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Setelah Ketut Sirya lengser, tampik kepemimpinan Gumi Makepung kembali diambil-alih figur tentara. Dia adalah Letkol Inf Liek Rochadi, perwira TNI AD asal Malang, Jawa Timur, yang sebelumnya menjabat Dandim Buleleng.
Letkol Liek Rochadi menjabatBupati Jembrana periode 1975-1980. Bupati Liek Rochadi inilah yang perintis pembangun lokasi Civic Center yang ada sekarang di Jalan Surapati Negara. Semula, Civic Centerberada di seputar Jalan Udayana Negara. Pemindahan lokasi pusat pemerintahan ini tidak terlepas dari musibah gempa 14 Juli 1976, yang menghancurkan sejumlah bangunan perkantoran, termasuk bekas Kantor Bupati yang semula berada di sebelah utara Hotel Jimbarwana.
Setelah lengsernya Bupati Liek Rochadi, tampil kemudian Ida Bagus Ardana menjadi pemimpin Jembrana. Birokrat asal Buleleng ini menjadi Bupati Jembrana dua kali periode (1980-1985 dan 1985-1990). IB Ardana merupakan birokrat yang sempat menjabat Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda) Tingkat II Jembrana.
Bupati IB Ardana dikenal sebagai pemimpin dengan konsep pembangunan secara merata, hingga Jembrana sempat mendapat perhargaan tentang pembangunan dari pemerintah pusat. Di era kepemimpinan IB Ardana pula dimulainya progam transmigrasi ke Sulawesi, serta pembinaan di berbagai bidang.
Sukses memimpin Jembrana selama 10 tahun, IB Ardana kemudian digantikan Ida Bagus Indugosa yang menjabat Bupati dua periode (990-1995 dan 1995-2000). Tokoh sipil asal Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana ini merupakan Bupati terakhir di era Orde Baru.
Bupati Indugosa dikenal sebagai pemimpin yang getol membangkitkan local genius.
Selanjutnya...
Komentar