nusabali

Paguyuban Semar Sanjiwata Pameran Keris di Puri Peliatan

  • www.nusabali.com-paguyuban-semar-sanjiwata-pameran-keris-di-puri-peliatan

Paguyuban Semar Sanjiwata menggelar pameran keris di Puri Peliatan, Desa Peliatan, Ubud, Gianyar.

GIANYAR, NusaBali
Pameran berlangsung Selasa (27/3) - Jumat (30/3).Kelian (ketua) paguyuban, Anak Agung Oka Pustaka menjelaskan, Semar Sanjiwata merupakan perkumpulan para pecinta keris di bawah Senopati Nusantara. Selain pameran, even kali ini juga dibarengi dengan pergantian pengurus.

"Seluruh koleksi keris terbaik anggota paguyuban dipamerkan disini. Termasuk ada 60 keris pusaka yang tidak boleh diperjualbelikan," jelasnya ditemui disela acara, Rabu (28/3).

Keris yang dipamerkan harus sudah memiliki sertifikat. “Yang dipamerkan tidak dijual, karena tergolong keris tua, berumur,” ujar Agung Pustaka. Keris pusaka tertua, menurut Pustaka, ada yang berusia mencapai 300 tahun.

“Keris itu merupakan peninggalan kerajaan Kediri,” jelas Pustaka yang baru dilantik menjadi kelian Rabu lalu. Keris tersebut, lanjut Pustaka, merupakan warisan turun temurun. Rata-rata pemilik keris pusaka merupakan tokoh, keluarga kerajaan dan pelestari.

Keris pusaka tidak saja berusia tua, keris yang baru dibuat bisa digolongkan menjadi pusaka. “Yang baru dibuat namanya keris Kamardikan. Itu baru dibuat di era sekarang, tapi masuk pusaka,” jelas pria asal Sading, Kabupaten Badung itu.

Dikatakan Pustaka, penggolongan keris baru berubah status menjadi pusaka berdasarkan ciri-ciri keris. “Itu ada yang menilai berdasarkan buku pantuan keris. Seperti melihat dapur atau garapannya, pamor dan bentuk, termasuk keistimewannya,” ujarnya.

Selain memamerkan keris pusaka, paguyuban yang anggotanya tersebar di Madura, Jawa, Bali dan Lombok itu juga menggelar bursa penjualan keris. Dalam bursa tersebut, aneka keris dijual dengan harga beragam. “Termahal sampai Rp 200 juta, termurah ada yang Rp 75.000-an,” jelasnya.

Ada juga yang harganya diantara Rp 90-180-an juta. Menurut Pustaka yang mengoleksi sembilan keris itu, keris mahal tergantung selera dan kepercayaan dari si pembelinya. “Ada juga lho keris tua yang murah, karena faktor pemeliharaan. Sedangkan keris baru bisa mahal karena saya jelaskan tadi, keistimewannya itu,” ungkapnya.

Pembeli keris, kata Pustaka, harus cinta budaya apalagi membeli keris yang mahal. “Ada yang membeli keris untuk pajangan biasa. Ada yang diupacarai,” jelasnya. Menurutnya, harga keris kali ini seharga Rp 200 juta terdengar biasa di telinganya. “Pernah waktu bursa beberapa waktu lalu, ada keris seharga Rp 5 miliar, ada lho yang nawar,” terangnya.

Sebagai bentuk eksistensi terhadap pelestarian keris, paguyuban dengan penasihat dua sulinggih panglingsir dari Puri Peliatan itu juga rutin menggelar pembersihan keris milik pura-pura maupun puri yang ada di seluruh Bali. “Kami rutin membersihkan keris pusaka di pura maupun puri, karena tujuan kami pelestarian keris,” jelasnya.

Adapun tata cara pembersihan keris tidak mengunakan cairan kimia. “Salah satu caranya dengan merendam pakai air kelapa. Kalau karatnya (kandungan logam, Red) di keris itu banyak, maka bisa direndam selama seminggu,” jelasnya.

Walau terlihat sepele, ternyata program membersihkan keris duwe (milik) pura secara gratis ini diapresiasi para pangempon pura. “Bahkan pembersihan keris pakai cara tradisional kami ini masuk daftar antre. Banyak keris pura yang mau dibersihkan dengan cara kami,” ujarnya. *nvi

Komentar