Kemenpar Manfaatkan Mobile Positioning Data
Menteri Pariwisata Arief Yahya terus berkreasi dan berinovasi dalam pengembangan pariwisata Indonesia.
MANGUPURA, NusaBali
Selain mempromosikan pariwisata dengan nomadic tourism, mantan Dirut PT Telkom ini juga berinovasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi melalui Mobile Positioning Data (MPD). MPD merupakan penelusuran data dengan menggunakan telepon selular.
Dikonfirmasi saat menghadiri workshop MPD di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Selasa (27/3) mengaku data yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari handphone. Menurutnya data ini sifatnya riil time, mudah, dan lebih murah. Salah satu kegunaannya adalah untuk promosi. “Kalau di dalam dunia digital kita tahu persis setiap orang. Si A senangnya diving dan si B senangnya mendaki gunung, kita tahu melalui HP-nya dari apa yang mereka browsing," tuturny tentang inovasi yang dilakukan sejak akhir 2016.
Fokusnya sejauh ini adalah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Namun demikian selanjutnya akan dibuat untuk wisatawan nusantara juga. Selain itu kegunaannya nanti tak hanya untuk pariwisata karena pergerakan orang selalu mengikuti oleh perpindahan barang dan uang. “Itu nanti bisa menghitung perdagangan dan investasi,” ujarnya.
Penggunaan data ini termasuk untuk memenuhi target 20 juta kunjungan wisman pada 2019. Kalau yang ada TPI sementara tak digunakan. Namun yang ada TPI kelak juga akan dipasang. Karena dalam pengambilan keputusan kalau menunggu data yang konvensional dari imigrasi baru bisa dapat pada bulan depannya lagi.
“Pada hal kalau kita mengadakan event kita ingin mengukur efektivitas event itu besar atau tidak. Tak bisa mengukur dari imigrasi tetapi dari crowd yang ada bisa mengukur perkiraan wismannya berapa. Angka-angka perkiraan yang menggunakan digital ini valid untuk mengambil putusan yang lebih cepat," pungkasnya.*p
Dikonfirmasi saat menghadiri workshop MPD di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Selasa (27/3) mengaku data yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari handphone. Menurutnya data ini sifatnya riil time, mudah, dan lebih murah. Salah satu kegunaannya adalah untuk promosi. “Kalau di dalam dunia digital kita tahu persis setiap orang. Si A senangnya diving dan si B senangnya mendaki gunung, kita tahu melalui HP-nya dari apa yang mereka browsing," tuturny tentang inovasi yang dilakukan sejak akhir 2016.
Fokusnya sejauh ini adalah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Namun demikian selanjutnya akan dibuat untuk wisatawan nusantara juga. Selain itu kegunaannya nanti tak hanya untuk pariwisata karena pergerakan orang selalu mengikuti oleh perpindahan barang dan uang. “Itu nanti bisa menghitung perdagangan dan investasi,” ujarnya.
Penggunaan data ini termasuk untuk memenuhi target 20 juta kunjungan wisman pada 2019. Kalau yang ada TPI sementara tak digunakan. Namun yang ada TPI kelak juga akan dipasang. Karena dalam pengambilan keputusan kalau menunggu data yang konvensional dari imigrasi baru bisa dapat pada bulan depannya lagi.
“Pada hal kalau kita mengadakan event kita ingin mengukur efektivitas event itu besar atau tidak. Tak bisa mengukur dari imigrasi tetapi dari crowd yang ada bisa mengukur perkiraan wismannya berapa. Angka-angka perkiraan yang menggunakan digital ini valid untuk mengambil putusan yang lebih cepat," pungkasnya.*p
Komentar