Dari Digital Ekonomi Kreatif hingga Solusi Penanganan Sampah
KBS Terima Sumbangsih Pemikiran Alumni ITB
DENPASAR, NusaBali
Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Provinsi Bali menggelar pertemuan di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Denpasar, Minggu (1/4). Pertemuan yang dihadiri ratusan alumni ITB asal Bali ini, juga dihadiri Ketua DPD PDIP Bali, Dr Ir Wayan Koster MM. Koster alias Koster Bali Satu (KBS) yang kini menjadi Calon Gubernur Bali adalah alumni ITB lulusan tahun 1987 jurusan Pendidikan Matematika.
Kegiatan tersebut dihadiri Sekjen Ikatan Alumni ITB Pusat, Gembong Primajaya beserta sejumlah pengurus pusat dan Ketua Ikatan Alumni ITB Provinsi Bali I Gusti Putu Kompyang. Temu Alumni perguruan tinggi negeri (PTN) yang banyak melahirkan pejabat dan para ilmuwan ini, menjadi ajang diskusi dan menyampaikan gagasan dan ide untuk pembangunan Bali ke depan.
Menariknya, ide-ide tersebut dititipkan kepada KBS yang akan bertarung pada Pilgub Bali 27 Juni mendatang. Satu per satu dari mereka memaparkan ide dan gagasan bagaimana mengelola Bali ke depan berdasarkan disiplin ilmu masing-masing. Dalam hal digital ekonomi kreatif, tampil memaparkan gagasannya adalah I Gusti Putu Kompyang, Ketut Medi Suarta dan Gede Brawiswara.
Dalam paparannya, I Gusti Putu Kompyang berharap Wayan Koster dapat mendorong peran serta aktif masyarakat Bali dalam pembangunan digital ekonomi kreatif. Digital ekonomi kreatif diyakininya akan menyerap tenaga kerja dalam rangka memutus angka kemiskinan di Bali. "Caranya investasi di dunia pendidikan harus dilakukan, menciptakan lingkungan dan akses ke pasar disediakan," tuturnya.
Sementara Ketut Medi Suarta menuturkan jika Bali layak dikembangkan sebagai pusat ekonomi digital kreatif. Bagi dia, digital ekonomi kreatif bisa menjadi poros baru sebagai penggerak roda ekonomi masyarakat. "Bali ini sangat tepat dijadikan pusat digital ekonomi kreatif. Bali dan kekayaan alamnya sangat menarik, punya daya tarik dan terbuka bagi siapapun. Banyak star up yang bergerak di Bali," ujar dia.
Yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah mendorong dengan anggaran, dana pinjaman, menghubungkan dengan pasar dan menyiapkan regulasi dan memberikan insentif. Hal itu yang ditekankan oleh Gede Brawiswara yang menyebut ada gap besar antara masyarakat Indonesia dengan warga di luar negeri.
"Tahun 2020 diprediksi 200 juta rakyat Indonesia menggunakan internet. Hanya, kita baru menggunakanya untuk sosmed saja,” katanya. Sementara di negara maju, mereka menggunakan untuk menciptakan uang. Banyak orang asing di Indonesia mereka mencari uang lewat internet. Soal ekspor impor Bali, Bagus John Sujayana memaparkan data mengejutkan tentang ekspor impor Bali.
"Ekspor kita di Bali per tahun adalah US$500 juta atau senilai Rp7-8 triliun. Itu belum termasuk industri logistiknya seperti pengangkutan dari Bali ke negara tujuan," katanya. Hanya saja, angka ekspor Bali ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia dan Uni Eropa tidak beranjak naik alias stagnan. Penyebabnya adalah infrastruktur ekspor Bali mulai darat, laut dan udara yang belum dibenahi dengan baik.
Solusinya, ia meminta Koster untuk memperhatikan infrastruktur ekspor langsung ke negara tujuan. Sementara Prof Gelgel Wirasutha memaparkan saban tahun pangsa pasar dunia untuk obat herbal dan bio teknologi senilai US$50 juta. "Di Indonesia pada tahun 2017 kita impor nilainya mencapai Rp16 triliun, termasuk didalamnya obat herbal," ucapnya. Ia berharap KBS mau memperhatikan industri obat herbal dan bio teknologi yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Soal sampah dipaparkan oleh alumni ITB, Ayu Widiasari yang berharap ada perubahan karakter masyarakat Bali untuk persoalan sampah. Mendapat masukan hebat dari rekannya sesama alumni ITB, KBS menyampaikan terima kasih tak terhingga. Ia bahagia lantaran rekan-rekannya begitu mendukungnya hingga sampai pada tingkat pemikiran. "Saya langsung mau terapkan dari apa yang tadi disampaikan. Gambarannya sudah ada. Yang tadi disampaikan teman-teman itu sangat konkret. Regulasi, kebijakannya apa, fasilitasnya apa dan bagaimana menggerakan masyarakat untuk pembangunan ini, itu akan saya lakukan," kata Koster. *
Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) Provinsi Bali menggelar pertemuan di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Denpasar, Minggu (1/4). Pertemuan yang dihadiri ratusan alumni ITB asal Bali ini, juga dihadiri Ketua DPD PDIP Bali, Dr Ir Wayan Koster MM. Koster alias Koster Bali Satu (KBS) yang kini menjadi Calon Gubernur Bali adalah alumni ITB lulusan tahun 1987 jurusan Pendidikan Matematika.
Kegiatan tersebut dihadiri Sekjen Ikatan Alumni ITB Pusat, Gembong Primajaya beserta sejumlah pengurus pusat dan Ketua Ikatan Alumni ITB Provinsi Bali I Gusti Putu Kompyang. Temu Alumni perguruan tinggi negeri (PTN) yang banyak melahirkan pejabat dan para ilmuwan ini, menjadi ajang diskusi dan menyampaikan gagasan dan ide untuk pembangunan Bali ke depan.
Menariknya, ide-ide tersebut dititipkan kepada KBS yang akan bertarung pada Pilgub Bali 27 Juni mendatang. Satu per satu dari mereka memaparkan ide dan gagasan bagaimana mengelola Bali ke depan berdasarkan disiplin ilmu masing-masing. Dalam hal digital ekonomi kreatif, tampil memaparkan gagasannya adalah I Gusti Putu Kompyang, Ketut Medi Suarta dan Gede Brawiswara.
Dalam paparannya, I Gusti Putu Kompyang berharap Wayan Koster dapat mendorong peran serta aktif masyarakat Bali dalam pembangunan digital ekonomi kreatif. Digital ekonomi kreatif diyakininya akan menyerap tenaga kerja dalam rangka memutus angka kemiskinan di Bali. "Caranya investasi di dunia pendidikan harus dilakukan, menciptakan lingkungan dan akses ke pasar disediakan," tuturnya.
Sementara Ketut Medi Suarta menuturkan jika Bali layak dikembangkan sebagai pusat ekonomi digital kreatif. Bagi dia, digital ekonomi kreatif bisa menjadi poros baru sebagai penggerak roda ekonomi masyarakat. "Bali ini sangat tepat dijadikan pusat digital ekonomi kreatif. Bali dan kekayaan alamnya sangat menarik, punya daya tarik dan terbuka bagi siapapun. Banyak star up yang bergerak di Bali," ujar dia.
Yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah mendorong dengan anggaran, dana pinjaman, menghubungkan dengan pasar dan menyiapkan regulasi dan memberikan insentif. Hal itu yang ditekankan oleh Gede Brawiswara yang menyebut ada gap besar antara masyarakat Indonesia dengan warga di luar negeri.
"Tahun 2020 diprediksi 200 juta rakyat Indonesia menggunakan internet. Hanya, kita baru menggunakanya untuk sosmed saja,” katanya. Sementara di negara maju, mereka menggunakan untuk menciptakan uang. Banyak orang asing di Indonesia mereka mencari uang lewat internet. Soal ekspor impor Bali, Bagus John Sujayana memaparkan data mengejutkan tentang ekspor impor Bali.
"Ekspor kita di Bali per tahun adalah US$500 juta atau senilai Rp7-8 triliun. Itu belum termasuk industri logistiknya seperti pengangkutan dari Bali ke negara tujuan," katanya. Hanya saja, angka ekspor Bali ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia dan Uni Eropa tidak beranjak naik alias stagnan. Penyebabnya adalah infrastruktur ekspor Bali mulai darat, laut dan udara yang belum dibenahi dengan baik.
Solusinya, ia meminta Koster untuk memperhatikan infrastruktur ekspor langsung ke negara tujuan. Sementara Prof Gelgel Wirasutha memaparkan saban tahun pangsa pasar dunia untuk obat herbal dan bio teknologi senilai US$50 juta. "Di Indonesia pada tahun 2017 kita impor nilainya mencapai Rp16 triliun, termasuk didalamnya obat herbal," ucapnya. Ia berharap KBS mau memperhatikan industri obat herbal dan bio teknologi yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Soal sampah dipaparkan oleh alumni ITB, Ayu Widiasari yang berharap ada perubahan karakter masyarakat Bali untuk persoalan sampah. Mendapat masukan hebat dari rekannya sesama alumni ITB, KBS menyampaikan terima kasih tak terhingga. Ia bahagia lantaran rekan-rekannya begitu mendukungnya hingga sampai pada tingkat pemikiran. "Saya langsung mau terapkan dari apa yang tadi disampaikan. Gambarannya sudah ada. Yang tadi disampaikan teman-teman itu sangat konkret. Regulasi, kebijakannya apa, fasilitasnya apa dan bagaimana menggerakan masyarakat untuk pembangunan ini, itu akan saya lakukan," kata Koster. *
1
Komentar