Ida Bhatara Turun Kabeh Dipuput 33 Sulinggih
Hujan gerimis turun seusai 33 sulinggih mapuja serangkaian Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, pada Purnama Kadasa bertepatan Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (31/3).
AMLAPURA, NusaBali
Hal ini dipercaya Ida Sesuhunan, Tuhan Yang Maha Esa, berikan anugerah kepada umat. Sebanyak 33 sulinggih itu mapuja di tiga tempat, masing-masing 7 sulinggih di Pura Penataran Agung Besakih, 5 sulinggih di Bale Gajah, sedangkan 21 sulinggih di pura lainnya.
Puncak Ida Bhatara Turun Kabeh dihadiri Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Gubernur Pasika turut mundut (mengusung) pralingga Ida Bhatara Lingsir. Di depan gubernur ada Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang mundut Ida Bhatara Pura Kiduling Kreteg bersama Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa. Sementara di belakang gubernur para pimpinan OPD Provinsi Bali dan Pemkab Karangasem. Iring-iringan ini melintasi titi mahmah di Ayun Linggih Padma Tiga, selanjutnya mapurwa daksina keliling tiga kali di areal Pura Penataran Agung. Setelah rangkaian upacara selesai, Ida Sesuhunan kalinggihang di Bale Peselang. Pada saat rombongan IHDN Denpasar persembahkan tari wali berupa rejang, topeng, Baris Gede, dan wayang kulit.
Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumatri mengatakan, karya ini bermakna turunnya Ida Bhatara Kabeh dan memberkati anugerah. “Makanya di puncak karya agung disertai turunnya gerimis. Itulah berkah, selain dapat berkah berupa tirtha juga berkah secara fisik yang dirasakan umat sedharma,” jelas Bupati Mas Sumatri. Berkah lainnya berupa bija sebagai lambang kesuburan. “Bija ditaruh di kening untuk meneguhkan pikiran. Bija yang ditelan agar dirasakan langsung ke seluruh tubuh,” katanya
Sementara Seksi Upakara Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, I Gusti Mangku Jana, mengatakan seluruh Ida Bhatara Tedun dan dipersatukan di Bale Peselang menjadi sepasang Dewa-Wewi: Dewa Semara dan Dewi Ratih yang melakukan adisrti (proses penciptaan) bumi beserta isinya disertai menganugerahkan kemakmuran. “Dalam proses penciptaan bumi beserta isinya ditandai pembacaan teks pajejiwan membacakan isi alam yang diciptakan,” jelas Gusti Mangku Jana. Teks pajejiwan dibacakan Ida Pedanda Istri Anom dari Gria Kanginan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem. Menerangkan proses terciptanya gunung, danau, laut, sungai, batu, mirah, tanah, dan isi alam lainnya. Termasuk benda-benda angkasa, seperti surya, candra, naksara, dan lainnya. *k16
Hal ini dipercaya Ida Sesuhunan, Tuhan Yang Maha Esa, berikan anugerah kepada umat. Sebanyak 33 sulinggih itu mapuja di tiga tempat, masing-masing 7 sulinggih di Pura Penataran Agung Besakih, 5 sulinggih di Bale Gajah, sedangkan 21 sulinggih di pura lainnya.
Puncak Ida Bhatara Turun Kabeh dihadiri Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Gubernur Pasika turut mundut (mengusung) pralingga Ida Bhatara Lingsir. Di depan gubernur ada Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang mundut Ida Bhatara Pura Kiduling Kreteg bersama Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa. Sementara di belakang gubernur para pimpinan OPD Provinsi Bali dan Pemkab Karangasem. Iring-iringan ini melintasi titi mahmah di Ayun Linggih Padma Tiga, selanjutnya mapurwa daksina keliling tiga kali di areal Pura Penataran Agung. Setelah rangkaian upacara selesai, Ida Sesuhunan kalinggihang di Bale Peselang. Pada saat rombongan IHDN Denpasar persembahkan tari wali berupa rejang, topeng, Baris Gede, dan wayang kulit.
Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumatri mengatakan, karya ini bermakna turunnya Ida Bhatara Kabeh dan memberkati anugerah. “Makanya di puncak karya agung disertai turunnya gerimis. Itulah berkah, selain dapat berkah berupa tirtha juga berkah secara fisik yang dirasakan umat sedharma,” jelas Bupati Mas Sumatri. Berkah lainnya berupa bija sebagai lambang kesuburan. “Bija ditaruh di kening untuk meneguhkan pikiran. Bija yang ditelan agar dirasakan langsung ke seluruh tubuh,” katanya
Sementara Seksi Upakara Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, I Gusti Mangku Jana, mengatakan seluruh Ida Bhatara Tedun dan dipersatukan di Bale Peselang menjadi sepasang Dewa-Wewi: Dewa Semara dan Dewi Ratih yang melakukan adisrti (proses penciptaan) bumi beserta isinya disertai menganugerahkan kemakmuran. “Dalam proses penciptaan bumi beserta isinya ditandai pembacaan teks pajejiwan membacakan isi alam yang diciptakan,” jelas Gusti Mangku Jana. Teks pajejiwan dibacakan Ida Pedanda Istri Anom dari Gria Kanginan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem. Menerangkan proses terciptanya gunung, danau, laut, sungai, batu, mirah, tanah, dan isi alam lainnya. Termasuk benda-benda angkasa, seperti surya, candra, naksara, dan lainnya. *k16
Komentar