Gubernur Rekomendasi Perluasan Bandara Ngurah Rai
Gubernur Made Mangku Pastika akan memberikan rekomendasi, tetapi luasnya tidak seperti yang diajukan pihak Angkasa Pura.
DENPASAR, NusaBali
Di tengah perjuangan Pemprov Bali untuk mewujudkan Bandara Buleleng, perluasan Bandara Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, juga akan berjalan. Gubernur Bali Made Mangku Pastika bakal menerbitkan rekomendasi untuk izin perluasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Hal itu diungkapkan Gubernur Pastika usai sidang paripurna di Gedung DPRD Bali Niti Mandala Denpasar, Senin (2/4) siang. Gubernur Pastika mengakui proses rekomendasi untuk mengurus izin perluasan Bandara Ngurah Rai sedang dikaji. “Oh ya sekarang sedang berproses. Rekomendasinya dari kita, tetapi soal izinnya nanti tetap diterbitkan dengan kewenangan pusat,” ujar Gubernur Pastika.
Perluasan Bandara Ngurah Rai direncanakan akan dilakukan dengan reklamasi pantai di sisi barat Bandara Ngurah Rai. Gubernur Pastika mengatakan dari 50 hektare yang diajukan pihak Angkasa Pura, tidak semuanya disetujui. Lahan yang akan direklamasi untuk memperluas kawasan Bandara Ngurah Rai itu jumlahnya malah dikurangi, karena sebanyak 10 hektare untuk peruntukan konservasi.
“Karena kepentingan Bali, saya rekomendasi, tetap izinnya dari Kementerian Kelautan, karena reklamasi laut. Perluasan ini untuk menambah areal parkir pesawat. Kita setujui tidak seluas yang diajukan pihak mereka. Karena ada 10 hektare kawasan konservasi disana,” tegas Gubernur Pastika.
Alasan perluasan Bandara Ngurah Rai untuk parkir pesawat tersebut karena Bandara Ngurah Rai sudah agak krodit. “Volume penerbangan kita nggak bisa nampung. Untuk lima tahun ke depan bandara kita sudah penuh, nggak bisa bertahan dengan satu bandara. Maka dilakukan perluasan. Sekarang ini 17 ribu turis asing datang ke Bali setiap harinya. Belum kalangan domestik. Jadi tambah padat dan krodit. Jalan tol saja sekarang sudah macet,” ujar mantan Kapolda Bali, ini.
Soal pembangunan Bandara Buleleng dengan kaitan perluasan Bandara Ngurah Rai, menurut Gubernur Pastika tidak ada hubungannya. Bandara Buleleng tetap diperjuangkan harus jadi dan terwujud. “Kalau Bandara Buleleng tetap kita sampaikan ke pusat harus jadi. Saya sudah sampaikan bukan melalui Menteri Perhubungan lagi. Sudah melalui Presiden langsung. Bukan tembusan lagi, langsung Presiden. Saya berbicara berkali-kali malahan dengan Presiden. Kita silahkan mau di mana saja yang penting jadi itu Bandara Buleleng,” ujar gubernur asal Buleleng, ini.
Pastika mempersilakan pihak-pihak yang akan melakukan kajian mulai kontes. “Kan itu harus dikontes oleh Kementerian Perhubungan, karena teknik mereka yang mengerti. Tinggal diundi saja nanti siapa yang diberikan kesempatan. Kalau membangun Bandara Buleleng itu perlu 5 tahun, bahkan mungkin bisa 10 tahun kok,” tegas Pastika.
Apakah perluasan Bandara Ngurah Rai mengejar pertemuan tahunan IMF – World Bank? Gubernur Pastika mengatakan tidak hanya mengejar pelaksanaan IMF. “Bukan hanya masalah IMF. Untuk masa depan kita juga. Saya katakan tadi kita nggak bisa bertahan dengan 1 bandara saja. Parkirnya penuh, di Bali Selatan ini sudah krodit dan macet. Kalau mengejar karena kebutuhan IMF, ya nggak cukup waktunya,” tutur Pastika. *nat
Di tengah perjuangan Pemprov Bali untuk mewujudkan Bandara Buleleng, perluasan Bandara Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, juga akan berjalan. Gubernur Bali Made Mangku Pastika bakal menerbitkan rekomendasi untuk izin perluasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Hal itu diungkapkan Gubernur Pastika usai sidang paripurna di Gedung DPRD Bali Niti Mandala Denpasar, Senin (2/4) siang. Gubernur Pastika mengakui proses rekomendasi untuk mengurus izin perluasan Bandara Ngurah Rai sedang dikaji. “Oh ya sekarang sedang berproses. Rekomendasinya dari kita, tetapi soal izinnya nanti tetap diterbitkan dengan kewenangan pusat,” ujar Gubernur Pastika.
Perluasan Bandara Ngurah Rai direncanakan akan dilakukan dengan reklamasi pantai di sisi barat Bandara Ngurah Rai. Gubernur Pastika mengatakan dari 50 hektare yang diajukan pihak Angkasa Pura, tidak semuanya disetujui. Lahan yang akan direklamasi untuk memperluas kawasan Bandara Ngurah Rai itu jumlahnya malah dikurangi, karena sebanyak 10 hektare untuk peruntukan konservasi.
“Karena kepentingan Bali, saya rekomendasi, tetap izinnya dari Kementerian Kelautan, karena reklamasi laut. Perluasan ini untuk menambah areal parkir pesawat. Kita setujui tidak seluas yang diajukan pihak mereka. Karena ada 10 hektare kawasan konservasi disana,” tegas Gubernur Pastika.
Alasan perluasan Bandara Ngurah Rai untuk parkir pesawat tersebut karena Bandara Ngurah Rai sudah agak krodit. “Volume penerbangan kita nggak bisa nampung. Untuk lima tahun ke depan bandara kita sudah penuh, nggak bisa bertahan dengan satu bandara. Maka dilakukan perluasan. Sekarang ini 17 ribu turis asing datang ke Bali setiap harinya. Belum kalangan domestik. Jadi tambah padat dan krodit. Jalan tol saja sekarang sudah macet,” ujar mantan Kapolda Bali, ini.
Soal pembangunan Bandara Buleleng dengan kaitan perluasan Bandara Ngurah Rai, menurut Gubernur Pastika tidak ada hubungannya. Bandara Buleleng tetap diperjuangkan harus jadi dan terwujud. “Kalau Bandara Buleleng tetap kita sampaikan ke pusat harus jadi. Saya sudah sampaikan bukan melalui Menteri Perhubungan lagi. Sudah melalui Presiden langsung. Bukan tembusan lagi, langsung Presiden. Saya berbicara berkali-kali malahan dengan Presiden. Kita silahkan mau di mana saja yang penting jadi itu Bandara Buleleng,” ujar gubernur asal Buleleng, ini.
Pastika mempersilakan pihak-pihak yang akan melakukan kajian mulai kontes. “Kan itu harus dikontes oleh Kementerian Perhubungan, karena teknik mereka yang mengerti. Tinggal diundi saja nanti siapa yang diberikan kesempatan. Kalau membangun Bandara Buleleng itu perlu 5 tahun, bahkan mungkin bisa 10 tahun kok,” tegas Pastika.
Apakah perluasan Bandara Ngurah Rai mengejar pertemuan tahunan IMF – World Bank? Gubernur Pastika mengatakan tidak hanya mengejar pelaksanaan IMF. “Bukan hanya masalah IMF. Untuk masa depan kita juga. Saya katakan tadi kita nggak bisa bertahan dengan 1 bandara saja. Parkirnya penuh, di Bali Selatan ini sudah krodit dan macet. Kalau mengejar karena kebutuhan IMF, ya nggak cukup waktunya,” tutur Pastika. *nat
1
Komentar