Keluarga Puri Singaraja Pertimbangkan Cabut Gelar
Pemberian Gelar Sri Paduka Raja untuk Fadli Zon Picu Kegaduhan
SINGARAJA, NusaBali
Penganugerahan gelar ‘Sri Paduka Raja’ kepada Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Gerindra, Fadli Zon, oleh Panglingsir Puri Agung Singaraja, AA Ngurah Ugrasena, Jumat (30/3) malam, telah memicu kegaduhan di internal keluarga puri. Masalahnya, gelar Sri Paduka Raja dianggap tidak pantas diberikan kepada Fadli Zon, apalagi tanpa sepengetahuan keluarga besar Puri Agung Singaraja. Karena itu, gelar bagi Fadli Zon ini dipertimbangkan untuk dicabut kembali.
Keluarga Puri Agung Singaraja telah menggelar rapat internal, Senin (2/4) malam. Dalam rapat yang dihadiri perwakilan 12 Kepala Keluarga (KK) dari 18 KK yang ada malam itu, keluarga Puri Agung Singaraja telah mengambil sikap untuk mempertimbangkan pembatalan dan pencabutan gelar Sri Paduka Raja bagi Fadli Zon tersebut.
Salah satu tokoh Puri Agung Singaraja, AA Ngurah Brawida, menyebutkan sebagian besar keluarga puri tidak tahu ada acara penganugerahan gelar Sri Paduka Raja kepada Fadli Zon. Keluarga besar baru mengetahuinya setelah penganugrahaan gelar untuk Wakil Ketua Umum DPP Gerindra tersebut viral di media sosial. Biasanya, acara tersebut hanya berupa jamuan makan malam biasa terhadap tamu undangan yang hadir berkaitan dengan hari jadi Puri Agung Singaraja bertepatan dengan HUT Kota Singaraja, 30 Maret.
“Kami telah mempertimbangkan untuk mencabut dan membatalkan gelar Sri Paduka Raja itu. Alasannya, karena pemberian gelar itu sudah menimbulkan kegaduhan, muncul komentar sinis dari netizen. Pertimbangan lainnya, karena hampir semua kerabat puri tak tahu menahu pemberian gelar itu. Apalagi, Fadli Zon dianggap sosok yang sangat kontroversial hingga banyak menimbulkan perasaan kurang nyaman,” papar Agung Brawida yang notabene adik dari AA Agung Ugrasena di Singaraja, Selasa (3/4).
Menurut Brawida, Puri Agung Singaraja dari leluhurnya dulu tidak pernah mengeluarkan gelar Sri Paduka Raja kepada siapa pun. Puri Agung Singaraja biasanya hanya memberikan Singaraja Award kepada sosok yang dianggap berjasa. “Kita memang tidak selayaknya memberikan gelar seperti itu. Tapi, entah kenapa, Panglingsir Puri justru memberikan gelar itu tanpa sepengetahuan kami? Itu yang kami sayangkan,” sesal Brawida.
Sementara itu, pemberian gelar Sri Paduka Raja untuk Fadli Zon juga memicu reaksi dari Paiketan Pasemetonan Puri Buleleng. Rencananya, Paiketan Pasemetonan Puri Buleleng juga akan mengambil sikap melalui rapat keluarga besar, yang diagendakan Rabu (4/4) sore ini.
Ketua Paguyuban Eka Sentana Dharma Puri Buleleng, AA Wiranata Kusuma, mengatakan sikap keluarga besar terkait dengan penganugraan gelar tersebut akan diputusakan melalui rapat Paiketan Pasemetonan Puri Buleleng, di Puri Pemayun Tukadmungga, Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng, Rabu malam ini. “Kalau sekarang sikap keluarga Puri Agung Singaraja seperti itu, silakan. Nanti kami dari keluarga besar juga akan mengambil sikap. Karena keluarga besar juga tidak tahu menahu penganugrahaan itu,” jelas Agung Wiranata Kusuma secara terpisah di Singaraja, Selasa kemarin.
Menurut Wiranata Kusuma, rapat itu malam ini akan dihadiri seluruh keluarga besar Puri Buleleng, baik dari Puri Kanginan, Puri Agung Singaraja, Puri Kalibukbuk, Puri Kaliasem, Puri Bungkulan, Puri Perean, Puri Bangkang, maupun Puri Pemayun Tukadmungga. “Seperti apa sikapnya, tergantung nanti dari hasil rapat keluarga besar,” tandas tokoh puri yang juga menjabat Kapolsek Kota Singaraja ini.
Di sisi lain, Palingsir Puri Agung Singaraja, AA Ngurah Ugrasena, yang kini masih berada di Bone, Sulawesi Selatan, mengaku terkejut ketika melihat respons masyarakat Buleleng dan Bali terkait penghargaan untuk Fadli Zon. Ugrasena membantah berikan gelar Yang Mulia Sri Paduka Raja kepada Fadli Zon. Dalam rangkaian hari jadi Puri Agung Singaraja saat itu, dirinya hanya memberikan penghargaan apresiasi atas kontribusi Fadli Zon yang dianggap telah memiliki kepedulian di bidang budaya, yakni pelestarian pusaka nusantara dalam wujud keris.
Ketika disinggung terkait potongan video pemberian gelar yang dia berikan telah beredar di media sosial, Ugrasena berdalih dirinya tidak mengetahui terkait adanya skenario pemberian gelar tersebut. ”Terus terang saja, ini saya sebut kecolongan dan saya tidak ada skenario (pemberian gelar) itu. Ini saya tidak paham dan saya tidak tahu kenapa ada seperti itu? Ini pelajaran buat saya,” papar Ugrasena saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Selasa kemarin.
Ditanya apakah skenario ini kesalahan dari MC, Ugrasena membantahnya. “Bukan kesalahan MC, namun ada skenario yang saya tidak tahu kenapa ada kata-kata (pemberian gelar, Red) seperti itu. Ada seseorang yang membuat kacau. Saya sedang cari tahu siapa yang membuat ada kata-kata seperti itu,” dalihnya.
Menurut Ugrasena, Puri Agung Singaraja sendiri wajib memberikan apresiasi atas jasa besar kepada para tokoh masyarakat yang telah berjuang demi seni, adat istiadat, dan budaya nusantara yang adiluhung. Pun demikian terhadap apa yang telah dilakulan Fadli Zon. Ugrasena menyebutkan, totalitas Fadli Zon dalam melestarikan budaya nusantara diwujudkan dengan mendirikan Museum Fadli Zon Library, yang menyimpan banyak artefak seni peninggalan para Raja Sultan yang ada di Indonesia.
Ugrasena juga menegaskan, rangkaian HUT ke-414 Puri Agung Singaraja, Jumat malam, tidak ada kaitannya dengan politik. ”Tidak ada yang perlu dicabut, karena itu semua tidak ada. Saya tidak pernah ada mengaku sebagai raja, tapi sebatas jadi Panglingsir Puri. Dan, yang sudah-sudah, sejak 2006 Puri Agung Singaraja hanya sebatas memberikan penghargaan, bukan gelar-gelar apa pun. Tidak ada pemberian gelar dan sebagainya,” tegas Ugrasena. *k19
Keluarga Puri Agung Singaraja telah menggelar rapat internal, Senin (2/4) malam. Dalam rapat yang dihadiri perwakilan 12 Kepala Keluarga (KK) dari 18 KK yang ada malam itu, keluarga Puri Agung Singaraja telah mengambil sikap untuk mempertimbangkan pembatalan dan pencabutan gelar Sri Paduka Raja bagi Fadli Zon tersebut.
Salah satu tokoh Puri Agung Singaraja, AA Ngurah Brawida, menyebutkan sebagian besar keluarga puri tidak tahu ada acara penganugerahan gelar Sri Paduka Raja kepada Fadli Zon. Keluarga besar baru mengetahuinya setelah penganugrahaan gelar untuk Wakil Ketua Umum DPP Gerindra tersebut viral di media sosial. Biasanya, acara tersebut hanya berupa jamuan makan malam biasa terhadap tamu undangan yang hadir berkaitan dengan hari jadi Puri Agung Singaraja bertepatan dengan HUT Kota Singaraja, 30 Maret.
“Kami telah mempertimbangkan untuk mencabut dan membatalkan gelar Sri Paduka Raja itu. Alasannya, karena pemberian gelar itu sudah menimbulkan kegaduhan, muncul komentar sinis dari netizen. Pertimbangan lainnya, karena hampir semua kerabat puri tak tahu menahu pemberian gelar itu. Apalagi, Fadli Zon dianggap sosok yang sangat kontroversial hingga banyak menimbulkan perasaan kurang nyaman,” papar Agung Brawida yang notabene adik dari AA Agung Ugrasena di Singaraja, Selasa (3/4).
Menurut Brawida, Puri Agung Singaraja dari leluhurnya dulu tidak pernah mengeluarkan gelar Sri Paduka Raja kepada siapa pun. Puri Agung Singaraja biasanya hanya memberikan Singaraja Award kepada sosok yang dianggap berjasa. “Kita memang tidak selayaknya memberikan gelar seperti itu. Tapi, entah kenapa, Panglingsir Puri justru memberikan gelar itu tanpa sepengetahuan kami? Itu yang kami sayangkan,” sesal Brawida.
Sementara itu, pemberian gelar Sri Paduka Raja untuk Fadli Zon juga memicu reaksi dari Paiketan Pasemetonan Puri Buleleng. Rencananya, Paiketan Pasemetonan Puri Buleleng juga akan mengambil sikap melalui rapat keluarga besar, yang diagendakan Rabu (4/4) sore ini.
Ketua Paguyuban Eka Sentana Dharma Puri Buleleng, AA Wiranata Kusuma, mengatakan sikap keluarga besar terkait dengan penganugraan gelar tersebut akan diputusakan melalui rapat Paiketan Pasemetonan Puri Buleleng, di Puri Pemayun Tukadmungga, Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng, Rabu malam ini. “Kalau sekarang sikap keluarga Puri Agung Singaraja seperti itu, silakan. Nanti kami dari keluarga besar juga akan mengambil sikap. Karena keluarga besar juga tidak tahu menahu penganugrahaan itu,” jelas Agung Wiranata Kusuma secara terpisah di Singaraja, Selasa kemarin.
Menurut Wiranata Kusuma, rapat itu malam ini akan dihadiri seluruh keluarga besar Puri Buleleng, baik dari Puri Kanginan, Puri Agung Singaraja, Puri Kalibukbuk, Puri Kaliasem, Puri Bungkulan, Puri Perean, Puri Bangkang, maupun Puri Pemayun Tukadmungga. “Seperti apa sikapnya, tergantung nanti dari hasil rapat keluarga besar,” tandas tokoh puri yang juga menjabat Kapolsek Kota Singaraja ini.
Di sisi lain, Palingsir Puri Agung Singaraja, AA Ngurah Ugrasena, yang kini masih berada di Bone, Sulawesi Selatan, mengaku terkejut ketika melihat respons masyarakat Buleleng dan Bali terkait penghargaan untuk Fadli Zon. Ugrasena membantah berikan gelar Yang Mulia Sri Paduka Raja kepada Fadli Zon. Dalam rangkaian hari jadi Puri Agung Singaraja saat itu, dirinya hanya memberikan penghargaan apresiasi atas kontribusi Fadli Zon yang dianggap telah memiliki kepedulian di bidang budaya, yakni pelestarian pusaka nusantara dalam wujud keris.
Ketika disinggung terkait potongan video pemberian gelar yang dia berikan telah beredar di media sosial, Ugrasena berdalih dirinya tidak mengetahui terkait adanya skenario pemberian gelar tersebut. ”Terus terang saja, ini saya sebut kecolongan dan saya tidak ada skenario (pemberian gelar) itu. Ini saya tidak paham dan saya tidak tahu kenapa ada seperti itu? Ini pelajaran buat saya,” papar Ugrasena saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Selasa kemarin.
Ditanya apakah skenario ini kesalahan dari MC, Ugrasena membantahnya. “Bukan kesalahan MC, namun ada skenario yang saya tidak tahu kenapa ada kata-kata (pemberian gelar, Red) seperti itu. Ada seseorang yang membuat kacau. Saya sedang cari tahu siapa yang membuat ada kata-kata seperti itu,” dalihnya.
Menurut Ugrasena, Puri Agung Singaraja sendiri wajib memberikan apresiasi atas jasa besar kepada para tokoh masyarakat yang telah berjuang demi seni, adat istiadat, dan budaya nusantara yang adiluhung. Pun demikian terhadap apa yang telah dilakulan Fadli Zon. Ugrasena menyebutkan, totalitas Fadli Zon dalam melestarikan budaya nusantara diwujudkan dengan mendirikan Museum Fadli Zon Library, yang menyimpan banyak artefak seni peninggalan para Raja Sultan yang ada di Indonesia.
Ugrasena juga menegaskan, rangkaian HUT ke-414 Puri Agung Singaraja, Jumat malam, tidak ada kaitannya dengan politik. ”Tidak ada yang perlu dicabut, karena itu semua tidak ada. Saya tidak pernah ada mengaku sebagai raja, tapi sebatas jadi Panglingsir Puri. Dan, yang sudah-sudah, sejak 2006 Puri Agung Singaraja hanya sebatas memberikan penghargaan, bukan gelar-gelar apa pun. Tidak ada pemberian gelar dan sebagainya,” tegas Ugrasena. *k19
Komentar