nusabali

Diyakini Ular Duwe, Menghilang Secara Gaib di Tengah Keramaian

  • www.nusabali.com-diyakini-ular-duwe-menghilang-secara-gaib-di-tengah-keramaian

Pamangku Pura Pasar Desa Kalibukbuk, Jro Mangku Luh Sutami, langsung kerauhan beberapa saat setelah munculnya ular duwe. Saat kerauhan, Jro Mangku Sutami mengatakan uler duwe muncul karena pengelola pasar sisip

Ular Piton Seukuran Betis Orang Dewasa Bikin Geger Pengunjung Pasar Desa Kalibukbuk, Buleleng

SINGARAJA, NusaBali
Seekor ular piton sebesar betis orang dewasa dengan panjang sekitar 4 meter muncul di dalam Pasar Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, Senin (2/4) pagi. Peristiwa ini bikin geger, karena setelah munculnya ular piton, Pamangku Pura Pasar Desa Kalibukbuk, Jro Mangku Luh Sutami, justru kerauhan (kesurupan). Anehnya lagi, ular yang dipercaya sebagai duwe (pengiring) Ida Batara Guru Dhang Sakti ini kemudian menghilang secara gaib di tengah keramaian.

Informasi di lapangan, ular piton ini tiba-tiba muncul di bawah meja dagangan Putu Nanik, 35, seorang pedagang jaja Bali, bubur, dan kopi di Pasar Kalibukbuk, Senin pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Kala itu, Putu Nanik sedang berkemas dan bermaksud menyapu areal lapaknya, karena barang dagangannya sudah habis terjual.

Nah, saat akan menyapu sampah di bawah meja tempatnya menaruh dagangan, tiba-tiba sapunya tersangkut sesuatu yang cukup berat. Awalnya, Putu Nanik mengira itu adalah sampah. Namun, saat hendak disapu, sesuatu yang belum diketahui bentuknya itu tidak dapat digeser dengan sapu. Putu Nanik memutuskan untuk melihat benda di bawah meja yang menganjal sapunya, dengan bantuan senter handphone.

Putu Nanik yang semula membungkuk pun langsung berteriak histeris, karena melihat ada ular sebetis orang dewasa di bawah meja dagangannya. Teriakan Putu Nanik kontan membuat para pedagang dan pengunjung pasar terkejut, lalu mereka panik setelah tahu ada ular besar.

Menurut salah seorang pedagang di Pasar Kalibukbuk, Iga Loviana, pengunjung sempat ramai-ramai menggeser meja dagangan Putu Nanik. Setelah meja digeser, terlihat jelas ular piton dalam posisi melingkar seperti obat nyamuk. Tak lama berselang, Jro Mangku Luh Sutami selaku Pamangku Pasar Desa Kalibukbuk menghaturkan ritual khusus, menyusul munculnya ular besar tersebut. Kebetulan, Jro Mangku Sutami kesehariannya jualan sembako di Pasar Desa Kalibukbuk.  

“Anehnya, ketika ngaturan ayah sebagai Pamangku Pasar Desa Kali-bukbuk, Jro Mangku Sutami justru kerauhan,” ungkap Iga Lovina kepada NusaBali di Pasar Desa Kalibukbuk, Selasa (3/4).

Dalam kondisi alam bawah sadar saat kerauhan, Jro Mangku Sutami menyebutkan ular piton berukuran besar itu adalah duwe Ida Batara Guru Dhang Sakti dari Gunung Agung. Selama ini, Ida Batara Guru Dhang Sakti dari Gunung Agung memang distanakan di kamar suci rumah pemilik sekaligus pengelola pasar, yang lokasinya masih satu areal dengan Pasar Kalibukbuk.

Omongan Jro Mangku Sutami dalam kondisi kerauhan itu didengar langsung para pedagang dan pengunjung pasar. Situasi pun semakin mencekam ketika Jro Mangku Sutami mengatakan bahwa ular duwe muncul karena pemilik dan pengelola pasar, Made Edi Wardana, 42, sisip (melakukan kesalahan secara niskala, Red) lantaran tidak menghaturkan banten piodalan saat Purnamaning Kadasa yang bertepat-an dengan Tumpek Landep pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (31/3).

Atas kejadian tersebut, Putu Nanik yang mejanya jadi tempat kemunculan ular duwe langsung shock dan ketakutan. Saking terpukulnya, Putu Nanik sampai tidak jualan di Pasar Kalibukbuk, Selasa kemarin.

Sementara itu, ular piton sebetis orang dewasa dengan panjang 4 meter yang diyakini sebagai duwe Ida Batara tersebut, menghilang secara gaib beberapa saat setelah dimintakan tirta di Palinggih Ida Batara Guru Dhang Sakti dari Gunung Agung. Tidak ada yang melihat ke mana perginya ular tersebut. Padahal, saat ular due menghilang, orang-orang masih ramai. Ular duwe itu menghilang Senin siang tepat pukul 12.00 Wita.

Gara-gara munculnya ular duwe tersebut, pemilik lahan dan sekaligus pengelola Pasar Kalibukbuk, Made Edi Wardana, langsung menggelar upacara pecaruan dengan sarana ayam putih di lokasi TKP pada Anggara Pon Ukir, Selasa kemarin. Upacara pecaruan tersebut dipuput oleh Jro Mangku Sutami, yang sebelumnya sempat kerauhan pasca munculnya uar duwe.

Made Edi Wardana mengatakan, pihaknya memang mapamit untuk menggelar piodalan Ida Batara Guru Dhang Sakti dari Gunung Agung yang disungsung di rumahnya. Piodalan itu seharusnya dilaksanakan pada Purnamaning Kadasa. Piodalan tidak dilaksabakan, karena keluarganya juga disibukkan dengan upacara pujawali di Sanggah Kawitan.

“Hari ini (kemarin) kami lakukan upacara pecaruan. Besok (hari ini) kebetulan piodalan di Pura Pasar Kali Sari, kami akan haturkan ayaban sepisanan,” tutur Edi Wardana. Menurut Edi Wardana, kemunculan ular besar di lahan pasar milik keluarganya itu baru pertama kali terjadi. Di areal pasar itu sendiri terdapat pohon Pule besar berusia ratusan tahun, yang dianggap keramat dan tidak pernah ada yang berani memotongnya.

Pasar Kalibukbuk yang dikelola Edi Wardana sudah dibangun tahun 1984. Pasar ini secara turun temurun dikelola kelarga Edi Wardana. Pasar Kalibukbuk ini kini menjadi tempat mengais nafkah 60 pedagang, yang tidak saja berasal dari Desa Kalibukbuk, namun juga dari luar.

Sementara, Jro Mangku Sutami yang ditemui seusai menghaturkan bakti pecaruan di Pasar Kalibuktuk, Selasa kemarin, mengaui dirinya sempat mengalami kerauhan setelah kemunculan ular duwe di bawah meja dagangan Putu Nanik. Menurut Jro Mangku Sutami, kemunculan ular duwe ini karena sisip lantaran pengelola pasar tidak melaksanakan piodalan. “Sekarang sudah kita mecaru. Dengan upacara ini, kita harapkan situasi kembali normal, pedagang tidak ada yang takut lagi untuk berdagang,” ujar Jro Mangku Sutami.

Jro Mangku Sutami menyebutkan, duwe Ida Batara yang menampakkan wujudnya sebagai ular besar itu sebenarnya sudah muncul sejak sehari sebelum Purnamaning Kadasa, Jumat (30/3) lalu. Hanya saja, ular duwe itu baru terlihat secara kasat mata, Senin pagi. *k23

Komentar