nusabali

Bupati Artha Tak Akan Keluarkan Izin Tambak

  • www.nusabali.com-bupati-artha-tak-akan-keluarkan-izin-tambak

Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa juga tidak setuju proyek tambak di Perkebunan Sangiang harus mendatangkan investor. Di Jembrana banyak lahan tambak terbengkalai.

Rencana Alih Fungsi Perkebunan Sangiang di Melaya, Jembrana

NEGARA, NusaBali
Bupati Jembrana I Putu Artha menanggapi rencana Perusda Bali mengalihfungsikan sebagian perkebunan kelapa di Perkebunan Sangiang, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, menjadi tambak udang dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Bupati Artha menegaskan, tidak akan mengeluarkan izin untuk proyek tambak di Perkebunan Sangiang.

Bupati Artha yang dikonfirmasi pada Rabu (4/4), secara tegas menolak jika harus mengorbankan pohon kelapa yang sudah bagus di Perkebunan Sangiang untuk tambak. Hal itu dinilai tidak tepat. Bupati Artha mengaku sempat didatangi perwakilan investor yang akan kerja sama dengan Perusda Bali untuk membangun tambak tersebut. Dia menyatakan Pemkab Jembrana tidak akan mengeluarkan izin.

“Kemarin dia (perwakilan investor tambak) bilang kalau yang punya adalah teman bapak saya. Saya bilang apa hubungannya. Tidak usah itu (tambak), tidak ada hubunga sama pariwisata,” tandas Bupati Artha.

Sedangkan terkait PLTS di Perkebunan Sangiang memang sempat tercetus ketika mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  Sudirman Said, melakukan kunjungan ke Jembrana tahun 2017 lalu. Waktu kunjungan tersebut, Sudirman Said memohon izin memasang alat sumber daya listrik terbarukan, seperti dari matahari, angin, dan lainnya, di Perkebunan Sangiang. Pemasangan alat sumber daya listrik terbarukan itu, disebutkan bisa menjadi sarana edukasi.

“Malah waktu itu, Pak Sudirman Said bilang akan membantu kalau bisa Pemkab Jembrana juga bisa pakai tenaga surya. Bahkan di desa sekitar juga akan dibantu untuk bisa menggunakan tenaga surya, sehingga hemat listrik. Dan saya, ya setuju saja,” katanya.

Nah, ketika belakangan terungkap rencana pembangunan PLTS di Perkebunan Sangiang oleh Perusda Bali dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau investor, pihaknya mengaku tidak begitu tahu. Kalau memang ada pembangunan PLTS, sesuai penyampaian mantan Menteri ESDM Sudirman Said, pihaknya mengira dilakukan langsung oleh pemerintah sebagai pemilik lahan Perkebunan Sangiang.

“Investornya katanya dari Prancis. Saya tidak ngerti tahu-tahu kok dari Prancis. Kemarin bilang edukasi,” ujar Bupati Artha.

Sementara itu, Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa menolak rencana alih fungsi di Perkebunan Sangiang. Dia menyarankan Perusda Bali mengoptimalkan ratusan hektare lahan yang masih terbengkalai di Perkebunan Perkutatan, di Desa/Kecamatan Pekutatan.

Menurut politisi PDIP dari Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, ini  rencana Perusda Bali mengandeng investor untuk membabat pohon kelapa di Perkebunan Sangiang, terlalu mengada-ada. Kenapa harus menyasar lahan yang produktif. Sedangkan di Perkebunan Perkuatatan ada ratusan ha lahan terbengkalai, yang harusnya lebih diprioritaskan menjadi lokasi rencana tersebut.

Kalaupun nanti memang harus dibangun PLTS untuk menunjang kebutuhan listrik, tetap harus dibarengi kajian secara matang. Jangan sampai nasib Perkebunan Sangiang sama dengan di Perkebunan Pekutatan yang dinilai berulangkali salah pengelolaan, hingga berulang-ulang membabat pohon. “Dulu di Pekutatan, pertama karet, kemudian diganti kelapa, terus ada pihak ketiga sekarang ini, lagi diganti karet. Kasihan itu, apalagi kelapa juga erat kaitan dengan upakara. Kalau sampai membabat lagi kelapa di Sangiang, itu juga bertentangan dengan konsep Tri Hita Karana,” kata Sugiasa.

Sugiasa mengingatkan bahwa Jembrana dengan 49 persen wilayah hutan, dikenal sebagai paru-paru Bali. Ketika satu sisi, Perusda Bali yang memiliki areal perkebunan begitu luas di Jembrana, baik di Pekutatan maupun di Sangiang, terus membabat tanamannya, juga akan berpengaruh terhadap peran Jembrana sebagai paru-paru Bali.

“Jadi saya tegaskan, kalau memang ada rencana PLTS, diarahkan saja ke Pekutatan, banyak lahan terbengkalai di sana. Jangan mengganggu yang sudah bagus. Sedangkan kalau tambak, saya sama sekali tidak setuju. Buat tambak kenapa harus nyari investor. Kalau memang mau, di Jembrana juga banyak lahan tambak terbengkalai,” tegasnya. *ode

Komentar