BWS Normalisasi Tukad Mati Sepanjang 8 Km
Pada muara sungai nantinya dibuat tanggul pembendung air laut. Tujuannya agar ketika terjadi air laut pasang saat banjir, air laut tak menghalangi.
MANGUPURA, NusaBali
Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida akan menormalisasi Tukad Mati sepanjang 8 kilometer. Pengerjaan normalisasi sungai yang bermuara di Kecamatan Kuta, Badung, itu dilakukan selama tiga tahun anggaran yakni 2017 hingga 2019. Normalisasi ini meliputi pengerukan sedimentasi, penambahan tinggi pada tanggul yang sering terjadi luapan air saat banjir, membangun tanggul pembendung air laut di hilir sungai, dan yang lainnya.
Kasatker Pelaksanaan Jaringan Sumber Air dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida I Putu Eddy Purnawijaya mengaku penataan Tukad Mati dibagi dalam dua segmen. Segmen pertama dimulai dari daerah Gunung Soputan, Kecamatan Denpasar Barat hingga Sunset Road, Legian, Kecamatan Kuta. Kemudian segmen duanya dari Sunset Road hingga hilir sungai di Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta.
Purnawijaya menyebut normalisasi ini memiliki panjang total 8 kilometer. Pengerjaannya dilakukan selama tiga tahun anggaran yakni 2017 hingga 2019 dengan jangka waktu pelaksanaan selama 742 hari kerja.
“Penataan Tukad Mati itu pada prinsipnya bagian dari pengendalian banjir. Selama ini kan sering terjadi banjir. Pada Februari kemarin banjirnya luar biasa besarnya. Tahun-tahun sebelumnya juga terjadi banjir. Panjang sungai yang ditata sekitar 8 kilometer. Proyek ini dimulai dari daerah Gunung Soputan hingga Sunset Road untuk segmen pertama. Kemudian segmen duanya adalah areal menuju muaranya di Kuta pada hutan bakau. Dari tahun 2017 akhir hingga 2019 kami kerjakan di bagian tengah hingga hilir sungai. Prinsipnya kami kembalikan atau normalisasi sungai terlebih dahulu pada bagian yang kapasitasnya berkurang. Sementara pada bagian tanggul yang perlu ditinggikan juga menjadi bagian proyek. Sehingga kalau terjadi banjir bandang airnya tak meluap,” tuturnya, Rabu (4/4).
Tak hanya itu, pada muara sungai nantinya dibuat tanggul pembendung air laut. Tujuannya agar ketika terjadi air pasang saat banjir, air laut tak menghalangi. Pembangunan bendung air laut ini berangkat dari pengalaman yang telah terjadi. Dimana pada saat terjadi banjir berbarengan dengan air laut pasang, air banjir tak bisa mengalir ke laut dan akhirnya meluap. Pengerjaan bendung tersebut direncanakan mulai 2019. Saat ini proses awalnya seperti desain dan persiapan tempatnya sudah dimulai.
“Pembangunan tanggul itu nanti untuk mengatasi tertahannya air banjir ketika terjadi air pasang. Sehingga tak terulang lagi kejadian seperti sebelumnya, yakni air meluap ke permukiman warga. Nanti bendungan itu akan dilengkapi dengan pompa. Bendung atau tanggul itu menghalangi air laut, tak bisa masuk ke darat. Penataan ini nanti juga sekalian pengerukan sedimentasi. Pada saat dilakukan pekerjaan langsung dikeruk dan ditata. Anggaran yang digunakan dibagi per segmen. Pada segmen I anggarannya Rp 180 miliar dan Rp 246 miliar pada segmen II,” ungkap Purnawijaya. *p
Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida akan menormalisasi Tukad Mati sepanjang 8 kilometer. Pengerjaan normalisasi sungai yang bermuara di Kecamatan Kuta, Badung, itu dilakukan selama tiga tahun anggaran yakni 2017 hingga 2019. Normalisasi ini meliputi pengerukan sedimentasi, penambahan tinggi pada tanggul yang sering terjadi luapan air saat banjir, membangun tanggul pembendung air laut di hilir sungai, dan yang lainnya.
Kasatker Pelaksanaan Jaringan Sumber Air dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida I Putu Eddy Purnawijaya mengaku penataan Tukad Mati dibagi dalam dua segmen. Segmen pertama dimulai dari daerah Gunung Soputan, Kecamatan Denpasar Barat hingga Sunset Road, Legian, Kecamatan Kuta. Kemudian segmen duanya dari Sunset Road hingga hilir sungai di Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta.
Purnawijaya menyebut normalisasi ini memiliki panjang total 8 kilometer. Pengerjaannya dilakukan selama tiga tahun anggaran yakni 2017 hingga 2019 dengan jangka waktu pelaksanaan selama 742 hari kerja.
“Penataan Tukad Mati itu pada prinsipnya bagian dari pengendalian banjir. Selama ini kan sering terjadi banjir. Pada Februari kemarin banjirnya luar biasa besarnya. Tahun-tahun sebelumnya juga terjadi banjir. Panjang sungai yang ditata sekitar 8 kilometer. Proyek ini dimulai dari daerah Gunung Soputan hingga Sunset Road untuk segmen pertama. Kemudian segmen duanya adalah areal menuju muaranya di Kuta pada hutan bakau. Dari tahun 2017 akhir hingga 2019 kami kerjakan di bagian tengah hingga hilir sungai. Prinsipnya kami kembalikan atau normalisasi sungai terlebih dahulu pada bagian yang kapasitasnya berkurang. Sementara pada bagian tanggul yang perlu ditinggikan juga menjadi bagian proyek. Sehingga kalau terjadi banjir bandang airnya tak meluap,” tuturnya, Rabu (4/4).
Tak hanya itu, pada muara sungai nantinya dibuat tanggul pembendung air laut. Tujuannya agar ketika terjadi air pasang saat banjir, air laut tak menghalangi. Pembangunan bendung air laut ini berangkat dari pengalaman yang telah terjadi. Dimana pada saat terjadi banjir berbarengan dengan air laut pasang, air banjir tak bisa mengalir ke laut dan akhirnya meluap. Pengerjaan bendung tersebut direncanakan mulai 2019. Saat ini proses awalnya seperti desain dan persiapan tempatnya sudah dimulai.
“Pembangunan tanggul itu nanti untuk mengatasi tertahannya air banjir ketika terjadi air pasang. Sehingga tak terulang lagi kejadian seperti sebelumnya, yakni air meluap ke permukiman warga. Nanti bendungan itu akan dilengkapi dengan pompa. Bendung atau tanggul itu menghalangi air laut, tak bisa masuk ke darat. Penataan ini nanti juga sekalian pengerukan sedimentasi. Pada saat dilakukan pekerjaan langsung dikeruk dan ditata. Anggaran yang digunakan dibagi per segmen. Pada segmen I anggarannya Rp 180 miliar dan Rp 246 miliar pada segmen II,” ungkap Purnawijaya. *p
1
Komentar