Rai Mantra Terpancing Sentilan Arjaya
Suasana panas juga terjadi saat Arjaya beber kasus ditolaknya pembangunan SLB di eks lahan Balitex pada era Walikota Rai Mantra.
Sedangkan Cawali Rai Mantra pilih menyerahkan kepada wakilnya, IGN Jaya Negara, untuk menyampaikan visi-misi. “Bicara pelayanan di Denpasar, telah ditetapkan Perwali dengan road map berbasis kearifan lokal dan budaya unggulan. Road map itu mewujudkan pelayanan publik sewaka dharma, yang artinya melayani adalah kewajiban. Pelayanan itu merupakan yadnya. Pembangunan gedung terpadu menjadi komitmen kami,” ujar Jaya Negara.
Suasana debat mulai memanas ketika panelis melempar pertanyaan-pertanyaan yang ditajamkan para kandidat. Panelis Prof Made Subawa menyodorkan pertanyaan soal bagaimana peran fungsi hukum dan menyelesaikan permasalahan Kota Denpasar. Cawali Resmiyasa menjawab bahwa membangun Kota Denpasar berwawasan budaya adalah satu kewajiban dan harus melibatkan masyarakat serta pemerintahan.
"Visi kami, Kota Denpasar berkarakter, dengan penegakan hukum, dengan desa kala patranya dalam pemecahan masalah. Gesekan antar agama, kami sudah buat forum komunikasi umat beragama. Desa mawacara, negara pawatata. Kalau kami memimpin dalam proses perjalanan demokrasi, Denpasar adalah kota inti dengan paiketan umat beragama,” ujar Resmiyasa.
Sedangkan Cawali Made Arjaya menegaskan membangun Denpasar berwawasan budaya dengan dasar negara hukum. “Kita ada UU 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, ada juga UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Visi kami jelas Taman yang Mandara. Pelayanan di Denpasar jadi taman pelayanan. Masyarakat mendapatkan pelayanan dengan hukum tadi. Kami dekatkan kualitas pelayanan dengan unit pelayanan terpadu di seluruh kecamatan. Administrasi kependudukan akan kami lakukan dengan pendidikan Kadus dan Kaling. Kita buat zone integritas bebas KKN,” tegas Arjaya.
Sebaliknya, Cawali Rai Mantra menyatakan pendekatan aspek hukum dan persuasif dengan Lembaga Sabhapodesa dalam menekan masalah yang ada. “Di Denpasar terjadi masalah petasan tiap tahun baru, yang jadi akar masalah. Begitu Sabhapodesa mendekati di desa, aparat dinas, desa adat, kemudian kepolisian menjadi sinergi untuk mengatasi, akhirnya masalah itu tidak jadi ranah hukum,” kata Rai Mantra.
Situasi debat semalam semakin memanas karena para kandidat mulai saling serang. Incumbent Rai Mantra terpancing dan emosi, setelah panelis Suka Arjawa menyodorkan bahwa Denpasar memerlukan sarana sosial untuk interaksi dan menambah keakraban. Berawal ketika Rai Mantra menjawab pertanyaan panelis bahwa interaksi sosial tidak cukup taman, tapi harus ada hiburan, ada geopark. Rai Mantra menyebut Denpasar sudah memiliki taman anak-anak dan lansia.
Saat dapat giliran, Cawali Made Arjaya balik mempertanyakan lokasi pembangunan taman lansia dan anak-anak yang dimaksud Rai Mantra. “Kami belum lihat di mana itu taman lansia dan anak-anak?” sergah Arjaya. “Kalau kami terpilih, kami siapkan tanahnya di Niti Mandala Denpasar, Jalan Letda Tantular. Ada 4 hektare tanah Pemprov Bali di sana, itu akan kami perjuangkan,” lanjujt Arjaya.
Selanjutnya...
Komentar