Anak Anggota DPRD Karangasem Dianiaya Oknum Pecalang di Jalan
Anak kandung anggota Fraksi PDIP DPRD Karangasem I Nyoman Winata, yakni I Gede Chandra Adi Nata, 30, jadi korban dugaan penganiayaan, hingga bibirnya bengkak dan sulit makan.
AMLAPURA, NusaBali
Aksi penganiayaan ini terjadi di kampung halamannya di Banjar Asak Tengah, Desa Pertima, Kecamatan Karangasem, Selasa (3/4) petang pukul 18.00 Wita. Pelakunya adalah oknum pecalang Desa Pakraman Asak, I Nengah Mi, 38.
Peristiwa penganiayaan terhadap anak kandungnya ini diungkapkan I Nyoman Winata, anggota Fraksi PDIP DPRD Karangasem yang juga mantan Bendesa Pakraman Asak, di Amlapura, Kamis (5/4). Nyoman Winata mengisahkan, sebelum aksi penganiayaan putranya terjadi, berlangsung prosesi ritual Maamyan-amyanan (Matuuk-tuukan) di jalan, yang digelar sejak sore pukul 15.00 Wita.
Dalam ritual yang digelar rutin dua tahu sekali itu, Palinggih Jempana diusung pengayah yang terbagi dalam dua kelompok, dari dua arah berbeda: utara dan selatan. Kemudian, Palinggih Jempana itu dipersatukan, selanjutnya pengayah saling dorong.
Saat ritual berlangsung, korban Gede Chandra Adi Nata sedang menonton dari atas trotoar sisi barat jalan. Sedangkan rekannya, I Nengah Nitiyasa, 38, juga menonton dari posisi trotoar di sisi timur jalan. Awalnya, Nengah Nitiyasa dibanting oknum pecalang I Nengah Mi, tanpa sebab yang jelas, hingga terluka di bagian tangan kiri.
Melihat rekannya dianiaya oknum pecalang, spontan Gede Chandra Adi Nata mendekati korban dengan maksud hendak memberikan bantuan. Namun apes, Gede Chandra yang notabene anak anggota Dewan justru langsung dibogem mengah oleh oknum pecalang I Nengah Mi, hingga luka berdarah dan bengkak di bibir bawah. Peristiwa penganiayaan ini terjadi tepat pukul 18.00 Wita.
Petang itu juga, korban Gede Chandra melaporkan kasus dugaan penganiayaan oleh oknum pecalang ini ke Polsek Karangasem. Sang ayah, Nyoman Winata, juga datang ke Polsek Karangasem saat proses pelaporan tersebut. “Ketika penganiayaan anak saya terjadi, saya sedang melakukan kunjungan kerja ke Desa Seraya, Kecamatan Karangasem selaku anggota Dewan,” jelas Nyoman Winata.
Menurut Winata, setelah melaporkan kasusnya ke polisi, malam itu juga korban Gede Chandra dan Nengah Nitiyasa divisum petugas di RSUD Karangasem. Winata ikut mengantar mereka ke RSUD Karangasem. Selanjutnya, korban penganiayaan oknum pecalang dimintai keterangan di Mapolsek Karangasem.
Winata menyebutkan, gara-gara dianiaya oknum pecalang, anaknya sulit makan. “Bibirnya sulit dibuka karena bengkak, sehingga anak saya tak bisa makan,” tandas politisi PDIP asal Banjar Asak Tengah, Desa Pertima ini.
Winata sendiri sangat menyayangkan kasus penganiayaan yang menimpa sang anak dan temannya itu justru terjadi saat prosesi ritual. Lagipula, pelakukan adalah oknum pecalang. Padahal, waktu itu korban dan temannya hanya menonton prosesi, tidak ada yang diganggu. "Makanya, kami melaporkan kasus ini ke polisi agar diproses secara hukum," tandas Winata.
Sementara itu, Kapolsek Karangasem Kompol I Made Tulus mengakui ada laporan resmi terkait kasus dugaan penganiayaan dilakukan oknum pecalang terhadap anak anggota Dewan dan temannya. "Korban sudah visum. Sebetulnya, tanpa divisum juga terlihat jelas korban mengalami luka di bibir dan tangan kiri," papar Kompol Made Tulus saat dikonfirmasi terpisah di Amlapura, Kamis kemarin.
Hanya saja, menurut Kompol Made Tulus, pihaknya belum melakukan pemeriksaan terlapor yang notabene oknum pecalang. Pihaknya masih melayangkan surat panggilan. "Kami telah layangkan surat panggilan agar terlapor datang untuk dimintai keterangannya. Apa motifnya melakukan penganiayaan, nantilah setelah terlapor kami periksa," ujar Kompol Made Tulus.
Disebutkan, setelah nanti terlapor diperiksa dan dikuatkan dengan keterangan korban dan saksi-saksi, barulah bisa ditetapkan status hukumnya apakah sebagai tersangka atau apa. Saksi-saksi dalam kasus ini adalah I Wayan Sukendra dan Ni Ketut Sulatri, yang saaat kejadian melihat langsung di TKP. *k16
Aksi penganiayaan ini terjadi di kampung halamannya di Banjar Asak Tengah, Desa Pertima, Kecamatan Karangasem, Selasa (3/4) petang pukul 18.00 Wita. Pelakunya adalah oknum pecalang Desa Pakraman Asak, I Nengah Mi, 38.
Peristiwa penganiayaan terhadap anak kandungnya ini diungkapkan I Nyoman Winata, anggota Fraksi PDIP DPRD Karangasem yang juga mantan Bendesa Pakraman Asak, di Amlapura, Kamis (5/4). Nyoman Winata mengisahkan, sebelum aksi penganiayaan putranya terjadi, berlangsung prosesi ritual Maamyan-amyanan (Matuuk-tuukan) di jalan, yang digelar sejak sore pukul 15.00 Wita.
Dalam ritual yang digelar rutin dua tahu sekali itu, Palinggih Jempana diusung pengayah yang terbagi dalam dua kelompok, dari dua arah berbeda: utara dan selatan. Kemudian, Palinggih Jempana itu dipersatukan, selanjutnya pengayah saling dorong.
Saat ritual berlangsung, korban Gede Chandra Adi Nata sedang menonton dari atas trotoar sisi barat jalan. Sedangkan rekannya, I Nengah Nitiyasa, 38, juga menonton dari posisi trotoar di sisi timur jalan. Awalnya, Nengah Nitiyasa dibanting oknum pecalang I Nengah Mi, tanpa sebab yang jelas, hingga terluka di bagian tangan kiri.
Melihat rekannya dianiaya oknum pecalang, spontan Gede Chandra Adi Nata mendekati korban dengan maksud hendak memberikan bantuan. Namun apes, Gede Chandra yang notabene anak anggota Dewan justru langsung dibogem mengah oleh oknum pecalang I Nengah Mi, hingga luka berdarah dan bengkak di bibir bawah. Peristiwa penganiayaan ini terjadi tepat pukul 18.00 Wita.
Petang itu juga, korban Gede Chandra melaporkan kasus dugaan penganiayaan oleh oknum pecalang ini ke Polsek Karangasem. Sang ayah, Nyoman Winata, juga datang ke Polsek Karangasem saat proses pelaporan tersebut. “Ketika penganiayaan anak saya terjadi, saya sedang melakukan kunjungan kerja ke Desa Seraya, Kecamatan Karangasem selaku anggota Dewan,” jelas Nyoman Winata.
Menurut Winata, setelah melaporkan kasusnya ke polisi, malam itu juga korban Gede Chandra dan Nengah Nitiyasa divisum petugas di RSUD Karangasem. Winata ikut mengantar mereka ke RSUD Karangasem. Selanjutnya, korban penganiayaan oknum pecalang dimintai keterangan di Mapolsek Karangasem.
Winata menyebutkan, gara-gara dianiaya oknum pecalang, anaknya sulit makan. “Bibirnya sulit dibuka karena bengkak, sehingga anak saya tak bisa makan,” tandas politisi PDIP asal Banjar Asak Tengah, Desa Pertima ini.
Winata sendiri sangat menyayangkan kasus penganiayaan yang menimpa sang anak dan temannya itu justru terjadi saat prosesi ritual. Lagipula, pelakukan adalah oknum pecalang. Padahal, waktu itu korban dan temannya hanya menonton prosesi, tidak ada yang diganggu. "Makanya, kami melaporkan kasus ini ke polisi agar diproses secara hukum," tandas Winata.
Sementara itu, Kapolsek Karangasem Kompol I Made Tulus mengakui ada laporan resmi terkait kasus dugaan penganiayaan dilakukan oknum pecalang terhadap anak anggota Dewan dan temannya. "Korban sudah visum. Sebetulnya, tanpa divisum juga terlihat jelas korban mengalami luka di bibir dan tangan kiri," papar Kompol Made Tulus saat dikonfirmasi terpisah di Amlapura, Kamis kemarin.
Hanya saja, menurut Kompol Made Tulus, pihaknya belum melakukan pemeriksaan terlapor yang notabene oknum pecalang. Pihaknya masih melayangkan surat panggilan. "Kami telah layangkan surat panggilan agar terlapor datang untuk dimintai keterangannya. Apa motifnya melakukan penganiayaan, nantilah setelah terlapor kami periksa," ujar Kompol Made Tulus.
Disebutkan, setelah nanti terlapor diperiksa dan dikuatkan dengan keterangan korban dan saksi-saksi, barulah bisa ditetapkan status hukumnya apakah sebagai tersangka atau apa. Saksi-saksi dalam kasus ini adalah I Wayan Sukendra dan Ni Ketut Sulatri, yang saaat kejadian melihat langsung di TKP. *k16
Komentar