nusabali

Dengar Gemuruh Gunung Agung, 5 KK Ngungsi

  • www.nusabali.com-dengar-gemuruh-gunung-agung-5-kk-ngungsi

Suara gemuruh yang muncul dari kawah puncak Gunung Agung, Rabu (4/4) malam, sempat bikin panik warga di Banjar Telung Bhuana, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem.

AMLAPURA, NusaBali

Bahkan, 16 warga setempat pilih mengungsi ke Banjar Tanah Ampo, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem.Belasan warga Banjar Telung Bhuana, Desa Sebudi tersebut pilih meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke Desa Ulakan, Rabu malam sekitar pukul 20.00 Wita. Mereka khawatir terjadi sesuatu, karena rumahnya berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yang berjarak hanya 4,5 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Mereka tinggal di sebelah barat Embung Telung Buana, Desa Sebudi yang merupakan pemukiman paling dekat dengan kawah puncak Gunung Agung.

Data yang diperoleh NusaBali, mereka yang mengungsi ke Pos Tanah Ampo, Desa Ulakan ini berasal dari 5 kepala keluarga (KK), yang terdiri 9 orang dewasa, 2 remaja, dan 4 anak balita. Mereka masing-masing I Ketut Sukerta, 30, I Ketut Sumadi, 40, Ni Wayan Sadi, 60, Ni Kadek Sudiani, 35, I Ketut Kasi, 40, Ni Ketut Ngenu, 35, I Nengah Sukanadi, 23, Ni Kadek Noni, 25, Ni Wayan Sudiasih, 22, I Gede Kerta, 17, I Wayan Putu Yasa, 15, Ni Kadek Trisna, 12, I Ketut Dedy Saputra, 5, I Kadek Merta Yasa, 4, I Komang Ajus Adnyana, 4, dan I Putu Ada Wiguna, 4.  

Pengungsian 16 warga Banjar Telung Bhuana, Desa Sebudi tersebut dikoordinasikan I Ketut Sukerta. Rombongan pengungsi dadakan ini diangkut sebuah mobil Suzuki Jimmy dan 4 sepeda motor yang dinaiki berboncengan. Mereka mengungsi tanpa membawa pakaian pengganti. Namun, mereka hanya semalaman mengungsi. Mereka putuskan pulang kembali ke Desa Sebudi, Kamis (5/4) subuh sekitar pukul 05.00 Wita.

Uniknya, salah seorang dari belasan yang ngungsi ini, I Nengah Sukanadi, membantah rombong-annya disebut sebagai pengungsi. "Kami sekeluarga bukan mengungsi, kami malu disebut sebagai pengungsi. Mulanya, kami datang ke Dermaga Kapal Pesiar Tanah Ampo untuk rekreasi memancing. Tapi, karena tidak diizinkan petugas, maka kami minta izin pinjam tempat menginap di Pos Tanah Ampo," dalih Nengah Sukanadi, Kamis kemarin.

Kendati demikian, Nengah Sukanadi mengakui rombongan keluarga besarnya berjumlah 16 orang pergi meninggalkan rumahnya di Banjar Telung Bhuana, Desa Sebudi, Rabu malam, karena mendengar suara gemuruh dari kawah puncak Gunung Agung.

"Namanya gunung aktif kan biasa terdengar suara gemuruh. Kami sering mendengar suara-suara itu. Yang jelas, kami bukan mengungsi. Kalau mau mengungsi, tentunya bukan ke Banjar Tanah Ampo, Desa Ulakan, melainkan kembali ngungsi ke Badung," jelas Sukanadi.

Jauh sebelumnya, 16 orang dari 5 KK asal Banjar Telung Bhuana, Desa Sebudi ini sempat mengungsi ke kawasan Badung, sejak status Awas Gunung Agung pada 22 September 2017. Kemudian, mereka dipulangkan oleh petugas BPBD Badung setelah situasi dianggap aman, beberapa bulan lalu.

Dikonfirmasi terpisah, Kamis kemarin, Kepala Desa (Perbekel) Sebudi, Jro Mangku Tinggal, justru mengaku tidak mengetahui 16 warganya sempat mengungsi semalaman ke Desa Ulakan, gara-gara suara gemuruh dari kawah puncak Gunung Agung. "Kami tidak dapat laporan soal adanya warga dari Banjar Telung Buana,” kilah Jro Mangku Tinggal.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, IB Ketut Arimbawa, membenarkan ada warga dari Desa Sebudi yang mengungsi ke Pos Tanah Ampo, Rabu malam. "Kami telah memberikan pelayanan dengan menyediakan tempat tidur beralaskan karpet di ruang rapat. Mereka mengungsi hanya semalam dan telah kembali pulang ke Desa Sebudi tadi subuh pukul 05.00 Wita," jelas IB Arimbawa.

Menurut Arimbawa, sebenarnya rombongan dari Desa Sebudi ini mengaku datang hendak jalan-jalan sambil memancing di Dermaga Kapal Pesiar Tanah Ampo. Tapi, karena tidak diizinkan petugas jaga memancing di sana, rombongan yang kemalaman itu minta izin menginap di Pos Tanah Ampo. *k16

Komentar