Puluhan Drone Bakal Adu Kecepatan
Peserta yang paling muda berumur 10 tahun asal Thailand, sedangkan yang tertua dari Indonesia berusia 50 tahun.
Indonesia Drone Racing World Cup 2018
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 48 penggemar drone dari 9 negara di dunia mengikuti Indonesia Drone Racing World Cup 2018 di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar (Lapangan Renon) sisi utara, mulai Sabtu (7/4) pagi ini hingga Minggu (8/4).Lomba yang digelar Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) ini untuk memperingati HUT ke- 72 TNI AU dan Bulan Dirgantara 2018. Ajang ini pertama kalinya digelar di Indonesia.
Ketua Panitia Indonesia Drone Racing World Cup 2018 Asha Wadya Saelan saat ditemui di sela-sela persiapan lomba, Jumat (5/4) mengatakan, pihaknya sengaja menggelar event drone dunia di Bali karena daya tarik Pulau Dewata membuat para penggemar drone dari berbagai negara tertarik datang mengikuti lomba sekaligus untuk berlibur. Maka dari itu, event pertama di Indonesia ini diharapkan bisa dijadikan salah satu daya tarik dalam olahraga Indonesia.
Lanjut Asha, event yang akan dilaksanakan selama dua hari ini melibatkan 9 negara, masing-masing, Thailand, Malaysia, Korea, Prancis, Hongkong, Brunei, Finlandia, Australia, termasuk Indonesia. Dari kesembilan negara tersebut sebanyak 26 peserta dari Indonesia dan sisanya 22 peserta dari 8 negara lainnya yang sudah sering mengikuti event drone tingkat dunia.
Untuk mekanisme lomba yang akan digunakan jelas Asha, pihaknya akan menerapkan sistem kecepatan, dimana peserta tidak menggunakan drone untuk pengambilan foto atau video pada umumnya. Dalam ajang ini peserta menggunakan drone rakitannya sendiri. "Kami memang tidak menggunakan drone untuk foto dan video, namun kami memiliki mekanisme sendiri dengan menggunakan drone rakitan," jelasnya.
Lanjut Asha, para peserta untuk mendapatkan poin tertinggi mereka akan berlomba adu kecepatan dengan rintangan berbagai rintangan. “Peserta yang tercepat akan masuk ke babak final pada Minggu (8/4),” imbuhnya.
Selanjutnya, peserta yang meraih poin terbanyak akan kembali diadu dengan peserta peraih poin tertinggi yang mengikuti lomba serupa di negara lainnya. "Yang mendapatkan poin terbanyak saat ini akan diadu lagi dengan poin tertinggi pemenang pada event di negara lainnya. Karena event drone ini bukan hanya di Indonesia saja, di tahun ini ada beberapa negara juga ikut menggelar kejuaraan drone dunia. Siapa yang menang dalam sesi lomba terakhir, dialah sebagai juara dunianya," jelasnya.
Untuk event ini, lanjut Asha, para peserta sudah mendaftar jauh-jauh hari. Peserta yang paling muda berumur 10 tahun asal Thailand, sedangkan yang tertua dari Indonesia berusia 50 tahun. "Peserta bervariasi karena kita tidak membatasi usia. Yang penting dia memenuhi persyaratan dan memiliki drone mereka bisa ikut kejuaraan dunia," imbuhnya.
Sementara salah satu peserta, Erza Napi Aldrasyah,11, asal Jakarta mengatakan, dirinya ikut dalam lomba drone ini karena ingin memperebutkan poin tertinggi. Bahkan ia mengaku sudah 11 kalinya mengikuti lomba drone. Namun, untuk tingkat internasional, baru pertama kalinya. “Belajarnya baru enam bulan lalu, awalnya sih memang belajar di lapangan saja tanpa lintasan. Kalau ini lintasannya lumayan sulit, terutama pada lintasan yang masuk ke seperti rumah-rumahan. Karena memerlukan skill yang khusus melewatinya dan mengatur kecepatan ketika terbang,” ungkap siswa kelas V SD di Jakarta yang harus izin sekolah selama tiga hari. *m
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 48 penggemar drone dari 9 negara di dunia mengikuti Indonesia Drone Racing World Cup 2018 di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar (Lapangan Renon) sisi utara, mulai Sabtu (7/4) pagi ini hingga Minggu (8/4).Lomba yang digelar Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) ini untuk memperingati HUT ke- 72 TNI AU dan Bulan Dirgantara 2018. Ajang ini pertama kalinya digelar di Indonesia.
Ketua Panitia Indonesia Drone Racing World Cup 2018 Asha Wadya Saelan saat ditemui di sela-sela persiapan lomba, Jumat (5/4) mengatakan, pihaknya sengaja menggelar event drone dunia di Bali karena daya tarik Pulau Dewata membuat para penggemar drone dari berbagai negara tertarik datang mengikuti lomba sekaligus untuk berlibur. Maka dari itu, event pertama di Indonesia ini diharapkan bisa dijadikan salah satu daya tarik dalam olahraga Indonesia.
Lanjut Asha, event yang akan dilaksanakan selama dua hari ini melibatkan 9 negara, masing-masing, Thailand, Malaysia, Korea, Prancis, Hongkong, Brunei, Finlandia, Australia, termasuk Indonesia. Dari kesembilan negara tersebut sebanyak 26 peserta dari Indonesia dan sisanya 22 peserta dari 8 negara lainnya yang sudah sering mengikuti event drone tingkat dunia.
Untuk mekanisme lomba yang akan digunakan jelas Asha, pihaknya akan menerapkan sistem kecepatan, dimana peserta tidak menggunakan drone untuk pengambilan foto atau video pada umumnya. Dalam ajang ini peserta menggunakan drone rakitannya sendiri. "Kami memang tidak menggunakan drone untuk foto dan video, namun kami memiliki mekanisme sendiri dengan menggunakan drone rakitan," jelasnya.
Lanjut Asha, para peserta untuk mendapatkan poin tertinggi mereka akan berlomba adu kecepatan dengan rintangan berbagai rintangan. “Peserta yang tercepat akan masuk ke babak final pada Minggu (8/4),” imbuhnya.
Selanjutnya, peserta yang meraih poin terbanyak akan kembali diadu dengan peserta peraih poin tertinggi yang mengikuti lomba serupa di negara lainnya. "Yang mendapatkan poin terbanyak saat ini akan diadu lagi dengan poin tertinggi pemenang pada event di negara lainnya. Karena event drone ini bukan hanya di Indonesia saja, di tahun ini ada beberapa negara juga ikut menggelar kejuaraan drone dunia. Siapa yang menang dalam sesi lomba terakhir, dialah sebagai juara dunianya," jelasnya.
Untuk event ini, lanjut Asha, para peserta sudah mendaftar jauh-jauh hari. Peserta yang paling muda berumur 10 tahun asal Thailand, sedangkan yang tertua dari Indonesia berusia 50 tahun. "Peserta bervariasi karena kita tidak membatasi usia. Yang penting dia memenuhi persyaratan dan memiliki drone mereka bisa ikut kejuaraan dunia," imbuhnya.
Sementara salah satu peserta, Erza Napi Aldrasyah,11, asal Jakarta mengatakan, dirinya ikut dalam lomba drone ini karena ingin memperebutkan poin tertinggi. Bahkan ia mengaku sudah 11 kalinya mengikuti lomba drone. Namun, untuk tingkat internasional, baru pertama kalinya. “Belajarnya baru enam bulan lalu, awalnya sih memang belajar di lapangan saja tanpa lintasan. Kalau ini lintasannya lumayan sulit, terutama pada lintasan yang masuk ke seperti rumah-rumahan. Karena memerlukan skill yang khusus melewatinya dan mengatur kecepatan ketika terbang,” ungkap siswa kelas V SD di Jakarta yang harus izin sekolah selama tiga hari. *m
Komentar