Wisman Pelajar ke Bali Melonjak, Kaum Profesional Merosot
Bank Indonesia menyebutkan proporsi wisatawan mancanegara dari kalangan pelajar berwisata di Bali meningkat sebesar 17 persen selama tahun 2017 dari total kunjungan mencapai 5,7 juta orang.
DENPASAR, NusaBali
Peningkatan itu diprediksi karena meningkatnya tren liburan murah seperti backpacker yang didukung teknologi.Dengan perubahan perilaku wisman itu, mendorong terjadinya perubahan pada pilihan akomodasi dari hotel berbintang menjadi hotel nonbintang dan vila. “Bank Indonesia, melalui survei yang dilakukan tahun lalu itu didapatkan data bahwa wisatawan asing dari kalangan pelajar tersebut melonjak dari porsi 15 persen tahun 2016,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana, Jumat (6/4).
Tahun lalu, lanjut Causa dalam kajian ekonomi dan keuangan regional menyebutkan hanya sekitar 62 persen wisatawan memilih hotel berbintang, turun signifikan jika dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 74 persen.Di sisi lain wisman dari kalangan profesional ke Bali, kata dia, menurun dari 43 persen pada tahun 2016 mencapai 36 persen tahun 2017.
Selain itu BI juga menyebutkan bahwa dalam survei tersebut didapatkan gambaran bahwa proporsi wisatawan mancanegara berlibur bersama keluarga juga meningkat dari 42 persen menjadi 48 persen.Perubahan perilaku itu, kata dia, kemungkinan berkaitan dengan peningkatan signifikan kunjungan wisatawan dari China yang cenderung beriwisata ke Bali dengan keluarga.
Dalam survei kepada 1.000 wisatawan asing tahun 2017, BI juga mendapatkan data bahwa rata-rata responden membelanjakan Rp12,1 juta selama 9,34 hari di Bali atau setara dengan Rp1,3 juta per hari.Jika dibandingkan tahun 2016, lanjut Causa, total pengeluaran responden itu menurun sebesar 9,7 persen. Berdasarkan negara asal, responden dari Eropa memiliki pengeluaran terbanyak yakni Rp15,7 juta dan lama menginap terlama 14 hari.
Sementara itu responden dari Jepang memiliki pengeluaran per hari terbanyak dengan rata-rata pengeluaran per hari sebesar Rp1,6 juta.Dari total belanja itu, dalam survei tersebut disebutkan bahwa sebagian besar digunakan untuk akomodasi sebesar 37.9 persen, sedangkan makan dan minum serta kebutuhan sehari-hari masing-masing mencapai 22,9 persen dan 8,2 persen. *ant
Peningkatan itu diprediksi karena meningkatnya tren liburan murah seperti backpacker yang didukung teknologi.Dengan perubahan perilaku wisman itu, mendorong terjadinya perubahan pada pilihan akomodasi dari hotel berbintang menjadi hotel nonbintang dan vila. “Bank Indonesia, melalui survei yang dilakukan tahun lalu itu didapatkan data bahwa wisatawan asing dari kalangan pelajar tersebut melonjak dari porsi 15 persen tahun 2016,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana, Jumat (6/4).
Tahun lalu, lanjut Causa dalam kajian ekonomi dan keuangan regional menyebutkan hanya sekitar 62 persen wisatawan memilih hotel berbintang, turun signifikan jika dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 74 persen.Di sisi lain wisman dari kalangan profesional ke Bali, kata dia, menurun dari 43 persen pada tahun 2016 mencapai 36 persen tahun 2017.
Selain itu BI juga menyebutkan bahwa dalam survei tersebut didapatkan gambaran bahwa proporsi wisatawan mancanegara berlibur bersama keluarga juga meningkat dari 42 persen menjadi 48 persen.Perubahan perilaku itu, kata dia, kemungkinan berkaitan dengan peningkatan signifikan kunjungan wisatawan dari China yang cenderung beriwisata ke Bali dengan keluarga.
Dalam survei kepada 1.000 wisatawan asing tahun 2017, BI juga mendapatkan data bahwa rata-rata responden membelanjakan Rp12,1 juta selama 9,34 hari di Bali atau setara dengan Rp1,3 juta per hari.Jika dibandingkan tahun 2016, lanjut Causa, total pengeluaran responden itu menurun sebesar 9,7 persen. Berdasarkan negara asal, responden dari Eropa memiliki pengeluaran terbanyak yakni Rp15,7 juta dan lama menginap terlama 14 hari.
Sementara itu responden dari Jepang memiliki pengeluaran per hari terbanyak dengan rata-rata pengeluaran per hari sebesar Rp1,6 juta.Dari total belanja itu, dalam survei tersebut disebutkan bahwa sebagian besar digunakan untuk akomodasi sebesar 37.9 persen, sedangkan makan dan minum serta kebutuhan sehari-hari masing-masing mencapai 22,9 persen dan 8,2 persen. *ant
Komentar