nusabali

Sanggar Ratu Kinasih Pentaskan Janger Kolosal

  • www.nusabali.com-sanggar-ratu-kinasih-pentaskan-janger-kolosal

Malam Ini di Panggung Terbuka Ardha Candra, Art Centre

DENPASAR, NusaBali

Perbedaan di Indonesia seharusnya tidak perlu dipertentangkan. Moral siswa terhadap guru tidak seharusnya terdegradasi oleh zaman. Dua fenomena inilah yang menjadi pesan dari Sanggar Ratu Kinasih dalam pentas Tari Janger Kolosal Indonesia Indah serangkaian Bali Mandara Nawanatya III di Taman Budaya Denpasar, Sabtu (7/4) malam ini, pukul 19.30 Wita.  

Jumat (6/4) malam kemarin, anak-anak Sanggar Ratu Kinasih giat berlatih di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar. Sekitar 200 anak akan dilibatkan dalam pentas Janger Kolosal malam ini. Masing-masing mempunyai peran tersendiri untuk mendefiniskan betapa indahnya perbedaan di Indonesia.

“Tari Janger Kolosal Indonesia Indah ini berbicara tentang perbedaan di Indonesia yang seharusnya sangat indah bila saling menghargai. Sekaligus saya menyindir situasi saat ini, janganlah ‘mesiat ajak nyama’. Perbedaan tidak usah dipertentangkan. Sesungguhnya jika disatukan itu sangat indah,” ungkap pembina vokal dan tari Sanggar Ratu Kinasih, Ida Ayu Agung Yuliaswathi Manuaba di sela latihan, Jumat malam kemarin.

Karena itu, Yuliaswathi mengambil Janger dalam pentasnya. Sebab Janger adalah representasi dari kebersamaan dan didasari saling menghargai satu sama lain. “Janger mediator yang sangat hebat. Kebersamaan itu tinggi sekali di dalam Janger. Yang pintar nari atau tidak, di sana nggak kelihatan. Harus seragam dan kompak. Sehingga dari sikap saling menghargai tumbuh saling menyayangi di antara mereka. Janger bisa jadi satu media pemersatu,” katanya.

Untuk membangkitkan kecintaan terhadap daerah, Yuliaswathi pun juga memasukkan unsur gending-gending lagu Bali yang kategori lawas dalam pentas janger itu. Lagu-lagu lama menurutnya memiliki pesan moril serta filosofi yang tinggi, sehingga patut diketahui anak-anak masa kini. Tinggal bagaimana menyikapinya dengan situasi zaman gobal. “Gending lama itu penuh filosofi, mengingatkan Bali bahwa kita dulu menghormati leluhur yang memberikan warisan lagu-lagu yang filosofis. Contohnya bagaimana Bali dulu, manusia bisa mandi dengan kerbau dan airnya sangat bersih tidak ada sampah. Nah di masa sekarang bagaimana kita menyikapi itu? Pesannya janganlah lagi buang sampah di sungai. Biar kita bisa lihat sungai bersih seperti dulu,” katanya. *ind

Komentar