nusabali

Fanatisme vs Radikalisme

  • www.nusabali.com-fanatisme-vs-radikalisme

Dua diksi, fanatisme dan radikalisme, amat populer di masa silam dan saat sekarang.

Fanatisme memiliki pengertian sebagai keyakinan atau pandangan tentang sesuatu. Misalnya, keyakinan kepada Yang Maha Kuasa. Keyakinan terhadap-Nya selalu bersifat positif. Keyakinan dan pandangan sering dipersilang-ganti dengan pandangan. Sebenarnya, keyakinan dan pandangan tidak selalu memiliki arti sepadan. Pandangan terhadap sesuatu atau seseorang dapat bersifat positif atau negatif. Pandangan tidak selalu memiliki sandaran teori atau tidak didasarkan atas fakta. Namun, pandangan tertentu kadang dianut secara mendalam, sehingga sulit diluruskan. Kadang juga, pandangan dapat tergelincir dalam ketidak-rasionalan.

Keyakinan seseorang yang kuat dan kurang menggunakan akal budi dapat menerima faham lain yang bertujuan untuk mengejar sesuatu. Fanatisme dapat menimbulkan perilaku agresif. Sekaligus, sikap demikian memperkuat keadaan individu yang mengalami deindividuasi untuk lebih tidak terkontrol perilakunya. Fanatisme ditengara juga sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok yang tidak jarang dapat menimbulkan perilaku agresif. Individu yang fanatik akan cenderung kurang memperhatikan kesadaran, sehingga seringkali perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional.  Fanatik pada suatu keyakinan, misalnya tentang Tuhan, adalah karma baik dan benar. Tetapi, sifat fanatik demikian tidak boleh merugikan orang lain. Misalnya, menyakiti atau merugikan orang lain gara-gara keyakinan tertentu adalah suatu perbuatan tercela. Tidak akan ada yang menyalahkan ketika seseorang menjalankan keyakinan dengan benar. Tetapi, kalau sampai merugikan orang lain, maka itu dikategorikan sebagai kesalahan besar.

Jadi, fanatisme dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang memengaruhi seseorang dalam : (a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu, (b) dalam berfikir dan memutuskan, (c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan (d) dalam merasa secara psikologis. Seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini.

Ciri-ciri yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada di luar kelompoknya, benar atau salah. Secara garis besar fanatisme mengambil bentuk : (a) fanatik warna kulit, (b) fanatik etnik/kesukuan, dan (c) fanatik kelas sosial.

Lain fanatisme, lain pula radikalisme. Kata radikal untuk pertama kali digunakan oleh Charles James Fox. Istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi pergerakan yang mendukung reformasi parlemen. Radikalisme adalah istilah yang digunakan untuk pendukung Gerakan Radikal. Dalam sejarah, gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal. Gerakan ini awalnya menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh yang menentang partai kanan jauh. Pada abad ke-19 makna radikal berubah menjadi ideologi liberal yang progresif.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikal adalah perubahan yang amat keras menuntut perubahan. Radikalisme merupakan paham yang menginginkan perubahan dengan cara kekerasan. Radikalisme juga merupakan sikap tidak toleran, tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain, cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan. Kaum radikal selalu merasa kelompok mereka yang paling memahami. Atau, mereka menganggap orang lain tidak memahami. Fanatisme dan radikalisme saling terkait. Fanatisme menjurus pada pemusatan pemikiran pada kelompok eksklusif. Sedangkan, radikalisme merupakan tindakan sewenang-wenang yang dipicu oleh sifat fanatik. Semoga kedua sifat ini dihindari di gumi Bali. *

Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya

Komentar