Prof Suryani Kritisi Plang ISI di Depan Art Centre
Sejak Februari tahun 2016, di depan pintu masuk Taman Budaya (Art Centre) Denpasar berdiri sebuah plang nama Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Rektor Sebut Sebagai Penanda Akses Jalan
DENPASAR, NusaBali
Plang ini didirikan setelah ISI Denpasar melakukan kerjasama MoU dengan Taman Budaya Denpasar. Namun, berdirinya plang nama ini mengundang kritik dari psikiater Prof dr LK Suryani.
“Kita kritisi, dulu kan semua orang melihatnya itu Art Centre. Tapi dengan pasang plang begitu, sekarang bisa jadi orang akan melihatnya seperti ISI Denpasar yang punya. Apa boleh orang sembarangan pasang plang nama di sini-di situ?” ujar Prof Suryani beberapa waktu lalu.
Pihaknya mendengar bahwa ISI Denpasar telah menjalin kerjasama MoU dengan pihak Taman Budaya Denpasar. Namun, pemasangan plang itu masih ia pertanyakan, karena menurutnya bisa menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat jika didirikan di depan Taman Budaya Denpasar.
“Saya dengar ISI Denpasar kerjasama dengan Taman Budaya. Tapi pertanyaannya, boleh nggak pasang plang disitu? Kalau saya membuat plang juga disitu, apa boleh? Agar kita bisa membedakan mana milik pemerintah, mana milik sekolah, institusi dan yang lainnya,” terangnya.
Sementara saat dikonfirmasi, Rektor ISI Denpasar, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar MHum menjelaskan, adanya plang nama tersebut sebagai tanda bahwa mahasiswa dan civitas akademika ISI Denpasar bisa menggunakan akses jalan Taman Budaya menuju ISI Denpasar, yang letaknya memang bersebelahan. Penggunaan akses jalan ini setelah adanya kerjasama MoU tersebut.
“ISI Denpasar sekarang pintu masuknya bisa lewat Taman Budaya, bisa juga lewat jalan yang biasanya. Dulu isi MoU-nya itu adalah penggunaan akses masuk ISI Denpasar lewat Taman Budaya, serta ISI Denpasar diberikan menggunakan fasilitas Taman Budaya untuk tempat perkuliahan praktek,” ujarnya kemarin.
“Untuk akses masuk itu, karena untuk mengatasi situasi-situasi yang agak krodit, sehingga diberikan oleh Pak Gubernur (Made Mangku Pastika) untuk masuk melalui Taman Budaya. Pak Gubernur juga yang menyarankan untuk pasang plang di situ (depan Taman Budaya, red),” jelasnya.
Menurut dia, sebenarnya ide terdahulu mengapa ISI Denpasar dibangun berdampingan dengan Taman Budaya, agar bisa dijadikan oleh lab prakter ISI Denpasar. “Idenya dulu kan begitu kenapa dibangun berdampingan oleh Prof Mantra. Agar Taman Budaya itu bisa dijadikan labnya ISI Denpasar untuk praktek. Ide itulah yang dilaksanakan oleh Pak Gubernur yang sekarang. Pak Gubernur sudah atas masukan berbagai pihak, agar Taman Budaya juga difungsikan secara maksimal. Secara administrasi, kerjasama ini juga ada surat-suratnya. Karena kita beda kementerian, harus ada MoU,” terangnya.
Pihaknya menegaskan, pendirian plang nama tersebut bukan untuk kepentingan lain, selain dua hal yang menjadi isi dari MoU tersebut. Sekaligus, dengan plang nama tersebut masyarakat bisa mengetahui bahwa ke ISI Denpasar bisa melalui akses jalan Taman Budaya Denpasar. “Plang nama ini buat memudahkan masyarakat juga, kalau mau ke ISI Denpasar bisa lewat Taman Budaya, atau bisa juga lewat jalan yang biasanya. Plang ini bisa untuk memandu masyarakat untuk mencari ISI Denpasar,” tegasnya. *ind
Komentar