nusabali

Disorot, Hibah Bansos Lebih ke Fisik

  • www.nusabali.com-disorot-hibah-bansos-lebih-ke-fisik

Desa pakraman jangan hanya membangun fisik pura, ‘pura di dalam diri’ juga harus dibangun.

GIANYAR, NusaBali

Pemkab Gianyar menggelar Dharma Shanti Nyepi, Isaka 1940, di Wantilan Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Kamis (12/4). Kegiatan ini dirangkai dengan Paruman Sulinggih se-Kabupaten Gianyar.

Dalam paruman itu, sulinggih dari Griya Sanding, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Ida Pedanda Gde Buruan, menyambut positif trend desa pakraman di Bali umumnya memanfaatkan dana hibah bansos (bantuan sosial) dari pemerintah. Pihaknya menyoroti penggunaan dana bansos ini masih berorientasi pembangunan fisik. Semestinya, dana bansos juga dimanfaatkan seimbang, untuk fisik - non fisik. Kegiatan non fisik di desa pakraman, berupa pasraman, pembinaan pamangku, serati (tukang banten) dan daha teruna-teruni, sudah ada, namun intensitasnya perlu ditingkatkan. ‘’Desa pakraman jangan hanya membangun fisik pura, ‘pura di dalam diri’ juga harus dibangun,’’ jelasnya. Ida Pedanda pun menyarankan agar PHDI ambil sikap atas persoalan ini.

Ketua Darma Upapati PHDI Kabupaten Gianyar Ida Pedanda Made Putra Kekeran yang memimpin Paruman Sulinggih itu, sependapat dengan Ida Pedanda Gde Buruan. Pihaknya setuju PHDI untuk merekomendasikan agar desa pakraman menyeimbangkan pembangunan fisik - non fisik. Rekomendasi itu tentu karena keberadaan pemerintah tak terpisahkan dengan desa pakraman dan umat Hindu dengan sulinggihnya.

Sementara itu, Dharma Shanti dibuka Penjabat (Pj) Bupati Gianyar DR I Ketut Rochineng SH MH. Pada kesempatan tersebut juga diserahkan punia oleh Penjabat Bupati Rochineng kepada para sulinggih, pamangku, bendesa, kelian adat serta pekaseh se-Kabupaten Gianyar.

Kepala Bagian Kesra Setda Gianyar Ngakan Ketut Jati Ambarsika SE MM mengharapkan, Darma Santi ini sebagai momen instrospeksi diri umat untuk mewujudkan Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma yang dimulai dari diri sendiri. Kegiatan ini serangkaian perayaan Nyepi, 17 Maret 2017, sebagai wujud syukur kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Acara ini diikuti 650 peserta yakni 187 sulinggih, 272 bendesa desa pakraman, para perbekel/lurah, Forkomindo dan MMDP (Majelis Madya Desa Pakraman), PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) serta FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama).

Pj Bupati Gianyar I Ketut Rochineng mengatakan, pelaksanaan Panyepian Isaka 1940, sangat istimewa karena bertepatan dengan Hari Saraswati. Selain sebagai ajang instrospeksi diri, Catur Brata Panyepian juga sebagai sarana untuk meningkatkan keluhuran budi pekerti, kesucian buana alit dan buana agung. Begitu juga perayaan Hari Suci Saraswati, agar umat ingat dengan Jnana Atma yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan dharma kehidupan. Oleh karena itu pihaknya sepandangan dengan Ida Pedanda Gde Buruan. ‘’Membangun tidak hanya fisik dan kealaman, namun juga sumber daya manusia agar berbudi luhur sebagai pondasi utama kesukertan jagat,’’ jelasnya.*lsa

Komentar