Ribuan Peserta Ikut Parade Sepeda Tua di Denpasar
Ribuan penggemar sepeda tua dari 30 negara berkeliling jalanan Kota Denpasar, Minggu (15/4) pagi.
DENPASAR, NusaBali
Mereka mengikuti parade sepeda tua serangkaian kongres dan reli asosiasi sepeda tua internasional dalam ajang International Veteran Cycle Association (IVCA) 2018, yang diselenggarakan 12-15 April 2018. Bahkan, ada sepeda tua buatan yahun 1878 ikut dalam parade kemarin.
Peserta parade sepeda tua berjumlah ribuan orang ini berkeliling kota dengan jalur start mulai dari Inna The Grand Bali Beach Hotel Sanur, Denpasar Selatan. Dari garis start, mereka menempuh rute Jalan Hang Tuah Denpasar, Jalan Diponegoro Denpasar, Jalan Hayam Wuruk Denpasar, hingga finish di Lapangan Maisonette Sanur.
Para peserta melakukan parade sepeda tua berkeliling Kota Denpasar sejauh 25 kilometer, dengan mengenakan pakaian khas negara masing-masing dalam semangat keberagaman. Sedangkan peserta dari tuan rumah Indonesia mengenakan pakaian tradisional dari berbagai daerah. Ini sesuai dengan pilihan tema IVCA 2018 yaitu ‘Menjunjung Tinggi Keberagaman dan Pluralitas’.
Ketua Panitia Kegiatan IVCA 2018, H Bambang Waluyojati, mengatakan lebih dari 8.000 peserta ikut dalam parade sepeda tua keliling Denpasar, Minggu kemarin. Dari jumlah itu, sekityar 200 orang adalah peserta parade sepeda tua asal luar negeri.
“Untuk peserta dari luar negeri jumlahnya sekitar 200-an orang. Sisanya, datang dari berbagai penjuru Nusantara. Harapan kami, mereka (peserta dari luar negeri, Red) terkesan dengan keramahan kita sebagai tuan rumah. Mereka juga sekaligus bisa mengenal Indonesia,” jelas Bambang Waluyojati.
Selain mengenakan pakaian khas negara masing-masing, peserta parade juga menggunakan sepeda tua yang unik-unik. Peserta dari Indonesia rata-rata menggunakan sepeda tua keluaran zaman kolonial Belanda. Sedangkan para peserta dari luar negeri sebagian besar menggunakan sepeda tua Penny Farthing, yakni jenis sepeda yang roda depannya besar dan roda belakanggnya jauh lebih kecil.
“Di sini ada yang menggunakan sepeda paling tua buatan tahun 1878. Peserta dari dalam negeri semua bawa sendiri sepedanya, ada juga yang nyewa. Termasuk yang peserta luar negeri juga yang nyewa sepeda tua,” beber Bambang.Dengan diselenggarakannya parade sepeda tua di Indonesia, kata Bambang, pihaknya berharap para tamu luar negeri terkesan dengan sambutan hangat tuan rumah.
Bambang mengatakan, terpilihnya Indonesia, khususnya Bali, sebagai tuan rumah IVCA 2018 ini merupakan suatu kebanggaan. Pasalnya, Indonesia merupakan negara Asia pertama yang menjadi tuan rumah sejak kongres IVCA perdana tahun 1981 di Grantham, Inggris.
Selain itu, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki penggemar sepeda tua terbanyak di seluruh dunia. “Kami berharap acara ini dapat membuka mata dunia, khususnya bangsa sendiri, bahwa bersepeda itu menyenangkan dan dapat menjadi alat pemersatu bangsa,” jelas Bambang.
Menurut Bambang, ada misi khusus di balik gelaran akbar parade sepeda tua IVCA 2018 ini. Selain untuk melestarikan sepeda tua, perhelatan juga bertujuan merumuskan rekomendasi terkait kebijakan transportasi yang ramah lingkungan di Tanah Air. Ada pun rangkaian acara IVCA 2018 di Bali meliputi Cultural Ride sejauh 20 kilometer, penanaman mangrove di Pantai Serangan (Denpasar Selatan) sebagai ajang untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, Vintage Bicycle Village dengan tema ‘Kampoeng Jadoel’, dan fun race dalam berbagai kategori.
Sementara itu, ada seorang peserta yang datang jauh-jauh dari Inggris, hanya untuk mengikuti parade sepeda tua di Denpasar. Dia adalah R Adams. Menurut Adams, parade sepeda tua yang untuk kali pertama digelar di Bali ini sangat fantastis dan disebut sebagai yang terbaik dari yang pernah dia ikuti. “It was amazing,” kata Adams. Menariknya, Adams naik sepeda tua buatan tahun 1893. Konon, sepeda jenis ini hanya diproduksi dua unit saja di dunia.
Lain lagi penuturan Jefri Denijan, peserta parade sepeda tua asal Malaysia. Jefri Denijan mengaku merasa tersanjung bisa ikut kegiatan ini di Bali. “Sangat gembira karena pesertanya banyak, warga serumpun juga baik hati dan menghormati tamu dari luar. Kami 30 orang dijemput untuk berkumpul bersama,” papar Jefri.
Sedangkan Glen, peserta parade asal Toronto, Kanada, kemarin datang membawsa sepeda tua jenis ‘High bike’ buatan tahun 1884. Glen mengaku menyukai para peserta yang mengenakan berbagai macam kostum Duran Noclave. Dia berharap acara serupa bisa diselenggarakan rutin tiap tahun. *ind
Mereka mengikuti parade sepeda tua serangkaian kongres dan reli asosiasi sepeda tua internasional dalam ajang International Veteran Cycle Association (IVCA) 2018, yang diselenggarakan 12-15 April 2018. Bahkan, ada sepeda tua buatan yahun 1878 ikut dalam parade kemarin.
Peserta parade sepeda tua berjumlah ribuan orang ini berkeliling kota dengan jalur start mulai dari Inna The Grand Bali Beach Hotel Sanur, Denpasar Selatan. Dari garis start, mereka menempuh rute Jalan Hang Tuah Denpasar, Jalan Diponegoro Denpasar, Jalan Hayam Wuruk Denpasar, hingga finish di Lapangan Maisonette Sanur.
Para peserta melakukan parade sepeda tua berkeliling Kota Denpasar sejauh 25 kilometer, dengan mengenakan pakaian khas negara masing-masing dalam semangat keberagaman. Sedangkan peserta dari tuan rumah Indonesia mengenakan pakaian tradisional dari berbagai daerah. Ini sesuai dengan pilihan tema IVCA 2018 yaitu ‘Menjunjung Tinggi Keberagaman dan Pluralitas’.
Ketua Panitia Kegiatan IVCA 2018, H Bambang Waluyojati, mengatakan lebih dari 8.000 peserta ikut dalam parade sepeda tua keliling Denpasar, Minggu kemarin. Dari jumlah itu, sekityar 200 orang adalah peserta parade sepeda tua asal luar negeri.
“Untuk peserta dari luar negeri jumlahnya sekitar 200-an orang. Sisanya, datang dari berbagai penjuru Nusantara. Harapan kami, mereka (peserta dari luar negeri, Red) terkesan dengan keramahan kita sebagai tuan rumah. Mereka juga sekaligus bisa mengenal Indonesia,” jelas Bambang Waluyojati.
Selain mengenakan pakaian khas negara masing-masing, peserta parade juga menggunakan sepeda tua yang unik-unik. Peserta dari Indonesia rata-rata menggunakan sepeda tua keluaran zaman kolonial Belanda. Sedangkan para peserta dari luar negeri sebagian besar menggunakan sepeda tua Penny Farthing, yakni jenis sepeda yang roda depannya besar dan roda belakanggnya jauh lebih kecil.
“Di sini ada yang menggunakan sepeda paling tua buatan tahun 1878. Peserta dari dalam negeri semua bawa sendiri sepedanya, ada juga yang nyewa. Termasuk yang peserta luar negeri juga yang nyewa sepeda tua,” beber Bambang.Dengan diselenggarakannya parade sepeda tua di Indonesia, kata Bambang, pihaknya berharap para tamu luar negeri terkesan dengan sambutan hangat tuan rumah.
Bambang mengatakan, terpilihnya Indonesia, khususnya Bali, sebagai tuan rumah IVCA 2018 ini merupakan suatu kebanggaan. Pasalnya, Indonesia merupakan negara Asia pertama yang menjadi tuan rumah sejak kongres IVCA perdana tahun 1981 di Grantham, Inggris.
Selain itu, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki penggemar sepeda tua terbanyak di seluruh dunia. “Kami berharap acara ini dapat membuka mata dunia, khususnya bangsa sendiri, bahwa bersepeda itu menyenangkan dan dapat menjadi alat pemersatu bangsa,” jelas Bambang.
Menurut Bambang, ada misi khusus di balik gelaran akbar parade sepeda tua IVCA 2018 ini. Selain untuk melestarikan sepeda tua, perhelatan juga bertujuan merumuskan rekomendasi terkait kebijakan transportasi yang ramah lingkungan di Tanah Air. Ada pun rangkaian acara IVCA 2018 di Bali meliputi Cultural Ride sejauh 20 kilometer, penanaman mangrove di Pantai Serangan (Denpasar Selatan) sebagai ajang untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, Vintage Bicycle Village dengan tema ‘Kampoeng Jadoel’, dan fun race dalam berbagai kategori.
Sementara itu, ada seorang peserta yang datang jauh-jauh dari Inggris, hanya untuk mengikuti parade sepeda tua di Denpasar. Dia adalah R Adams. Menurut Adams, parade sepeda tua yang untuk kali pertama digelar di Bali ini sangat fantastis dan disebut sebagai yang terbaik dari yang pernah dia ikuti. “It was amazing,” kata Adams. Menariknya, Adams naik sepeda tua buatan tahun 1893. Konon, sepeda jenis ini hanya diproduksi dua unit saja di dunia.
Lain lagi penuturan Jefri Denijan, peserta parade sepeda tua asal Malaysia. Jefri Denijan mengaku merasa tersanjung bisa ikut kegiatan ini di Bali. “Sangat gembira karena pesertanya banyak, warga serumpun juga baik hati dan menghormati tamu dari luar. Kami 30 orang dijemput untuk berkumpul bersama,” papar Jefri.
Sedangkan Glen, peserta parade asal Toronto, Kanada, kemarin datang membawsa sepeda tua jenis ‘High bike’ buatan tahun 1884. Glen mengaku menyukai para peserta yang mengenakan berbagai macam kostum Duran Noclave. Dia berharap acara serupa bisa diselenggarakan rutin tiap tahun. *ind
Komentar