Listrik PLN-PLTS Akibatkan Tegangan Drop
Kendala Pengoperasian PLTS Bondalem
SINGARAJA, NusaBali
Pihak PLN akhirnya mengungkap kendala pengoperasian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atau solar cell di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula. Pihak PLN menyebut, koneksi solar cell ke jaringan pararel PLN belum sinkron. Hasil dari dua kali uji coba, justru berdampak pasokan listrik PLN ke pelanggan di sekitar PLTS terganggu.
“Kami sudah dua kali uji coba, begitu terkoneksi justru berdampak pasokan daya dari PLN itu drop. Kalau ini kami paksakan, pelanggan di sekitar PLTS akan complain, karena berpengaruh pada tegangan turun,” ungkap Humas PLN Area Jaringan Bali Utara, Eka Tirtayana, Selasa (17/4).
PLTS di Desa Bondalem, dengan 77 panel dibangun untuk mengurangi beban tagihan listrik dalam memanfaatkan air bawah tanah melalui sumur bor. Selama ini, sumber air yang dikelola oleh PAM desa adalah air bawah tanah. Sehingga untuk mengangkat air sumur bawah tanah itu, PAM desa menggunakan tenaga listrik. PLTS itu diperkirakan mampu menghasilkan daya 23 kWp. Sedangkan pemakaian daya untuk satu titik sumur diperkirakan 15 kWp.
Humas PLN, Eka Tirtayana menyebut, uji coba telah dilakukan pada Januari 2018. Dalam uji coba itu, pihak Pemkab Buleleng dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) termasuk dari rekanan juga hadir. Dari uji coba tersebut, diketahui koneksi solar cell ke jaringan PLN menganggu pasokan daya listrik ke pelanggan PLN di sekitar PLTS. “Saat ini kami terus berkomunikasi dengan Dinas PU, dan komunikasi kami cukup baik. Kami juga belum tahu penyebabnya (koneksi berdampak pasokan daya drop,red), sehingga pihak rekanan masih berkoordinasi dengan penyedia alat-alat PLTS,” kata Eka Tirtayana, didampingi Supervisor Pemeliharaan Meter Transaksi PLN Area Jaringan Bali Utara, Jimi Arta serta Staf Transaksi Energi, Fery Eka Perwira.
Staf Transaksi Energi, Fery Eka Perwira menerangkan teknis operasi dari PLTS yang tersambung ke jaringan PLN. PLTS tersebut akan terkoneksi dengan baik ke jaringan PLN ketika perbandingan daya nyata dan daya semu pada posisi angka 0,9. Namun, PLTS di Desa Bondalem ketika dikoneksikan pararel ke jaringan PLN, justru ke titik 0,6. Sehingga kondisi itu berdampak pada pasokan daya dari jaringan PLN ke pelanggan di sekitar PLTS rendah. “Ini akan berdampak pada pelanggan di sekitarnya, tegangan naik turun nanti,” ujarnya.
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas PUPR agar pihak rekanan menyempurnakan komponen PLTS sehingga mendapatkan standar PLN pada angka 0,9. “Kalau dikatakan PLN mengganjal izin itu tidak pas. Sebab, dari uji coba dan koordinasi tim teknisi PLN dengan PUPR berjalan baik, ini karena variabel yang dihasilkan belum memenuhi syarat,” katanya.
Sebelumnya, DPRD Buleleng berencana mengundang pihak PLN guna mengetahui persoalan itu. Masalahnya, keterlambatan PLTS beroperasi karena PLN dinilai belum keluarkan izin.*k19
“Kami sudah dua kali uji coba, begitu terkoneksi justru berdampak pasokan daya dari PLN itu drop. Kalau ini kami paksakan, pelanggan di sekitar PLTS akan complain, karena berpengaruh pada tegangan turun,” ungkap Humas PLN Area Jaringan Bali Utara, Eka Tirtayana, Selasa (17/4).
PLTS di Desa Bondalem, dengan 77 panel dibangun untuk mengurangi beban tagihan listrik dalam memanfaatkan air bawah tanah melalui sumur bor. Selama ini, sumber air yang dikelola oleh PAM desa adalah air bawah tanah. Sehingga untuk mengangkat air sumur bawah tanah itu, PAM desa menggunakan tenaga listrik. PLTS itu diperkirakan mampu menghasilkan daya 23 kWp. Sedangkan pemakaian daya untuk satu titik sumur diperkirakan 15 kWp.
Humas PLN, Eka Tirtayana menyebut, uji coba telah dilakukan pada Januari 2018. Dalam uji coba itu, pihak Pemkab Buleleng dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) termasuk dari rekanan juga hadir. Dari uji coba tersebut, diketahui koneksi solar cell ke jaringan PLN menganggu pasokan daya listrik ke pelanggan PLN di sekitar PLTS. “Saat ini kami terus berkomunikasi dengan Dinas PU, dan komunikasi kami cukup baik. Kami juga belum tahu penyebabnya (koneksi berdampak pasokan daya drop,red), sehingga pihak rekanan masih berkoordinasi dengan penyedia alat-alat PLTS,” kata Eka Tirtayana, didampingi Supervisor Pemeliharaan Meter Transaksi PLN Area Jaringan Bali Utara, Jimi Arta serta Staf Transaksi Energi, Fery Eka Perwira.
Staf Transaksi Energi, Fery Eka Perwira menerangkan teknis operasi dari PLTS yang tersambung ke jaringan PLN. PLTS tersebut akan terkoneksi dengan baik ke jaringan PLN ketika perbandingan daya nyata dan daya semu pada posisi angka 0,9. Namun, PLTS di Desa Bondalem ketika dikoneksikan pararel ke jaringan PLN, justru ke titik 0,6. Sehingga kondisi itu berdampak pada pasokan daya dari jaringan PLN ke pelanggan di sekitar PLTS rendah. “Ini akan berdampak pada pelanggan di sekitarnya, tegangan naik turun nanti,” ujarnya.
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas PUPR agar pihak rekanan menyempurnakan komponen PLTS sehingga mendapatkan standar PLN pada angka 0,9. “Kalau dikatakan PLN mengganjal izin itu tidak pas. Sebab, dari uji coba dan koordinasi tim teknisi PLN dengan PUPR berjalan baik, ini karena variabel yang dihasilkan belum memenuhi syarat,” katanya.
Sebelumnya, DPRD Buleleng berencana mengundang pihak PLN guna mengetahui persoalan itu. Masalahnya, keterlambatan PLTS beroperasi karena PLN dinilai belum keluarkan izin.*k19
Komentar