Tidak Ada Kontestan, Tak Ada yang Merasa Kalah Maupun Menang
Sepanjang sejarah, baru kali pertama diperebutkan jabatan Kelian Adat di Desa Pakraman Pinggan, dengan tugas khusus tangani pelaksanaan upacara ke Teben seperti Pitra Yadnya.
Keunikan Proses Demokrasi Pemilihan Prajuru Adat di Desa Pakraman Pinggan, Kintamani
BANGLI, NusaBali
Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli termasuk salah satu desa tua di Bali yang memiliki banyak keunikan. Salah satunya, proses demokrasi pemilihan prajuru adat untuk semua jabatan, yang dilakukan sedemikian rupa hingga tak ada yang merasa kalah maupun menang, sebagaimana terjadi Minggu, 21 Februari 2016.
Ada belasan posisi jabatan prajuru adat yang dipilih seluruh krama Desa Pakraman Pinggan kali ini. Termasuk di antaranya Kelian Banjar Adat, yang untuk kali pertama diperebutkan sepanjang sejarah desa ‘tua’ pangempon Pura Kahyangan Jagat Dalem Balingkang ini. Sedangkan jabatan penting yang sudah ada sejak lama dan kembali diperebutkan, antara lain, Bendesa Pakraman Pinggan, Guru Tengen, dan Guru Kiwa.
Pemilihan jabatan prajuru adat untuk masa jabatan 5 tahun ke depan ini dilakukan krama Desa Pakraman Pinggan dalam dua kali paruman (pertemuan), yang digelar di Madya Mandala Pura Bale Agung. Pertama, paruman pada Radide Paing Dungulan, Minggu (7/2). Kedua, paruman pada Radite Umanis Kuningan, Minggu (21/2).
Saat paruman pertama, krama Desa Pakraman Pinggan yang jumlahnya mencapai 484 kepala keluarga (KK) dari satu banjar adat, memilih posisi jabatan Bendesa Pakraman Pinggan, Kelian Banjar Adat (disebut Kelian Adat), Guru Tengen, Guru Kiwa, serta para kelian sekaa seperti Kelian Gong, Kelian Pragina, Kelian Mebat, dan sebagainya.
Sedangkan saat paruman kedua yang dilaksanakan dua pekan kemudian, krama Desa Pakraman Pinggan memilih sejumlah jabatan lagi, seperti Sekretaris Adat, Bendahara Adat, Ketua Perancang Pembangunan, dan Prajuru Inventaris. Dua kali paruman krama tersebut dipimpin langsung Bendesa Pakraman Pinggan (demisioner) Jro Guru Made Seden, 49, didampingi Kepala Desa (Perbekel) Pinggan I Ketut Janji, 48.
Keunikan dalam pemilihan prajuru adat Desa Pakraman Pinggan ini adalah prosesnya itu sendiri, sehingga tidak ada yang kecewa, tidak ada yang merasa kalah, dan tak ada pula yang merasa jadi pemenang. Pemilihan untuk masing-masing posisi jabatan dilakukan seperti layaknya Pemilu, di mana setiap krama memasukkan selembar kertas berisi nama kandidat pilihannya. Nama kandidat ditulis sendiri, karena sebelumnya tidak ada figur atau kontestan yang ditawarkan panitia. Lalu, kertas tersebut dimasukkan ke dalam kotak suara.
Setelah seluruh krama adat memasukkan lembar kertas berisi nama kandidat pilihannya, barulah kotak suara ukuran besar dibuka beramai-ramai oleh panitia pemilihan yang diketuai Jro Mangku Alit Suarsana dan langsung dihitung bersama dengan disaksikan seluruh krama. Karena mulanya memang tidak ada kontestan, maka dalam satu posisi jabatan bisa muncul belasan nama kandidat. Tapi, nama yang muncul ini benar-benar merupakan pilihan hati nurani krama desa.
Mereka yang namanya muncul juga memang memiliki kemampuan di bidangnya. Karena tidak ada kontestan sebelum pemilihan, maka tak ada pula kandidat yang kampanye. Itu sebabnya, yang terpilih merasa biasa saja, dan yang tak terpilih pun tidak kecewa, karena memang tidak nyalon dan kampanye.
Proses pemilihan seperti ini berlaku untuk semua posisi jabatan adat yang diperebutkan dalam dua kali paruman. Tak heran, jika masing-masing paruman berlangsung lama, sejak pagi hingga sore. “Inilah pesta yang benar-benar demokratis, tanpa ada rekayasa, tak ada yang merasa menang dan kalah. Mungkin di Desa Pinggan satu-satunya melaksanakan proses pemilihan prajuru adat seperti ini,” jelas Jro Guru Made Seden, yang terpoilih kembali menjadi Bendesa Pakraman Pinggan kepada NusaBali di sela proses pemilihan di Madya Mandala Pura Bale Agung.
Dari dua kali paruman dalam pemiliha prajuru adat tersebut, Jro Guru Made Seden terpilih kembali menjadi Bendesa Pakraman Pinggan, dengan dominasi suara mencapai hampir 90 persen. Sedangkan Jro Guru Ketut Tinggal, 54, terpilih kembali menjadi Guru Tengen, juga dengan perolehan suara hampir 90 persen. Sebaliknya, Jro Guru Made Buda, 49, terpilih lagi menjadi Guru Kiwa dengan unggul hanya 1 suara dari rival terdekatnya, Jro Mangku Gede Putra, 31.
Selanjutnya...
Komentar