Proyek Bendungan Telaga Waja Dicoret
Dialihkan ke Bendungan Tamblang dan Bendungan Sidang
AMLAPURA, NusaBali
Proyek Bendungan Sungai Telaga Waja di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem senilai Rp 1,19 triliun dicoret Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pembangunan dialihkan ke proyek Bendungan Tamblang (Buleleng) dan Bendungan Sidan (Badung).
Proyek Bendungan Sungai Telaga Waja ini mulanya masuk daftar 14 proyek strategis nasional. Namun, proyek ini akhirnya dicoret dari 14 proyek strategis nasional. Pencoretan proyek senilai Rp 1,9 triliun ini diumumkan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara Jakarta, Senin (16/4) lalu.
Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Penida, I Ketut Jayada, saat dihubungi NusaBali dari Amlapura, Karangasem, Kamis (19/4), juga membenarkan proyek Bendungan Sungai Telaga Waja telah dicoret dari 14 proyek strategis nasiona. Menurut Ketut Jayada, megaproyek Bendungan Telaga Waja senilai Rp 1,9 triliun dicoret karena berbagai faktor.
Pertama, karena faktor sosial di mana masyarakat sekitar kurang setuju ada proyek Bendungan Telaga Waja. Penolakan ini terutama datang dari kalangan pengusaha rafting di Sungai Telaga Waja. Kedua, proyek dicoret karena belum kunjung keluarnya rekomendasi Amdal (analisa mengenai dampak lingkungan) dari Pemkab Karangasem.
"Padahal, feasibility study (FS) dan Detail Engineering Design (DED) untuk proyek Bendungan Telaga Waja ini sudah tuntas. Setelah FS dan DED ramping, tinggal survei pembebasan lahan," beber Ketut Jayada.
Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono, sebagaimana dikutif bisnis.com, juga menyatakan FS dan DED proyek Bendungan Telaga Waja telah selesai dikerjakan. Karenanya, kelayakan proyek dan pembiayaannya tidak ada masalah. Proyek Bendungan Telaga Waja ini diperkirakan menelan anggaran mencapai Rp 1,19 triliun bersumber dari APBN.
Rencana awal, bangunan Bendungan Telaga Waja dirancang bertipe urungan batu dengan inti tegak. Bangunan bendungan dirancang sepanjang 310 meter dengan tinggi 95 meter, sehingga mampu menampung 13,68 juta meter kubik air. Nah, air yang tertampung diproyeksikan untuk air baku dengan debit 125 liter per detik. Selain itu, juga untuk melayani kebutuhan air Kabupaten Klungkung, Gianyar, Badung, dam Kota Denpasar. Air Bendungan Telaga Waja juga bisa untuk melayani irigasi lahan seluas 1.196 hektare.
Airan air Sungai Telaga Waja sendiri berasal dari 5 mata air, yang lokasinya berada di Banjar Tegenan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang. Pertama, Mata Air Isah dengan debit 94 liter per detik. Kedua, Mata Air Celuk dengan debit 104 liter per detik. Ketiga, Mata Air Bangol dengan debit 119 liter per detik. Keempat, Mata Air Surya dengan debit 146 liter per detik. Kelima, Mata Air Gerubuk dengan debit terbesar yakni 170,9 liter per detik.
Menurut Ketut Jayada, setelah proyek Bendungan Telaga Waja dicoret dari 14 proyek strategis nasional, nantinya akan dalihkan membangun dua bendungan di Bali. Pertama, Bendungan Sidan di Desa Bilok Sidan, Kecamatan Petang, Badung. Kedua, Bendungan Tamblang di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Namun, Ketut Jayada tidak merinci berapa nilai proyek Bendungan Sidan dan Ben-dungan Tambang. “Yang jelas, kedua bendungan itu rencananya akan dikerjakan mulai tahun 2018 ini dan ditargetkan sudah tuntas pada 2021,” jelas Ketut Jayada.
Hingga saat ini, di Bali sudah ada 5 bendungan. Pertama, Bendungan Benel di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana. Kedua, Bendungan Palasarai di Banjar Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Jembrana. Ketiga, Bendungan Telaga Tunjung di Desa Telaga Tunjung, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Keempat, Bendungan Titab-Ularan di wilayah dua kecamatan kawasan Buleleng Barat, yakni Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu.
Bendungan Titab-Ularan sendiri berlokasi 6 desa dari 2 kecamatan bertetangga di Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.
Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, ditargetkan mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu.
Sementara itu. Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Daerah Karangasem, I Made Sujana Erawan, belum berhasil dikonfirmasi NusaBali terkait dicoretnya proyek Bendungan Sungai Telaga Waja. Sedangkan Kepala dinas PUPR Karangasem, I Ketut Sedana Mertha, mengaku tidak punya kewenangan memberikan keterangan masalah ini. "Tanyakan ke Kepala Bapelitbang Daerah saja," elak Sedana Mertha saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Amlapura, Kamis kemarin. *k16
Proyek Bendungan Sungai Telaga Waja di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem senilai Rp 1,19 triliun dicoret Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pembangunan dialihkan ke proyek Bendungan Tamblang (Buleleng) dan Bendungan Sidan (Badung).
Proyek Bendungan Sungai Telaga Waja ini mulanya masuk daftar 14 proyek strategis nasional. Namun, proyek ini akhirnya dicoret dari 14 proyek strategis nasional. Pencoretan proyek senilai Rp 1,9 triliun ini diumumkan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara Jakarta, Senin (16/4) lalu.
Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Penida, I Ketut Jayada, saat dihubungi NusaBali dari Amlapura, Karangasem, Kamis (19/4), juga membenarkan proyek Bendungan Sungai Telaga Waja telah dicoret dari 14 proyek strategis nasiona. Menurut Ketut Jayada, megaproyek Bendungan Telaga Waja senilai Rp 1,9 triliun dicoret karena berbagai faktor.
Pertama, karena faktor sosial di mana masyarakat sekitar kurang setuju ada proyek Bendungan Telaga Waja. Penolakan ini terutama datang dari kalangan pengusaha rafting di Sungai Telaga Waja. Kedua, proyek dicoret karena belum kunjung keluarnya rekomendasi Amdal (analisa mengenai dampak lingkungan) dari Pemkab Karangasem.
"Padahal, feasibility study (FS) dan Detail Engineering Design (DED) untuk proyek Bendungan Telaga Waja ini sudah tuntas. Setelah FS dan DED ramping, tinggal survei pembebasan lahan," beber Ketut Jayada.
Menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono, sebagaimana dikutif bisnis.com, juga menyatakan FS dan DED proyek Bendungan Telaga Waja telah selesai dikerjakan. Karenanya, kelayakan proyek dan pembiayaannya tidak ada masalah. Proyek Bendungan Telaga Waja ini diperkirakan menelan anggaran mencapai Rp 1,19 triliun bersumber dari APBN.
Rencana awal, bangunan Bendungan Telaga Waja dirancang bertipe urungan batu dengan inti tegak. Bangunan bendungan dirancang sepanjang 310 meter dengan tinggi 95 meter, sehingga mampu menampung 13,68 juta meter kubik air. Nah, air yang tertampung diproyeksikan untuk air baku dengan debit 125 liter per detik. Selain itu, juga untuk melayani kebutuhan air Kabupaten Klungkung, Gianyar, Badung, dam Kota Denpasar. Air Bendungan Telaga Waja juga bisa untuk melayani irigasi lahan seluas 1.196 hektare.
Airan air Sungai Telaga Waja sendiri berasal dari 5 mata air, yang lokasinya berada di Banjar Tegenan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang. Pertama, Mata Air Isah dengan debit 94 liter per detik. Kedua, Mata Air Celuk dengan debit 104 liter per detik. Ketiga, Mata Air Bangol dengan debit 119 liter per detik. Keempat, Mata Air Surya dengan debit 146 liter per detik. Kelima, Mata Air Gerubuk dengan debit terbesar yakni 170,9 liter per detik.
Menurut Ketut Jayada, setelah proyek Bendungan Telaga Waja dicoret dari 14 proyek strategis nasional, nantinya akan dalihkan membangun dua bendungan di Bali. Pertama, Bendungan Sidan di Desa Bilok Sidan, Kecamatan Petang, Badung. Kedua, Bendungan Tamblang di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Namun, Ketut Jayada tidak merinci berapa nilai proyek Bendungan Sidan dan Ben-dungan Tambang. “Yang jelas, kedua bendungan itu rencananya akan dikerjakan mulai tahun 2018 ini dan ditargetkan sudah tuntas pada 2021,” jelas Ketut Jayada.
Hingga saat ini, di Bali sudah ada 5 bendungan. Pertama, Bendungan Benel di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana. Kedua, Bendungan Palasarai di Banjar Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Jembrana. Ketiga, Bendungan Telaga Tunjung di Desa Telaga Tunjung, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Keempat, Bendungan Titab-Ularan di wilayah dua kecamatan kawasan Buleleng Barat, yakni Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu.
Bendungan Titab-Ularan sendiri berlokasi 6 desa dari 2 kecamatan bertetangga di Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.
Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, ditargetkan mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu.
Sementara itu. Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Daerah Karangasem, I Made Sujana Erawan, belum berhasil dikonfirmasi NusaBali terkait dicoretnya proyek Bendungan Sungai Telaga Waja. Sedangkan Kepala dinas PUPR Karangasem, I Ketut Sedana Mertha, mengaku tidak punya kewenangan memberikan keterangan masalah ini. "Tanyakan ke Kepala Bapelitbang Daerah saja," elak Sedana Mertha saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Amlapura, Kamis kemarin. *k16
Komentar