nusabali

Masih Uji Coba, Alat Rp 1,6 M Rusak

  • www.nusabali.com-masih-uji-coba-alat-rp-16-m-rusak

Alat di TPS Underground ini memang dikhususkan untuk sampah rumah tangga, sehingga jika masuk benda keras akan merusak alat.

TPS Underground di Depo Pulau Kawe


DENPASAR, NusaBali
Tempat pembuangan sampah sementara bawah tanah atau TPS Underground yang berada di Depo Jalan Pulau Kawe, Kelurahan Pedungan, Denpasar Selatan, Kamis (19/4) tidak bisa beroperasi karena mengalami kerusakan pada skrup atau alat pres sampah. Padahal, alat tersebut pengadaannya baru Januari 2018 lalu dan sedang dilakukan uji coba.

TPS Underground ini merupakan TPS percontohan di Kota Denpasar yang menggunakan teknologi modern. Sayangnya, ujicoba yang rencananya dilakukan selama dua minggu, alat buatan dalam negeri senilai Rp 1,6 miliar ini malah bengkok akibat menekan benda keras saat melakukan pres sampah. Akibat kerusakan ini, pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar belum memastikan kapan alat yang disebut bisa mengatasi permasalahan sampah di Denpasar bisa dilaunching.

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLHK Kota Denpasar I Ketut Darsana yang sekaligus menangani TPS tersebut, kemarin, mengatakan, alat ini sudah digunakan untuk ujicoba selama dua minggu.

Dikatakan, kondisi awal hampir seminggu dipakai masih dalam keadaan baik. Namun pada, Senin (16/4) petugas tidak mengetahui bahwa ada warga yang membuang sampah ke tempat tersebut berupa kayu gelondongan. Padahal alat pres di TPS Underground ini tidak mampu menampung dan melakukan pres pada sampah keras. "Alat pres bengkok karena menahan kayu gelondongan. Petugas kami melakukan pres sampah, karena ada sampah yang keras akhirnya alat tersebut bengkok. Saat ini sudah dalam penanganan karena masih memiliki garansi dari penjual mesin," jelasnya.

Dijelaskannya, alat di TPS Underground ini memang dikhususkan untuk sampah rumah tangga, sehingga jika masuk benda keras akan merusak alat. Kendati masih dalam uji coba pihaknya masih tetap berupaya untuk melakukan perbaikan agar kembali bisa dipakai. "Harganya cukup mahal, Rp 1,7 miliar karena produk dalam negeri masih bisa diperbaiki dengan menggunakan garansi," imbuhnya.

Darsana membantah jika dikatakan kualitas alat yang kurang bagus. Menurutnya, alat yang sudah dipesan kualitasnya baik, hanya saja karena menekan benda keras yang membuat alat tersebut tidak bisa menekan sampah yang berupa gelontongan kayu. "Itu sudah kualitas baik, tapi karena saat itu kayu juga tertumpuk sampah tidak kelihatan, saat di press petugas juga tidak tahu. Alat tidak patah hanya bengkok tidak sesuai ukuran TPS jadinya," jelasnya lagi.

Terkait launching TPS Underground ini, kata Darsana, saat ini pihaknya masih merekrut empat pegawai yang ahli dalam bidang teknik mesin dan IT karena alat menggunakan teknologi canggih. Dalam perekrutan tersebut pihaknya sudah mendapatkan tenaga yang akan standby selama 24 jam untuk pengawasan sampah. Namun hingga saat ini pegawai yang direkrut DLHK masih diberikan pelatihan dalam mengelola TPS tersebut.

"Jadi, kami belum bisa putuskan kapan launchingnya karena saat ini kami masih harus melakukan koordinasi lagi. Sehingga launching bisa dilakukan  dengan  cepat. Ini kan baru tahap uji coba dulu," pungkasnya. *m

Komentar